Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wabah Virus Corona

Beragam Kisah dan Kesenjangan Sosial Dampak Lockdown di India

India memutuskan memperpanjang penguncian ketat atau lockdown nasional pada Sabtu (11/4/2020).

Editor: galih permadi
(ANTARA FOTO/XINHUA/JAVED DAR)
Buruh migran berjalan menuju desa mereka selama karantina wilayah (lockdown) di New Delhi, India, Minggu (29/3/2020). Pemerintah India pada 24 Maret lalu mulai memberlakukan lockdown selama 21 hari di seluruh wilayah negara itu dalam upaya mengendalikan penyebaran COVID-19. 

Tapi mereka dilarang menonton berita soal corona, karena hanya akan membuat psikis mereka tergoncang.

Orang-orang terdampar itu mau tak mau terjebak pada rutinitas yoga, diikuti sarapan sederhana berupa sayuran dan roti goreng, makan siang, lalu makan malam.

Mereka tidur di bangku-bangku logam atau di karpet tipis di lantai sementara kipas angin berputar di atas kepala mereka.

Semua orang bangun dan pergi tidur pada waktu yang hampir bersamaan. Mereka berusaha tetap diam di sebuah ruangan besar, tempat di mana suara kecil pun dapat bergema.

Ada pemeriksaan medis rutin dan kamar didesinfeksi setiap hari.

Penjual balon tidak bisa terbiasa dengan lockdown.

Salah satunya Rajesh Dhaikar. Rajesh mengatakan, "Ada keheningan yang aneh di lingkungan kami sejak semua ini dimulai." Biasanya ia membuka warung kecil di pasar dan menjual balon.

Penghasilannya tidak lebih dari 2,5 dolar per hari atau sekitar Rp 39.036 rupiah.

Istrinya, Suneeta, menghasilkan sekitar 20 dolar atau sekitar Rp 312.290 sebulan dari membersihkan rumah.

Mereka memiliki dua kamar dengan atap jerami yang dilapisi terpal biru.

Pada musim hujan, air merembes masuk. Cahaya tunggal masuk dari lubang.

Suneeta tidur di satu-satunya ranjang. Kelima anaknya tidur di lantai, berbaris di bawah selimut.

Sementara itu Rajesh kadang-kadang tidur di trotoar depan, berbaring di atas kereta buatan tangan dari papan kayu dan ban sepeda.

Hampir setengah dari pendapatan keluarga itu berasal dari putra mereka, Deepak yang berusia 17 tahun. Dia seorang bocah lelaki kurus dengan rambut disisir rapi.

Meski putus sekolah setelah kelas 7, dia sekarang menghasilkan sekitar 40 dolar atau sekitar Rp 624.580 sebulan dari bekerja di sebuah kedai teh.

Ketika ada kesempatan, Deepak menyelinap ke luar untuk bermain permainan kriket dengan teman-temannya. Saat ada polisi, mereka menyebar dan kembali lagi setelah polisi pergi.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kesenjangan Sosial dan Beragam Kisah Lockdown di India akibat Corona"

Balita 3,5 Tahun di Yogyakarta Tewas Tenggelam di Kolam Lele Saat Pengasuhnya Ambil Minum di Rumah

Jane Shalimar Hamil, Bagi Tips Aman ke Rumah Sakit di Tengah Pandemi Corona

Selepas Pesta Miras Ciu, Remaja Putri Mabuk di Semarang Ini Dianiaya Pria Hingga Babak Belur

Pasien Positif Corona di Purworejo Bertambah Satu, RSUD Tjokronegoro Jadi Lokasi Isolasi OTG

Sumber: Kompas.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved