Virus Corona Jateng
Perekonomian Jateng Terus Tertekan Dampak Virus Corona, BI Siapkan Skema Sedang hingga Berat
Bank Indonesia (BI) Jateng siapkan sejumlah simulasi apabila pelemahan perekonomian terus berlanjut.
Penulis: budi susanto | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Bank Indonesia (BI) Jateng siapkan sejumlah simulasi apabila pelemahan perekonomian terus berlanjut.
Terdapat dua skenario yang sudah disiapkan BI jika imbas Covid-19 terus menekan ekspor produk industri.
Yang pertama yaitu skenario kondisi perekonomian moderat atau sedang atas imbas pandemi Covid-19.
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun! 3 Pasien PDP Corona di Kabupaten Semarang Meninggal
• Viral Akun Reemar Martin Artis Tik Tok Filipina Diserang Netizen +62, Sempat Hilang Di-Report
• MAU KE SEMARANG BACA INI! Mulai Hari Ini Kendaraan Bukan Plat H akan Dihentikan
• Pelatih PSIS Dragan Sebut Indonesia Bisa Jadi Satu-satunya Negara yang Tak Lanjutkan Kompetisi
Dalam skenario moderat jika dampak pandemi meluas dan menekan kinerja sektor perdagangan domestik sebesar 0,79 persen dari baseline.
Sedangkan ekspor dan impor masing-masing akan terkoreksi sebesar 8,69 persen, dan 1,31 persen terhadap baseline.
Dijelaskan Kepala Kantor Perwakilan BI Jateng, Soekowardojo, dampak lanjutan pada income dalam kondisi skenario moderat akan berpengaruh pada konsumsi domistik.
"Dalam sekenario moderat diperkirakan terjadi koreksi pada konsumsi domestik sebesar 0,69 persen.
Secara keseluruhan dampak sekenario moderat akan mengkoreksi pertumbuhan perekonomian Jateng sebesar 0,87 persen terhadap baseline," jelasnya, Senin (27/4/2020).
Dilanjutkannya, selain simulasi moderat, dalam skenario berat yang sudah disiapkan, akan terjadi koreksi yang cukup dalam sebesar 1,53 persen terhadap baseline.
"Tingginya potensi koreksi pertumbuhan perekonomian dipicu karena terpukulnya sektor industri utama yang menyebabkan turunnya ekspor hingga 17,98 persen dari baseline.
Dampaknya, konsumsi turut terkoreksi cukup dalam hingga 1,11persen terhadap baseline," paparnya.
Turut dijelaskan Soekowardojo, jika Pemprov Jateng memberlakuan PSBB dan karantina wilayah di tengah pandemi Covid-19, potensi pelemahan perekonomian semakin besar, dan mendorong skenario berat diterapkan.
"Implementasi kebijakan PSBB sedapat mungkin dihindari mengingat kebijakan ini dapat memukul perekonomian," kata Soekowardojo.
Ia mengatakan, sistem pembayaran, baik transaksi tunai maupun non tunai juga terdampak pandemi Covid-19.
"Kebijakan isolasi mandiri mendorong masyarakat mengambil uang tunai lebih banyak.
Sejalan dengan kondisi tersebut, transaksi non tunai juga mengalami peningkatan," tuturnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, BI sebagai otoritas sistem pembayaran di Indonesia berkomitmen untuk menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non-tunai.
"BI masih mempunyai cadangan uang kartal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan transaksi tunai.
Selain itu, sebagai bagian dari upaya pecegahan penyebaran virus melalui uang tunai, BI senantiasa mengganti uang lusuh dan lama dengan lembaran baru.
Sementara untuk menjaga kelancaran transaksi non-tunai, BI senantiasa mengoperasikan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI), dan BI Real Time Gross Settlement (RTGS).
Walaupun terdapat penyesuaian waktu kegiatan operasionalnya," tambahnya. (bud)
• Terpapar Klaster Lembang, Pasien Positif Virus Corona Asal Majenang Cilacap Dinyatakan Sembuh
• Cegah Penularan Virus Corona, Lapak Pedagang Pasar Pagi Salatiga Diberi Jarak 1 Meter
• Banjir di Tuntang dan Banyubiru, Wabup Semarang Segera Normalisasi Sungai
• Isu Begal Merebak di Grup WA, Kapolres Salatiga Minta Warga Tingkatkan Kewaspadaan