Berita Semarang
Warga Ngadirgo Semarang Sempat Pasang Spanduk Tolak Pemakaman Korban Corona, Ini Alasannya
Pemkot Semarang beberapa waktu lalu merencanakan di wilayah Kelurahan Ngadirgo Mijen Kota Semarang jadi lokasi makam khusus pasien Corona.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pemkot Semarang beberapa waktu lalu merencanakan di wilayah Kelurahan Ngadirgo Mijen Kota Semarang jadi lokasi makam khusus pasien Corona.
Penunjukan tersebut memantik sikap penolakan dari warga.
Sikap tersebut ditunjukkan warga dengan membentangkan kain putih sepanjang sekira 8 meter, Senin (6/4/2020).
Spanduk itu bertuliskan "Kami warga Ngadirgo Menolak Keras Pemakaman Covid-19 di TPU Ngadirgo".
• Doa Quraish Shihab untuk Glenn Fredly Bikin Najwa Shihab Menangis Sesenggukan
• Viral Suami Dilabrak Istri Gegara Mandi dengan Si Rambut Panjang, Malah Cengengesan
• Aksi Nekat Sopir Truk Evakuasi Mandiri di Tanjakan Silayur Semarang, Warga: Gila Tuh!
• Tangisan Lepas Glenn Fredly, Mutia Ayu : “Please, Jangan Tinggalin Aku, Aura Kasih Tak Mampu Bicara

Kain tersebut dibentangkan di akses jalan masuk menuju pemukiman.
Sehingga warga dari luar Ngadirgo tidak bisa masuk ke wilayah tersebut.
Namun spanduk penolakan tersebut sudah dilepas warga dan TNI Polri sehari kemudian, Selasa (7/4/2020).
"Betul warga pasang spanduk itu sebagai bentuk keberatan terhadap penunjukan Desa Ngadirgo sebagai lokasi pemakaman khusus pasien virus Corona yang meninggal," terang Lurah Ngadirgo, Karyoso saat dihubungi Tribun Jateng, Jumat (10/4/2020).
Menurut Karyoso, penolakan warga tersebut bukan tanpa alasan.
Lahan yang bakal dijadikan makam khusus corona dinilai sangat berdekatan dengan pemukiman, yakni berjarak hanya sekira 10 meter.
Padahal warga yang bermukim di dekat lahan pemakaman ada 160 kepala keluarga (KK), masuk wilayah RW 9 dan RW 1.
"Akses jalan ke lahan pemakaman juga hanya ada satu jalur yang hanya bisa dilalui satu mobil.
Sehingga ketika ada pasien yang dimakamkan ke lahan tersebut harus melalui pemukiman warga," paparnya.
Karyoso menyebut lahan milik Pemkot Semarang yang akan dijadikan makam khusus corona berada di sebelah sisi kanan desa.
Lahan tersebut seluas 9.000 ribu meter persegi.
Lokasi makam khusus persis bersebelahan dengan tempat pemakaman umum (TPU) milik warga.
"Pada intinya hanya ada dua alasan keberatan warga.
Pertama makam dekat dengan pemukiman warga.
Kedua akses jalan ke makam melewati pemukiman," terangnya.
Di sisi lain, ternyata warga Ngadirgo tidak menolak pemakaman pasien Corona dengan catatan merupakan warga asli Ngadirgo.
Namun, menurut Karyoto, pihaknya terus memberikan sosialisasi kepada warga.
Di antaranya bahwa jenazah pasien positif Corona sudah tidak membawa virus atau tidak berbahaya.
Warga juga diminta menyadari tempat pemakaman yang dijadikan makam khusus corona merupakan lahan milik pemerintah Kota Semarang bukan TPU yang digunakan warga.
"Kami pihak kelurahan terus menjembatani Pemkot Semarang dengan para warga.
Persoalan ini adalah masalah kemanusiaan.
Memang perlu pendekatan lebih dalam ke warga agar warga memahami persoalan ini," katanya.
Babinsa Ngadirgo, Serda Sigit Pancoro mengatakan, situasi Ngadirgo telah kondusif.
Meskipun warga sempat melayangkan protes dengan membentangkan spanduk, akhirnya mereka berkenan melepasnya.
Spanduk penolakan tersebut dilepas setelah ada mediasi antara warga, kelurahan, Babinsa dan Bhabinkamtibas pada Selasa (7/4/2020).
"Mereka lalu mengganti spanduk protes dengan spanduk berisi sosialisasi tentang anjuran memakai masker," katanya saat dihubungi Tribun Jateng.
Menurut Sigit, warga sebenarnya bukan menolak pemakaman jenazah korban virus corona melainkan menolak di sekitar wilayah mereka dijadikan TPU khusus Corona.
Alasan warga dikarenakan jarak tempat yang akan dijadikan pemakaman khusus berjarak sangat dekat dengan pemakaman.
Warga Ngadirgo juga mempertanyakan kepada Pemkot Semarang mengapa korban meninggal virus corona tidak dimakamkan di tempat pemakaman domisili mereka masing-masing.
Justru menunjuk pemakaman khusus di dekat pemukiman mereka.
"Kami juga harus memaklumi kondisi psikis warga.
Situasi seperti sekarang tentu membuat warga panik.
Apalagi ini virus baru sehingga warga belum sepenuhnya tahu tentang informasi penyakit tersebut," tandasnya. (iwn)
• Tablighi Jamaat Disorot Tajam, Ratusan Pesertanya Dinyatakan Positif Corona
• Benarkah Jika Merapi Meletus Abunya Akan Mematikan Virus Corona? Ini Penjelasan Pakar Gunung Berapi
• Warganya Tolak Pemakaman Perawat Korban Corona, Pak RT di Ungaran Ini Menangis: Saya Minta Maaf
• Promo Superindo 9-12 April 2020, Banyak Diskon di Akhir Pekan Cuma 3 Hari, Ini Daftarnya