Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wabah Virus Corona

Inilah Penjelasan Dokter Cara Virus Corona Menyerang Tubuh Penderitanya Mulai Paru-paru Hingga Otak

Virus corona yang disebut pertama kali diidentifikasi di Wuhan, China tersebut telah menewaskan 160.784 orang.

Editor: galih permadi
Facebook Moh Ramadhani Soeroso
Foto Tangkapan layar kondisi paru-paru milik seorang pasien anak berusia 7 tahun yang diduga positif terinfeksi virus corona. Perbandingan kedua foto paru kurang dari 24 jam infeksi semakin meluas telah terjadi pneumonia bilateral. 

Ini merupakan patologi yang mendasari pneunomia, dengan gejala batuk, demam, pernapasan yang cepat dan dangkal. Beberapa pasien Covid-19 pulih, kadang-kadang tanpa dukungan lebih dari oksigen yang dihirup melalui cabang hidung.

Namun, yang lain seringkali memburuk tiba-tiba, mengembangkan suatu kondisi yang disebut sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).

Menyerang paru-paru 

Kadar oksigen dalam darah pasien tersebut merosot dan membuat mereka berjuang lebih keras untuk bernapas. Pada rontgen dan pemindaian tomografi terkomputerisasi, paru-parunya penuh dengan keruhan putih di mana seharusnya ruang hitam berisi udara.

Umumnya, pasien-pasien ini berakhir dengan ventilator dan banyak yang meninggal dunia. Hasil otopsi menunjukkan, alveoli menjadi penuh dengan cairan, sel darah putih, lendir, dan detritus sel paru yang hancur.

Dalam kasus yang serius, SARS-CoV-2 di paru-paru dan dapat menyebabkan kerusakan parah di sana.

Tetapi, virus atau respons tubuh terhadapnya, dapat melukai banyak organ lain.

Beberapa dokter mencurigai kekuatan pendorong pasien yang sakit parah merupakan reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang dikenal sebagai badai sitokin yang diketahui memicu infeksi virus lainnya.

Sitokin merupakan molekul pemberi sinyal kimia yang memandu respons imun yang sehat; tetapi dalam badai sitokin, kadar sitokin tertentu melambung jauh melebihi apa yang dibutuhkan, dan sel kekebalan mulai menyerang jaringan yang sehat.

Pembuluh darah bocor, tekanan darah turun, membentuk gumpalan, dan kegagalan organ katastropik dapat terjadi.

Beberapa penelitian telah menunjukkan, peningkatan kadar sitokin yang merangsang peradangan ini terdapat dalam darah pasien Covid-19.

“Morbiditas dan mortalitas sebenarnya dari penyakit ini mungkin didorong oleh respons inflamasi yang tidak proporsional terhadap virus ini,” kata Jamie Garfield, seorang ahli paru yang merawat pasien Covid-19 di Rumah Sakit Temple University.

Namun, yang lain tidak meyakini hal tersebut.

"Tampaknya ada langkah cepat untuk mengaitkan Covid-19 dengan kondisi hiperinflamasi ini. Saya belum benar-benar melihat data yang meyakinkan bahwa itulah yang terjadi," kata Joseph Levitt, seorang dokter perawatan kritis paru di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford.

Ia juga khawatir bahwa upaya untuk meredam respons sitokin bisa menjadi bumerang. Beberapa obat menargetkan sitokin spesifik dalam uji klinis pada pasien Covid-19.

Sumber: Kompas.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved