Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

Kisah Diaz, Mantan Pemulung Kini Kerja di Kapal Asing, Ini Pengalamannya Jadi ABK

Selain ada beberapa kasus ABK yang mengalami penindasan di kapal asing, banyak pekerja migran Indonesia yang sukses kerja di kapal atau pelayaran

Editor: muslimah
THINKSTOCK
Ilustrasi kapal. 

TRIBUNJATENG.COM, PEMALANG - Selain ada beberapa kasus ABK yang mengalami penindasan di kapal asing, banyak pekerja migran Indonesia yang sukses kerja di kapal atau pelayaran.

Bahkan ada istilah, penghasilan orang kerja di kapal sebulan hampir sama dengan gaji orang kerja di darat selama setahun.

Sebut saja Hendrawan warga Tlogosari Kulon.

Dia kerja di kapal niaga atau cargo selama 5 tahun.

Selama itu, dia ikut kapal niaga antar barang-barang ke sejumlah pelabuhan di dunia.

Dari pengalamannya itu, kemudian dia kerja di pelabuhan, mengurus dokumen ekspor impor.

Sekarang punya banyak rumah dan puluhan mobil.

Rapid Test Massal di Semarang, Positif Covid-19 Langsung Karantina, Indonesia Kasus Terbanyak ASEAN

Pemain Bola Ini Ngaku Diculik Alien saat Terlambat Datang ke Sesi Latihan Tim

New Tim Elang Temukan Motor Diparkir Sembarangan, Pemilik Ternyata di Semak-semak Bersama Waria

Ini Sosok Mak Comblang Paula Verhoeven dan Baim Wong

Rumah-rumah dikontrakkan dan sejumlah mobil pun disewakan ke instansi maupun perseorangan.

Selain itu, ada juga nama Bobby pria asal Manado yang telah menjadi warga Kota Semarang.

Setelah lulus dari akademi pelayaran dia pun menambah lagi beberapa sertifikat terkait dengan berlayar dan menunjang pekerjaannya.

Sudah puluhan tahun bekerja di kapal asing, berlayar dari benua ke benua.

Dalam setahun bisa beberapa kali pulang ke Manyaran Semarang bawa uang ratusan juta rupiah.

Kini sedang bangun rumah bernilai miliaran rupiah.

Fiki Diaz (23) warga Desa Serangan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, juga bersedia menceritakan pengalaman kerja di kapal asing.

Diaz menceritakan, sejak kecil hidupnya keras, bantu ekonomi keluarga menjadi pemulung.

Kemudian tahun 2015 kerja sebagai ABK di kapal asing melalui agensi PT Puncak Jaya Samudra Pemalang.

"Kontrak saya dengan PT PJS itu dua tahun dengan gaji 300 USD. Dibayarkan setiap bulannya dan dikirimkan ke rumah," kata Diaz, Sabtu (13/6) kepada Tribunjateng.com.

Dia ikut berlayar di perairan Taiwan dan ikut kapal China.

Awal kerja Diaz sempat bingung karena tak ada pengalaman tangkap cumi dan kesulitan berbahasa.

Saat di kapal, Diaz makan bubur, sosis dan mi instan.

"Saya ABK jadi tulang punggung ekonomi keluarga. Alhamdulillah kini sudah punya rumah dan bayari biaya sekolah adik-adik," kata Diaz.

Terakhir kemarin dia berlayar di Samudera Hindia dan rencananya tahun ini berangkat lagi di Samudera Hindia dengan agen yang sama.

Karena, ada wabah virus corona akhirnya ditunda keberangkatannya.

"Alhamdulillah, gaji naik menjadi 400 USD. Semoga, corona segera hilang dan bisa berangkat lagi," harapnya.

Sementara itu, Sarwono (30) warga Desa Lawangrejo, Kabupaten Pemalang menceritakan ia mulai ikut kapal luar negeri sejak 2006.

"Terakhir sebelum corona, cari ikan di perairan Samo, Amerika Latin. Gaji perbulan 480 USD. Alhamdulillah dari hasil keringat sendiri sekarang sudah punya rumah," terang Sarwono.

Ada pengalaman pahit dialami oleh ABK bernama Almu Amirin (35), warga asal desa Sugihwaras, Kecamatan Pemalang.

Dia menjadi ABK di kapal saat melaut di Amerika Latin. Kapal yang ia bawa mengalami korsleting listrik lalu kapal terbakar.

"Kejadian kebakaran itu tahun 2017 dan alhamdulillah tidak ada korban jiwa," kata dia.

Cerita ABK di kapal luar negeri yang mengalami penindasan, mengagetkan Yahya Subekhi (25), warga Gg Bahari, Kecamatan, Wonokerto Wetan, Kabupaten Pekalongan.

Karena selama berlayar, Yahya alumni SMK Pelayaran Surabaya ini mendapat pengalaman yang menyenangkan.

Dia ikut berlayar di kapal niaga.

"Terakhir berlayar di kapal niaga yang ada di Kalimantan.

Kapal tempat saya bekerja ini membawa alat berat untuk operasional batu bara di Kalimantan dan saya sudah 3 tahun berlayar," cerita dia.

Terpisah Direktur PT Puncak Jaya Samudra (PJS) Pemalang, Herman Suprayogi saat ditemui Tribunjateng.com mengatakan, perusahaannya merupakan agen ABK resmi.

"Pada tahun 2019, sudah memberangkatkan ABK sebanyak 2.406 orang dan yang sudah pulang sekitar 1.970 orang.

Banyaknya yang diberangkatkan. Perusahaan mengurangi pengganguran di Kabupaten Pemalang," kata Herman Suprayogi. (tim/dro)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved