Mutiara Ramadhan
Mutiara Ramadhan: Meraih Malam Lailatul Qadar
SEMOGA kita dapat menjalani sisa Ramadan 1441 H ini dengan baik dan sempurna hingga tuntas Idul Fitri nanti, amin ya robbalalamin.
Oleh HA Imam Sya’roni, MSi
Katib Syuriyah PWNU Jawa Tengah
SEMOGA kita dapat menjalani sisa Ramadan 1441 H ini dengan baik dan sempurna hingga tuntas Idul Fitri nanti, amin ya robbalalamin.
Dalam Alquran kalimat “ma adroka” disebut sampai 13 kali dan 10 di antaranya adalah mempertanyakan tentang kehebatan yang terkait dengan “hari kemudian”.
Seperti ma adroka yaum alfashl al haqqoh, illiyyun, dan sebagainya. Semuanya berkaitan dengan sesuatu yang tidak mudah ditampakkan oleh akal pikiran manusia atau lebih tepatnya mustahil tertampakkan. Terjemahan (Qurais Syihab, 1995: 313)
Apakah Lailatul Qadar terjadi setiap tahun?
Kalau yang dimaksud Lailatul Qodar itu malam turunnya Alquran maka jelas tidak mungkin atau mustahil.
Karena umat muslim telah sepakat bahwa Alquran selesai diturunkan, Alquran sudah sempurna dengan turunnya ayat alyauma akmaltu lakum (QS, al-maidah : 3)
Namun apabila yang dimaksud Lailatul Qodar adalah suatu malam mulia yang bilamana dapat diraih maka ia bisa menetapkan masa depan manusia yang sesungguhnya.
Pada malam itu para malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan. Dan jika yang dimaksud adalah demikian, maka para ulama sepakat adanya.
Ketahuilah sesungguhnya Lailatul Qodar itu lebih baik dari 1.000 bulan. Ada perbedaan pendapat tentang penyebutan bilangan seribu, dalam ayat ini yang dimaksud adalah kemutlakan banyak, tapi ada juga riwayat yang mengatakan
“diceritakan Rosulullah bahwa ada seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil yang selalu menenteng pedang di pundaknya untuk berjuang di jalan Allah (jihad fisabilillah) dalam kurun masa 1.000 bulan.
Hal demikian membuat Rosulullah kagum dan ingin agar hal tersebut bisa terjadi pada ummatnya. Selanjutnya nabi Muhammad memohon kepada Allah
“Wahai Tuhanku, Engkau jadikan ummatku, ummat yang paling pendek umurnya karenanya sedikit pula amalnya. Kemudian Allah anugerahkan Lailatul Qodar kepada baginda nabi Muhammad. Dengan demikian, Lailatul Qodar adalah termasuk kekhususan ummat nabi ini. (Asshowi IV/320).
Seberapa lama seseorang bisa mendapatkan Lailatul Qodar?
Sayyid Muhammad Almaliky (w. 1425 H) dalam kitabnya Dzikroyat wa munasabat berkata: Apabila masuk 10 hari terakhir bulan Romadhon, maka baginda Rosulullah selalu menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya dan mengikat kencang pakaian bawahnya, ini riwayat ummul mukminin Aisyah, istri nabi yang mengetahui persis kehidupan beliau sampai akhir hayatnya.
Dari keterangan tersebut, maka dipastikan ketika sudah memasuki sepuluh terakhir, sejak malam 21 Ramadan beliau tidak pernah tidur di malam hari. Hal ini diperjelas oleh riwayat Abi Dzar; bahwa” Nabi selalu membangunkan keluarganya pada malam-malam ganjil, 21,23,25, dan seterusnya.
Dalam bulan Ramadan, Rosulullah SAW biasanya mengkombinasikan antara sholat dan tidur, tetapi apabila sudah masuk 10 hari terakhir, maka beliau kemudian ”cancut taliwondo”, bersungguh-sungguh, tidak memejamkan mata dan mengikat kencang pakaian bawahnya serta beribadah semalam suntuk.
Bahkan Al-Bukhori (w. 256 H) meriwayatkan, nabi biasanya beri’tikaf 10 hari, akan tetapi pada tahun di mana beliau wafat, maka beliau i’tikaf selama 20 hari. Jadi memang ada beberapa riwayat yang antara lain mengatakan bahwa untuk mendapatkan Lailatul Qodar adalah cukup dengan sholat isya berjamaah dan berkeinginan kuat untuk sholat subuh berjamaah pula.
Dengan demikian, berbagai riwayat tentang bagaimana menghidupkan malam “Lailatul Qodar” yang intinya ada “semangat” untuk menghidupkan serta Qiyam Romadhon adalah suatu “teladan” yang harus kita ikuti, dan semoga kita bisa mengikuti serta mengamalkannya.
Apa yang harus dibaca pada waktu menemui Lailatul Qodar
Al-Hakim (w. 405 H) menceritakan riwayat sayyidah Aisyah; berkata: aku bertanya, wahai Rosulullah, apa saranmu jika aku berjumpa dan mengetahui Lailatul Qodar, apa yang aku baca Nabi menjawab: bacalah Allahumma innaka afuwun tuhibbu al’afwa fa’fu anny. Yang artinya; wahai Allah, sesungguhnya Engkau adalah ‘pengampun’ suka memberi ampunan maka berilah ampun padaku.
Ibnu Rojab Al-Hambali (w. 795 H) berkata: Al’afwu atau afuwun merupakan salah satu dari beberapa asma Allah yang maknanya: Dia mengampuni kejelekan hamba-hamba Nya, Dia melebur bekas dosa-dosa hamba Nya, Dia mencintai ampunan.
Maka Allah senang mengampuni dosa para hamba Nya dan juga suka kepada hamba Nya, bilamana mau memberi maaf terhadap lainnya.
Selanjutnya mengakhiri tadarus kali ini, mari kita cermati firman Allah dalam QS 3/Ali-Imron 133-134;
yang artinya“ Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.
Demikian sekilas uraian tentang Lailatul Qodar, semoga kita bisa maksimal dalam Qiyamu Romadhon sekarang dan tahun-tahun selanjutnya. Amin Ya robbal Alamin. (*)
• Jadwal Imsak dan Buka Puasa Hari Ini Karanganyar, Ramadhan Hari ke-20, Rabu 13 Mei 2020
• Bila Ajal Sudah Tiba, Wanita Cantik Ini Batuk lalu Meninggal Dunia di Jok Belakang Taksi Online
• Tazkiyah Duduk Sendirian dalam Gerbong, Kereta Api dari Pasarturi ke Gambir hanya Angkut 13 Orang
• Inilah Tanggapan Penyidik Saat Roy Kiyoshi Bicara Diganggu Mahluk Gaib di Tahanan