Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

FOKUS Deni Setiawan : Bersama Bosan 'Ngeyel'

SUDAH sebulan ini, anak-anak di seluruh satuan pendidikan tidak pergi ke sekolah. Mereka harus diliburkan demi tujuan memutus mata rantai

Penulis: deni setiawan | Editor: Catur waskito Edy
Bram Kusuma
Deni Setiawan 

Oleh Deni Setiawan

Wartawan Tribun Jateng

SUDAH sebulan ini, anak-anak di seluruh satuan pendidikan  tidak pergi ke sekolah. Mereka harus diliburkan demi tujuan memutus mata rantai penyebaran wabah virus corona (Covid-19).

Kondisi tanpa ada prolog itu tentu bagi sebagian anak seusia PAUD, TK, maupun SD akan senang. Seolah memperoleh berkah, dapat libur panjang di rumah, dan liburan.

Sepekan pertama mereka tak mepermasalahkan ketika harus belajar di rumah, di tiap pagi hari orangtuanya dikirimi pesan singkat terkait tugas harian yang harus dilakukan anaknya di rumah.

Namun, di pekan-pekan berikutnya, sang anak terlihat bosan. Tak jarang mereka mulai protes. Bahkan mulai memperlihatkan gelagat ngeyel. Sikap dimana menerima suatu kondisi tertentu namun sebenarnya tidak.

Dimana semestinya tetap di rumah, belajar minimal sesuai kondisi saat bersekolah. Namun memilih pergi keluar rumah dan memperbanyak bermain bersama teman seusianya, bahkan ada pula ngotot mengajak orangtuanya untuk berlibur.

Diyakini, guru dan orangtua pun berkondisi serupa. Jenuh memantau belajar anak, bosan memberikan tugas tiap pagi. Terlebih pada awal kebijakan itu, tanpa ada panduan jelas dari pemerintah.

Akibatnya, sebatas memantau, beri tugas belajar dari jarak jauh. Interaksi siswa, guru, dan orangtua peserta didik seadanya saja, sebatas formalitas gugurkan kewajiban.

Suatu kondisi dilematis bagi siapapun. Akumulasi sikap juga terlihat jelas di tengah masyarakat dalam keseharian ini. Imbauan tetap berada di rumah, tak berkerumun (jaga jarak), rajin cuci tangan, hingga gunakan masker saat bepergian pun terabaikan oleh sebagian orang.

Bukti nyata, tengoklah di jalan-jalan. Tak jarang pengendara bermotor tanpa menggunakan masker hingga kongkow di suatu tempat tertentu --kondisi normal tak takut terinfeksi virus corona--.

Misalpun didatangi petugas, alasan klasik lupa dan tak tahu ada imbauan bakal terucap darinya. Dari perilaku ngeyel, tak ikuti imbau pemerintah itu secara tidak langsung berimbas pada lainnya.

Data kasus terkonfirmasi positif terus bertambah, dapat dikata signifikan dari hari ke hari, tak terkecuali di Jawa Tengah. Contoh nyata data Jumat (17/4) pukul 16.09. Ada penambahan 407, total menjadi 5.923 kasus terkonfirmasi positif corona.

Itu sesuai data akumulasi kasus dari 34 provinsi di Indonesia. Dimana 4.796 dirawat, 607 sembuh, dan 520 meninggal. Terkhusus di Jateng ada 304 kasus, 36 sembuh, dan 41 meninggal.

Mengutip juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, penyebab utama terus bertambahnya jumlah kasus itu masih sama seperti sebelumnya yang telah disampaikan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved