Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wabah Virus Corona

Waspada Ancaman Terorisme, Pemerintah Diminta Tegas Menangani Pandemi Corona

Pemerintah didorong untuk semakin tegas dan terintegrasi dalam melakukan penanganan terhadap pandemi Covid-19.

Editor: m nur huda
Istimewa
Waspada ancaman terorisme di tengah wabah virus corona 

Untuk mencegahnya, Jenny mengusulkan adanya dialog yang mendalam yang membahas tentang prasangka-prasangka atau kesalahpahaman yang menyebabkan tindakan intoleran.

Hal senada disampaikan oleh Adhi Nur Seto, Wasekjen PB HMI. Menurutnya, solusi paling efektif untuk mencegah penyebaran paham radikalis adalah dengan dialog.

Adhi mengatakan bahwa kelompok yang mudah terpapar radikalisme adalah kelompok yang eksklusif atau tertutup. Hal ini yang membedakan radikalisme saat ini dengan radikalisme zaman dahulu.

Merujuk pada situasi pandemi, Adhi melihat ada peluang terjadinya penyebaran radikal di tengah wabah Covid-19 yaitu karena adanya kekecewaan publik terhadap pemerintah, ketidaksiapan pemerintah dan kegagapan dalam penanganan wabah seolah menggambarkan pemerintah lambat menangani wabah Covid-19.

Untuk itu, Adhi mendorong para mahasiswa dan pemuda untuk mengisi ruang publik yang saat ini justru kosong di tengah pandemi, para aktivis gerakan harus tetap menyuarakan melalui ruang publik seperti media massa, untuk mencegah peluang terjadinya penyebaran radikalisme di tengah wabah.

Sementara itu, dosen Universitas Pendidikan Ganesha, I Gusti Made Arya mengusulkan adanya semacam program studi religi. Dalam program tersebut, mahasiswa atau pelajar diajak mengunjungi tempat-tempat bersejarah agama-agama sehingga terjadi pengenalan agama lain sejak dini.

“Karena literasi keberagaman itu tidak hanya bicara soal pemahaman ajaran, tetapi juga fakta sejarah tentang bagaima kita pernah dan akan selalu seperti itu di dalam merajut hubungan beragama,” kata I Gusti Made Arya.

I Gusti Made Arya juga mengutip ajaran agama Hindu yaitu tatwamasi (aku adalah kamu), ajaran Hindu yang mengajarkan tentang perdamaian.

“Tatwamasi mengajarkan agar kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita memperlakukan diri kita, jika kita tidak ingin disakiti maka jangan menyakiti orang lain”. Kata I Made Arya.

I Made Arya meyakini bahwa jika manusia memegang ajaran tatwamasi kasus-kasus seperti bom bali dan gerakan radikalisme yang mengarah pada kekerasan dan ekstrimis menurutnya tidak akan terjadi.

Solusi lain untuk mencegah penyebaran radikal di sampaikan oleh Arya Prasetya. Ia menawarkan jalan spiritualisme sebagai cara melawan paham radikal.

Merujuk pada ajaran Budhis, Arya menyebut bahwa agama hadir untuk meningkatkan kualitas moral manusia dan membawa pesan perdamaian, sebagaimana asal katanya A yang berarti tidak dan Gama yang berarti kacau.

Arya Prasetya menambahkan bahwa upaya mencegah radikalisme di tengah Covid-19 adalah dengan jalan memperkuat dan memperdalam hakekat agama melalui ajaran tri karya eka karya.

“Upaya proteksi dari radikalisme di tengah Covid-19 kita harus memperkuat dan memperdalam hakikat agama, dalam beragama tidak cukup sekedar percaya, tapi harus dicerminkan dalam kegiatan beribadah atau sembahyang, mengerjakan apa yang dipercaya juga mengamalkan atau mempraktikkan dengan satu landasan yaitu penuh ketulusan,” kata Arya.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pemerintah Diminta Tegas Tangani Wabah Corona Guna Cegah Radikalisme dan Krisis Multidimensi

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved