Virus Corona Jateng
UPDATE VIRUS CORONA JATENG: Jumlah Kematian Positif Corona Di Jateng Sebanyak 22 Orang
Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan, membenarkan informasi tersebut.
Jumlah Kematian Positif Corona Di Jateng Sebanyak 22, Kadinkes: Jumlah Kasus Pastinya Belum Tahu
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Mengenai tingkat kematian akibat virus corona atau covid-19 tinggi atau case fatality rates (CFR),
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo dihitung jumlah meninggal dibandingkan dengan semua jumlah positif covid-19 dikali 100%.
"Saat ini, jumlah kematiannya adalah 22, jumlah kasusnya secara pasti kita belum tahu.
Yang kita tahu adalah kasus covid-19 yang berat yang itu dirawat di rumah sakit," ungkap Yulianto dalam video konferensi pers, Kamis (9/4/2020) sore.
Dia menuturkan, untuk kasus asimtomatik atau yang sudah dinyatakan positif sudah banyak.
"Yang gejalanya ringan banyak dan itu tidak perlu di rumah sakit. Cukup di rumah isolasi diri. Bahkan yang asimtomatik tidak ada gejala apa-apa tapi positif itu juga ada dan juga banyak," ucapnya.
Yulianto menyampaikan, artinya itu semua harus menjadi perhitungan dalam pengitungan CFR.
"Jadi kalau kasus yang meninggal dibagi dengan kasus positif yang dirawat di rumah sakit ya memang tinggi," ungkapnya.
Dia menjelaskan, perhitungannya harus dibagi dengan kasus yang ada di masyarakat.
"Nah, ini yang selalu kita cari. Salah satunya dengan cara rapid diagnostic test itu," tuturnya.
Hal itu, menurut dia jangan dibandingkan jumlah kematian dengan jumlah yang dirawat.
"Tidak seperti itu (perhitungannya-red). Kalau itu pasti tinggi, di mana-mana pasti tinggi," ucapnya.
Dia menyampaikan, belum bisa menyimpulkan kasus kematian itu tinggi atau rendah untuk Jawa Tengah.
Jenazah Perawat RSUP Dr Kariadi Telah Dimakamkan di Semarang
Jenazah perawat atau tim medis RSUP Dr Kariadi Semarang telah selesai dimakamkan.
Lokasi pemakaman yang dipilih akhirnya ditetapkan di Semarang.
Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan, membenarkan informasi tersebut.
"Informasi yang dapat kami himpun, jenazah warga Kabupaten Semarang positif Covid yang meninggal pada Kamis ini telah selesai dimakamkan," kata dia.
• Diguyur Hujan Lokal Malam Hari, Berikut Prakiraan Cuaca BMKG Kabupaten Batang Jumat 10 April 2020
• Simak Prakiraan Cuaca BMKG di Purwokerto Hari Ini Jumat 10 April 2020
• Tangisan Lepas Glenn Fredly, Mutia Ayu : “Please, Jangan Tinggalin Aku, Aura Kasih Tak Mampu Bicara
• Siapakah PNS yang akan Menerima THR dan Gaji ke-13 di Tengah Pandemi Corona? Ini Kata Sri Mulyani
Sebelumnya diberitakan, perawat RSUP Dr Kariadi Kota Semarang positif corona yang meninggal dunia, Kamis (9/4/2020), tak jadi dimakamkan di Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
Hal tersebut menyusul adanya penolakan dari warga.
Alexander Gunawan, menjelaskan, jasad warga Ungaran Timur itu sedianya akan dimakamkan di TPU Suwakul Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.
Ternyata ada sekelompok warga yang menolaknya.
"Tiba-tiba ada penolakan dari warga.
Padahal awalnya dari RT setempat tidak ada masalah," jelasnya.
Bahkan menurut Alex, di kawasan TPU tersebut sebenarnya liang lahat untuk pemakaman juga telah dipersiapkan.
"Tapi ada sekelompok orang yang tiba-tiba menolak di situ," ungkapnya.
Alex mengungkapkan setelah adanya penolakan tersebut, pemakaman jenazah dipindahkan.
"Jadi kami menyampaikan, untuk update terakhir pemakaman dipindahkan," katanya.
Sebelumnya Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Semarang menginformasikan ada satu warga positif corona asal Kabupaten Semarang meninggal dunia, Kamis sore.
Perempuan asal Ungaran Timur Kabupaten Semarang itu bekerja sebagai perawat di RSUP Dr Kariadi Kota Semarang.
Kabar ini sekaligus mengklarifikasi fakta sebelumnya yang menyebut jenazah perawat itu dimakamkan di Ungaran Timur.
Lokasi pemakaman pun dirahasiakan.
PPNI Mengecam
Ketua PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) Jawa Tengah Edi Wuryanto sigap menanggapi kabar penolakan pemakaman seorang perawat RSUP dr Kariadi Semarang yang meninggal karena virus corona.
Edi yang juga anggota DPR RI Komisi IX itu menyampaikan rasa prihatin yang mendalam atas stigma yang menimpa satu di antara pahlawan kemanusiaan di tengah pandemik ini.
"Saya atas nama Komisi IX dan PPNI Jateng menyampaikan rasa sedih dan prihatin atas adanya penolakan pemakaman terhadap salah seorang pahlawan bangsa ini.
Almarhum gugur sebagai tenaga medis, pahlawan bangsa, namun masih saja menerima stigma.
Ini keterlaluan, sungguh keterlaluan.
Nurani masyarakat sebagai sama-sama satu bangsa ini di mana?" ungkapnya yang dihubungi Tribunjateng.com, Kamis (9/4/2020) malam.
Edi menyampaikan, almarhum sebagai perawat bekerja di Ruang Geriatri.
Tempatnya bekerja tidak menangani pasien corona.
Menurutnya, itu seperti kecolongan dalam hal screening.
"Beliau meninggal di ruang Isolasi ICU.
Padahal perawat yang bertugas di isolasi IGD, isolasi ICU, dan ruang-ruang lain yang dipakai untuk pasien virus corona tidak ada yang kena," tuturnya.
Dia mengungkapkan, jasa-jasa yang dilakukan oleh almarhum selama hidup diapresiasi oleh semua orang.
"Sekarang semua perawat sedang cemas, apalagi ditambah stigma dari rakyat kita sendiri.
Kita semua harus belajar dari negara lain yang memberikan semangat dan apresiasi untuk tenaga medis," ucapnya.
Dia juga mendesak pemerintah untuk segera mendistribusikan alat pelindung diri (APD) kepada semua tenaga medis.
Termasuk perawat di semua-semua pos-pos kesehatan, mulai puskesmas hingga rumah sakit.
"Tidak hanya perawat yang ada di isolasi, IGD atau ICU saja tetapi semua perawat," tandasnya.
(kan/ahm)