Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

George Floyd Dimakamkan, Wali Kota Menangis Tersedu-sedu di Depan Peti Berlapis Emas

George Floyd (46) meninggal pada 25 Mei setelah polisi putih Derek Chauvin menindihnya ke tanah dengan lutut di lehernya

Editor: galih permadi
(AP/Bebeto Matthews)
Peti mati George Floyd dibawa ke sebuah mobil jenazah setelah upacara peringatan untuk Floyd di North Central University, Kamis, 4 Juni 2020, di Minneapolis. 

"Tentara kita seharusnya tidak diperlakukan seperti itu, mereka seharusnya tidak diminta untuk menangani warga Amerika."

Bowser meminta penarikan semua petugas penegak hukum federal dan pasukan Garda Nasional dari kota, mengatakan kehadiran mereka tidak perlu.

Seorang pengunjuk rasa berusia 35 tahun, Eric Wood, mengatakan kepada BBC:

"Saya di sini karena saya benar-benar tidak mampu untuk tidak berada di sini. Rasisme telah lama menjadi bagian dari AS."

Crystal Ballinger (46) mengatakan dia merasa berharap tentang gerakan kali ini. "Saya merasakan sesuatu yang berbeda tentang protes ini. Saya berharap pesan solidaritas dan kesetaraan keluar."

Di New York, orang banyak menyeberangi Jembatan Brooklyn sementara di San Francisco demonstran menutup Jembatan Golden Gate.

Ada juga protes di Atlanta dan Philadelphia, di mana orang banyak meneriakkan, "Kita butuh keadilan, kita butuh cinta".

Baru mulai
Kerumunan itu beragam, dengan orang-orang dari etnis yang berbeda, dan keluarga dengan anak-anak dan ada suasana optimis.

Musik diputar dan makanan, air dan pembersih tangan dibagikan, ketika pengunjuk rasa meneriakkan "George Floyd", "Breonna Taylor", yang juga tewas dalam tahanan polisi, pada bulan Maret dan tidak ada keadilan, tidak ada kedamaian.

Gerakan-gerakan protes tampak cukup spontan. Pada satu titik, para demonstran melakukan pawai dadakan melalui jalan-jalan, berjalan menyusuri Pennsylvania Avenue sebelum kembali ke Gedung Putih.

Di jalan lain, seluruh jalan para demonstran berlutut satu pada saat yang sama, sebagai tanda solidaritas.

Suster Sarina Lecroy dan Grace mengatakan mereka memprotes untuk pertama kalinya, dan bahwa mereka percaya tingkat kemarahan publik dan sifat nasional dari protes ini dapat mengarah pada reformasi polisi.

"Kami baru memulai kali ini, tetapi (gerakannya) memang terasa jauh lebih kolektif daripada di masa lalu," kata Sarina.

Banyak plakat juga mencerminkan perdebatan yang berkembang tentang bagaimana orang kulit putih harus membantu penyebabnya.

Satu plakat yang dipegang oleh seorang demonstran berbunyi: "Saya mungkin tidak pernah mengerti, tetapi saya akan mendukung Anda."

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved