Berita Semarang
Persatuan Waria Semarang Kesal Tak Dapat Bantuan Corona, Curhat Pernah Dilecehkan Oknum Petugas
Komunitas Waria Semarang merasa jengkel tak mendapat bantuan pemerintah terkait wabah corona. Mereka juga curhat pernah dilecehkan oknum Satpol PP.
Penulis: Ines Ferdiana Puspitari | Editor: Daniel Ari Purnomo
Mulai dari masker hingga tempe dijual untuk mendapatkan penghasilan untuk menyambung hidup.
Ada juga beberapa yang masih berkegiatan dengan pekerjaan informal lainnya walau terbatas.
Kemudian Silvy juga mulai berkomunikasi dengan jejaring komunitas waria di luar Semarang yang memiliki program pendampingan korban terdampak Covid-19.
Dalam diskusi yang sama, Gabriel Eel, Program Manager Rumah Pelangi Indonesia, mengatakan bahwa sistem pendataan penerima bantuan dari pemerintah harus diperbaharui.
Jangan sampai dengan anggaran bantuan yang begitu besar tidak diberikan pada target yang tepat.
“Pendataan saat ini berdasarkan KK, hal ini tentu membuat kelompok rentan yang tidak memiliki kartu identitas itu menjadi lebih sulit."
"Karena ada alasan tertentu mereka tidak bisa mengurus kartu identitas."
"Kebanyakan mereka enggan untuk kembali ke keluarga, seringkali kekerasan yang diterima itu berasal dari keluarga sendiri."
"Entah itu dalam bentuk fisik maupun psikis,” ucapnya.
Persoalan tersebut, menurut Eel, ditengarai oleh penolakan dan stigma yang dialami oleh transgender.
Semisal diusir dari kediaman orang tua dan terpaksa kabur saat usia masih belia.
Hal-hal semacam itu turut memengaruhi para transgender kesulitan tak memiliki kartu identitas.
Sehingga hal yang terlihat mudah bagi orang lain, akan terasa sulit bagi komunitas rentan ini.
Kepala Bidang Minoritas Kelompok Rentan LBH Semarang, Naufal Sebastian, merasa masalah ini perlu diperhatikan.
Karena dalam kondisi darurat pandemi Covid-19 ini, transgender juga berhak untuk mendapatkan bantuan.