Virus Corona Jateng
Abu Khoir Sebut Pemulangan Santri Agar Penyebaran Virus Corona Tidak Makin Parah
Sejak merebaknya virus corona dan dinyatakan sebagai pandemi, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk pendidikan, satu di antaranya adalah belajar dar
Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sejak merebaknya virus corona dan dinyatakan sebagai pandemi, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk pendidikan, satu di antaranya adalah belajar dari rumah melalui daring.
Begitu pula bagi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui intruksi tentang protokol NU Peduli Covid-19 bernomor 3945/c.I.24/03/2020 yang menjadi acuan bagi seluruh lembaga dan badan otonom (banom) untuk penanganan penyebaran virus corona.
Rabithah Ma’ahid Islamiah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (RMI PWNU) Jawa Tengah sebagai lembaga di bawah naungan PWNU Jateng memiliki tanggung jawab dalam pengembangan pondok pesantren dan pendidikan keagamaan, mengeluarkan Edaran Lanjutan Pencegahan Penyebaran Covid-19 Di Lingkungan Pesantren tertanggal 23 Maret 2020 lalu.
Edaran itu berisi, memohon kepada pesantren untuk menunda kegiatan ujian (imtihan), wisuda, haflah akhirussanah, serta pengajian umum atau kegiatan lain yang mendatangkan kerumunan massa. Edaran tersebut diteruskan kepada RMI di kabupaten/kota dan pesantren di Jawa Tengah.
Menurut Sekretaris RMI PWNU Jateng, Abu Khoir, hal itu menjadi penting agar proses penyebaran virus tak menjadi semakin parah.
"Hal penting lain adalah terkait pemulangan santri diarahkan untuk dilakukan penjemputan dan tidak menggunakan transportasi umum," ungkapnya kepada Tribun Jateng, Senin (20/4/2020).
Menurutnya, cara ini menjadi pilihan agar meminimalisir minimnya santri kontak dengan banyak orang.
"Selain itu, pesantren harus memastikan santri sebelum pulang diperiksa riwayat kesehatan terlebih dahulu, agar yang di rumah tahu keadaan santri tersebut," tuturnya.
Dia menyampaikan, kepulangan santri dari pesantren menuju rumah masing-masing sejak ada pandemi virus corona ini, setidaknya terbagi atas dua alasan mendasar.
"Pertama, santri ta’dhim mengikuti masing-masing pengasuh atau kiai.
Dalam hal ini kiai mengikuti arahan pemerintah.
Kedua, santri dipulangkan lebih awal dari jadwal kepulangan sebelumnya.
Karena bagi santri salaf (hanya mengaji ilmu-ilmu agama), ramadhan merupakan liburan panjang (kenaikan kelas)," ungkapnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, bila dilihat lebih mendalam sebenarnya pesantren merupakan tempat "isolasi" paling aman.
Karena, santri tidak diperbolehkan keluar sama sekali dari lingkungan pesantren.
"Tapi, di sisi yang lain, pesantren juga menjadi tempat penyebaran paling cepat bila salah satu santri terpapar corona," ucapnya.
Dia menyampaikan, mengenai data detail jumlah santri di Jawa Tengah yang sudah pulang pihaknya tidak mempunyai.
"Yang bisa saya sampaikan, mayoritas santri pesantren di Jaringan RMI Jateng sudah pulang ke rumah," ungkapnya.
Menurutnya, hanya tinggal sebagian santri yang masih menetap di pesantren.
"Yakni, dari luar Pulau Jawa, santri yang ikut ndalem atau abdi dalem pesantren, dan santri yang karena amalan atau ijazah amaliah tertentu memang belum boleh pulang.
Misalnya, di beberapa pesantren ada tradisi nahun yang memang santri tidak boleh pulang," ucapnya.
Dia berpesan, pesantren-pesantren besar di luar Jateng atau yang berada di area Jateng hendaknya, RMI PCNU aktif untuk menyambut kedatangan santri tersebut.
"Sebagai contoh Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Sarang Rembang, Pesantren API Tegalrejo mengirimkan santrinya sesuai daerah masing-masing menggunakan bus besar.
Alhamdulillah, pemerintah kota bekerjasama dengan RMI di masing-masing kabupaten/kota di Jateng menyambut dengan protokol kesehatan kedatangan santri dengan baik," ucapnya. (kan)