Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Viral

‘Saya Tak Bisa Bernapas’: Kata-kata Terakhir Pria Kulit Hitam, Kini Diteriakkan dalam Bentrok di AS

Polisi menembakkan gas air mata, sementara para demonstran melemparkan batu dan menyemprotkan cat di mobil polisi

Editor: muslimah
STEPHEN MATUREN/GETTY
Seorang pengunjukrasa terlibat demo memprotes kematian George Floyd, Selasa (26/05), di Minneapolis, Minnesota, AS. 

TRIBUNJATENG.COM - Seorang pria kulit hitam berkata ‘saya tak bisa bernapas’ dan juga ‘jangan bunuh saya’ saat ditahan dan ditekan lehernya ke tanah dengan menggunakan lutut oleh polisi kulit putih.

Kematiannya menyebabkan protes di Minneapolis, Amerika Serikat.

Polisi dan pengunjuk rasa bentrok pada malam kedua di kota itu.

Pemerkosaan Ini Terungkap setelah Videonya Viral di WA, si Gadis Tak Sadarkan Diri, Pelaku 5 orang

Promo Superindo Akhir Pekan 29 Mei-1 juni 2020 Banyak Diskon hingga 50 Persen, Daging hingga Biskuit

Pernah Dipenjara, Ini Profil & Biodata Ruslan Buton Eks Kapten TNI AD yang Viral Minta Jokowi Mundur

Tak Tega Lihat Struk dan Wajah Driver Ojol yang Pucat, Polisi Patungan Bayar Orderan Fiktif

Polisi menembakkan gas air mata, sementara para demonstran melemparkan batu dan menyemprotkan cat di mobil polisi.

Penyebabnya kematian seorang pria kulit hitam tak bersenjata, George Floyd, 46 tahun, di tangan polisi – yang direkam oleh sebuah video.

Di video itu leher Floyd diinjak dengan menggunakan lutut oleh seorang polisi dan terdengar Floyd berkata ‘saya tak bisa bernapas’.

Hak atas fotoREUTERSImage caption

9
Demonstran menuju kantor polisi di mana petugas itu bekerja (Reuters)

Sebanyak empat orang polisi dipecat sesudah video itu beredar, sementara wali kota berkata bahwa berkulit hitam “bukanlah alasan untuk dijatuhi hukuman mati”.

Kejadian ini mengingatkan kembali pada kasus Eric Garner yang dicekik oleh polisi di New York pada tahun 2014.

Kematian Garner menyebabkan seruan protes besar-besaran menghadapi kebrutalan polisi di Amerika dan menjadi penggerak utama gerakan Black Lives Matter.

Apa yang terjadi?

Protes bermula Selasa (26/5) sore saat ratusan orang turun ke perempatan lokasi terjadinya peristiwa. Peristiwanya sendiri terjadi pada Senin (25/5) malam.

Penyelenggara berupaya mempertahankan protes tetap berlangsung damai dan patuh pada penjarakan sosial terkait pandemi.

Para demonstran menyerukan yel-yel: “Saya tak bisa bernapas” dan “Itu bisa menimpa saya”.

Salah seorang pemrotes Anita Murray berkata kepada Washington Post:

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved