Berita Semarang
Ketakutan Masyarakat Bergeser, dari Takut Terpapar Virus Corona Jadi Takut Kelaparan
Menurutnya saat ini ketakutan masyarakat sudah berpindah dari takut terpapar Covid-19 menjadi takut akan kelaparan.
Penulis: Ines Ferdiana Puspitari | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Pemerintah dinilai gagal dalam menghadapi gelombang krisis pertama, yaitu kesehatan di masa pandemi virus corona Covid-19.
Hal itu disampaikan Cornel Gea, penggiat HAM di LBH Semarang.
Cornel Gea mengungkapkannya dalam diskusi yang digelar oleh BEM FHK Unika Soegijapranata, Ngobrol Problematika Indonesia, dengan tema Menerka Permasalahan HAM di Masa Pandemi.
• Saksi Lihat 4 Bocah di Pinggir Kolam Ikan Cilacap, Saat Kembali Semua Sudah Tewas Terapung
• Pengakuan Pasutri yang Viral Bagikan Nasi Bungkus Isi Uang 1 Juta, Keliling Dini Hari Cari Sosok Ini
• Jokowi: Virus Corona Tidak Akan Hilang, Kita Harus Hidup Berdampingan
• 10 Menit, Wanita Muda Ini Guling-guling di Jalan Raya, Bangkit Lalu Jalan Sempoyongan
“Kami dari Koalisi Rakyat Bantu Rakyat, Kobar, sudah berdiskusi cukup lama tentang pandemi Covid-19 ini.
Dan ketika kemarin WHO memberikan statement bahwa Covid-19 tidak akan berakhir, membuat keraguan selama ini semakin nyata.
Bahwa memang harus menghadapi pandemi Covid-19 sampai waktu yang tidak bisa diperkirakan lagi.
Yang artinya seharusnya bersiap untuk gelombang krisis yang kedua yaitu krisis pangan,” jelas pemuda yang juga aktif dalam Serikat Petani Kota itu, Jumat (15/05/2020).
Menurutnya saat ini ketakutan masyarakat sudah berpindah dari takut terpapar Covid-19 menjadi takut akan kelaparan.
Ketakutan akan PHK yang telah terjadi di mana-mana dan kekurangan makanan karena terbatasnya pergerakan dan tidak ada pekerjaan.
“Lama-kelamaan dengan kondisi seperti ini, pasti akan terjadi krisis pangan.
Lalu saat ini juga desa yang berperan sebagai jaring pengaman pangan sudah mulai terdampak karena banyak yang mudik.
Karena itu kami, Serikat Petani Kota, sekarang lebih fokus untuk menanam saja.
Syukur-syukur bisa menjadi lumbung pangan.
Semoga ada inisitaif juga dari daerah yang lain.
Mungkin nantinya uang dan emas tidak ada artinya dibanding sekarung beras,” lanjutnya.