Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Anak Krakatau Meletus

BREAKING NEWS: Gunung Anak Krakatau Meletus 10 April 2020

Gunung Anak Krakatau meletus Jumat 10 April 2020 pukul 22.35 WIB. Berikut informasi lengkap kejadian erupsi tersebut.

TWITTER/VOLCANOYTZ
Foto kondisi Gunung Anak Krakatau meletus dilihat dari pantai, pos pemantauan. 

TRIBUNJATENG.COM - Gunung Anak Krakatau meletus Jumat 10 April 2020 sebanyak 2 kali.

Letusan pertama terjadi pada pukul 21.58 WIB, dengan estimasi kolom abu mencapai ketinggian 357 meter di atas permukaan laut.

Letusan kedua terjadi pada pukul 22.35 WIB, dengan estimasi kolom abu mencapai ketinggian 657 meter di atas permukaan laut.

Berdasar informasi yang dilaporkan Fahrul Roji dalam situs Magma Indonesia Kementerian ESDM, tinggi kolom abu letusan kedua Gunung Anak Krakatau teramati kurang lebih 500 meter di atas puncak atau kurang lebih 657 meter di atas permukaan laut.

"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal, condong ke arah utara," tulisnya. 

Gunung Krakatau Pernah Meletus Dahsyat, Dikenang Sebagai Tragedi 1883

150 Anggota Keluarga Kerajaan Arab Saudi Dinyatakan Positif Corona, Ini Kondisi Raja Salman

Viral Mimpi Mbah Sumardi Daun Leben Jadi Obat Virus Corona, Ini Tanggapan KPHP

Doa Quraish Shihab untuk Glenn Fredly Bikin Najwa Shihab Menangis Sesenggukan

Erupsi ini, lanjut Fahrul, terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi kurang lebih 38 menit 4 detik.

Dikabarkan,  saat ini aktivitas Gunung Anak Krakatau berada pada tingkat aktivitas level II atau waspada.

Rekomendasi saat ini  masyarakat tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 kilometer dari kawah.

Tingkat aktivitas level II atau waspada Gunung Anak Krakatau ini berlaku sejak 25 Maret 2019.

Gunung setinggi  157 meter di atas permukaan laut ini mengalami peningkatan aktivitas vulkanik sejak 18 Juni 2018.

Kemudian diikuti rangkaian erupsi pada periode September 2018 hingga Februari 2019.

Sebelum ini, letusan terakhir terjadi pada 31 Desember 2019 pukul 06.51 WIB.

Saat itu, tinggi kolom abu teramati setinggi kurang lebih 1.000 meter di atas puncak atau kurang lebih 1.157 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu terlihat berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal condong ke arah selatan.

Gelembung udara

Pada awal April ini, gelembung udara berukuran cukup besar menyembur sampai permukaan air di Selat Sunda tak jauh dari sisi timur di bibir Pantai Gunung Anak Krakatau.

Gelembung tersebut ditemukan tim Seksi Konservasi Wilayah III Lampung, Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA).

Akun resmi instagram milik Seksi Konservasi Wilayah III Lampung, Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA), @skw3lampung_bksda, mengunggah video gelembung air tersebut sekitar pukul 23.00 WIB, Kamis (2/4/2020).

Video tersebut diberi keterangan:

Gelembung udara yang cukup besar hingga terlihat menyembur sampai ke permukaan air dijumpai oleh tim pengaman kawasan di bagian sisi timur tak jauh dari pantai Gunung Anak Krakatau.

Tidak diketahui penyebabnya namun hal ini kemungkinan diperkirakan adanya aktifitas vulkanik di dasar laut berupa gas yang keluar dari tubuh gunung tersebut.

Gelembung ini dijumpai saat tim pengamanan tengah berpatroli laut mengelilingi kawasan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Kepulauan Krakatau.

Dilarang masuk kawasan tanpa surat ijin masuk (SIMAKSI) dari BKSDA Bengkulu-Lampung".

Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA Bengkulu-Lampung, Suharno, saat dikonfirmasi Kompas.com melalui ponsel membenarkan penemuan aktivitas tersebut oleh tim Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Krakatau.

"Berita itu benar dan sudah dikonfirmasi dari Lampung," jelas Suharno, Kamis (2/4/2020).

Fakta itu juga diperkuat oleh keterangan tim KPHK Krakatau yang gelembung itu ditemukan saat tim melakukan patroli laut.

Menurut KPHK Krakatau,  gelembung serupa pernah ditemukan sebelum Gunung Anak Krakatau erupsi.

Air di sekitar gelembung itu hangat.

Namun gelembung baru yang ditemukan dan diunggah ke instagram resmi @skw3lampung_bksda itu memiliki ukuran cukup besar.

Suharno mengatakan, temuan itu didapat oleh tim yang melakukan patroli laut di Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Kepulauan Anak Krakatau, Provinsi Lampung.

Menurutnya, temuan itu dapat ditanyakan langsung secara detail pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Krakatau. (dna)

Gunung Krakatau Pernah Meletus Dahsyat, Dikenang Sebagai Tragedi 1883

Indonesia Berpotensi Jadi Episenter Baru Virus Corona jika Pandemi Tak Terkendali

Merasa Dibohongi, Rafathar Tak Mau Damai dengan Baim Wong

Radiohead Unggah Aksi Panggung untuk Hibur Penggemar di Masa Karantina Virus Corona

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved