Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wabah Virus Corona

Tim RSUP Dr Sardjito Kembangkan Terapi Plasma Menjadi Vaksin Pasif Virus Corona

RSUP dr Sardjito Yogyakarta mengembangkan Terapi Plasma Konvalesen untuk vaksin pasif virus corona. Secara garis besar metode TPK sendiri hampir sama

Editor: m nur huda
Istimewa
RS Sardjito di Jalan Kesehatan No 1, Senolowo, Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.  

TRIBUNJATENG.COM, YOGYA - Para ahli medis sedang berpacu dalam percepatan penyembuhan pasien yang dirawat akibat terpapar virus corona Covid-19.

Tak terkecuali para ahli medis dari Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Dr Sardjito Yogyakarta.

Satu di antara metode yang dikembangkan oleh tim ahli RSUP Dr Sardjito saat ini, yakni berupa Terapi Plasma Konvalesen (TPK).

Keindahan Bulan Cincin Halo Tadi Malam dari Magelang, Mulai Tampak Pukul 22.00

Gentenaar Pemain Belanda Berdarah Indonesia Ingin Main di Indonesia, Ayahnya Eks Dortmund dan Ajax

Niat Puasa Sunah Senin dan Kamis, Lengkap dengan Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Tubuh

Viral Boneka Koleksi Istri Bergerak Sendiri dalam Lemari Kaca

Secara garis besar metode TPK sendiri hampir sama dengan pemberian vaksin.

Oleh karena itu, TPK juga disebut sebagai vaksin pasif.

Kepala Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) RSUP Dr. Sardjito, dr Teguh Triyono M.kes, Sp.PK mengatakan, metode TPK merupakan vaksin pasif.

Secara prinsip kerjanya, metode TPK ini merupakan pemberian zat kekebalan yang dipunyai oleh mantan pasien positif Covid-19 yang telah sembuh.

Teguh menyampaikan, setiap pasien positif Covid-19 yang dinyatakan sembuh, mereka memiliki zat kekebalan.

"Zat kekebalan itu ada di dalam plasma. Makanya ini disebut sebagai metode Terapi Plasma Konvalensen," katanya, Rabu (3/6/2020).

Sementara cara kerjanya, ia mencontohkan, pasien positif Covid-19 yang masih dalam perawatan tentu sangat membutuhkan zat kekebalan supaya mempercepat proses penyembuhan.

Agar proses penyembuhan itu dapat dipersingkat, plasma yang diambil dari pasien positif Covid-19 inilah nantinya diberikan kepada pasien Covid-19 yang dalam masa perawatan.

"Intinya metode ini merupakan pemberian zat kekebalan kepada pasien yang dirawat melalui plasma, dari pasien positif Covid-19 yang sudah sembuh," imbuh dia.

Ia menambahkan, Zat kekebalan itu sendiri memang ada di dalam plasma.

Teguh mengakui jika ahli medis masih belum mampu mengambil zat kekebalan secara murni.

Lantaran zat kekebalan atau antibodi tersebut berada di dalam plasma, maka yang diambil dari tubuh pasien Covid-19 adalah plasma.

Meski sudah diuji cobakan di RSUP Dr Sardjito, namun penggunaan metode TPK masih belum dilakukan secara massif.

Beberapa kendala diantaranya, belum adanya penelitian yang dilakukan dalam skala besar, situasi pandemi mengakibatkan beberapa proses terhambat.

"Terus jumlah subjeknya belum terlalu banyak, minim kontrol pasien. Sehingga hasil penelitian yang dilakukan belum ada kesimpulan berapa cepat penggunaan metode ini mampu mempercepat penyembuhan," urainya.

Metode TPK Mempercepat Kekebalan Imun Penderita Covid-19

Meski belum dapat disimpulkan secara kuat, Teguh mengatakan jika dari laporan hasil kasus yang dilakukan, efek positif dari pasien sangat ditunjukkan melalui percepatan perbaikan atau penyembuhan.

Namun, secara tegas ia mengatakan jika percepatan penyembuhan tetap saja tidak bisa dihitung secara merata.

"Dari metode ini juga tidak bisa disimpulkan apakah mampu mengurangi rawat inap dan sebagainya. Itu tidak bisa disimpulkan, karena proses pembentukan kekebalan seorang pasien sangat berbeda," ungkapnya.

Teguh menjelaskan, peran metode penyembuhan melalui TPK ini sebagai pembentukan antibodi.

Saat pasien Covid-19 dalam kondisi drop, mereka berpacu dalam pembentukan antibodi untuk mempertahankan daya tahan tubuh.

Karena daya tahan seseorang berbeda, pembentukan antibodi tersebut sangat membutuhkan suport dari luar.

"Dan terapi plasma ini sebagi suportnya pasien dalam pembentukan antibodi ketika kondisi tubuh pasien sedang drop," paparnya.

Teguh masih belum menyimpulkan berapa persen percepatan penyembuhan tersebut. Namun, melalui transfusi darah ini harapannya mampu membunuh atau menetralisir virus yang berada di tubuh pasien.

Suport antibodi melalui plasma dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh ini juga terbatas.

Harapannya, masih kata teguh, ketika dukungan antibodi dari plasma ini sudah habis, pasien Covid-19 yang masih dirawat sudah sembuh dan bisa memproduksi antibodi secara mandiri.

Sementara saat disinggung golongan darah apa saja yang dibolehkan untuk diambil plasmanya, Teguh menyebut acuannya kepada hukum kompatibilitas.

Artinya, diharuskan plasma golongan A harus ditransfusikan kepada pasien dengan golongan darah A.

"Yang mampu memberikan plasma ke seluruh golongan itu jenis AB. Namun kami anjurkan untuk tetap memakai hukum kompatibilitas," tegasnya.

Sedangkan untuk pemberian plasma tersebut, untuk satu pasien membutuhkan 200 ml plasma darah dengan dua kali pemberian untuk pasien dewasa.

Syarat pendonor plasma ini pun terbilang khusus.

Teguh mengatakan, plasma yang akan di donorkan harus dari seseorang yang pernah sakit.

Kedua, harus memiliki kriteria antibodi yang telah ditentukan dan tidak terinveksi virus apa pun.

"Di luar itu pendonor harus memenuhi syarat umum donor darah. Misalnya terbebas dari HIV, Hepatitis B dan penyakit lainnya," tegasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul RSUP Dr Sardjito Kembangkan Terapi Plasma Menjadi Vaksin Pasif Covid-19

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved