Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

FOKUS : Perhatikan Kemiskinan Baru

Melas tenan iki, saiki akeh wong sing mendadak kere goro-goro corona (kasihan banget ini, sekarang banyak orang yang tiba-tiba miskin gara-gara corona

Penulis: arief novianto | Editor: Catur waskito Edy
tribunjateng/bram
ARIEF NOVIANTO Wartawan Tribun Jateng 

Oleh Arief Novianto
Wartawan Tribun Jateng

"Melas tenan iki, saiki akeh wong sing mendadak kere goro-goro corona (kasihan banget ini, sekarang banyak orang yang tiba-tiba miskin gara-gara corona-Red)," kata satu tetangga saya dalam sebuah diskusi ngalor-ngidul di pos ronda kampung, kemarin malam.

Yah, hal itu diungkapkan tetangga saya menanggapi pemberitaan sejumlah media yang menyoroti munculnya kemiskinan baru di Negeri ini akibat dampak pandemi virus corona atau covid-19 yang tak kunjung rampung.

Hal itu terutama menimpa warga pendatang yang berada di kota besar. Di Jakarta misalnya, saat ini banyak orang yang sangat mudah ditemukan harus tidur di emperan toko, seperti di kawasan Tanah Abang.

Penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menyebabkan banyak pendatang pekerja yang tidak lagi bekerja dan tidak memiliki penghasilan. Mereka pun tidak bisa kembali ke kampung halaman karena adanya kebijakan larangan mudik.

Hal itu membuat mereka terusir dari tempat kos atau kontrakan yang selama ini ditinggali. Jangankan untuk membayar kos, untuk biaya makan sehari-hari pun mereka kini kesulitan, dan hanya mengandalkan belas kasihan orang lain.

Orang-orang itu seketika dapat dikategorikan menjadi warga miskin, dengan minimnya perhatian dari pemerintah, sekaligus sulit mengakses bantuan sosial, mengingat mereka memiliki KTP di luar wilayah.

Kondisi yang hampir mirip terlihat di Kota Semarang, yaitu menimpa kaum boro atau perantau, di Gayamsari. Hal itu diungkapkan Ketua RT 03 RW 08, jalan Gajah Timur Dalam 1A, Gayamsari, Semarang.

Ia sempat tampak tak kuasa menahan tangis saat menceritakan kondisi kaum boro yang tinggal di kampungnya, di mana tak cukup mendapat perhatian dari pemerintah dalam hal pemberian bantuan.

Menurut pria paruh baya bernama Mardiman itu, kaum boro di kampungnya kesulitan mendapatkan bantuan layaknya warga lain. Hal itu karena syarat pengajuan bantuan di wilayahnya hanya diperuntukkan bagi warga Semarang dengan KTP Gayamsari.

"Saya merasa kasihan karena di RT sini banyak warga bukan Semarang. Saya bingung, masak warga boro tidak dapat (bantuan)? Kasihan juga kalau sampai kelaparan," ujarnya, kepada Tribun Jateng, Minggu (26/4).

Rasanya, warga dengan kategori miskin baru akibat dampak pandemi covid-19 ini layak mendapat perhatian serius. Bagaimana tidak, bantuan sosial (bansos) yang dijanjikan pemerintah sebesar Rp 600 ribu/bulan bagi masyarakat didasarkan pada data Kemensos 2018.

Hal itu setidaknya tertuang dalam edaran dari RT/RW di kampung saya. Padahal, warga dengan kategori miskin baru itu terjadi dalam waktu relatif singkat, atau sekitar 2 bulan terakhir. Lantas, bagaimana nasib mereka?

Beberapa kali saya sempat menjumpai warga dengan kategori miskin baru ini antara lain akibat PHK yang tiba-tiba, lapak dagangannya sepi pembeli, bahkan yang usahanya harus berhenti total, sementara mereka juga tidak terdaftar sebagai warga penerima bansos.

Meski mereka tetap akan berusaha untuk dapat menghidupi dirinya dan keluarga, pembaruan data sosial pemerintah tampaknya harus segera diperbarui, setidaknya pada lingkup kabupaten/kota. Hal itu mengingat pandemi covid-19 ini yang belum diketahui kapan akan berakhir.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved