OPINI
OPINI : Investasi Gizi di Masa Pandemi
PandemiCorona (Covid-19)telah memporakporandakan perekonomian sebagian besar keluarga-keluarga di Indonesia. Yang paling rentan terserang
Oleh Dr.Ir.Ch. Retnaningsih, MP
Dosen Program Nutrisi dan Teknologi Kuliner Program Studi Teknologi Pangan, Unika Soegijapanata Semarang
PandemiCorona (Covid-19)telah memporakporandakan perekonomian sebagian besar keluarga-keluarga di Indonesia. Yang paling rentan terserang adalah mereka yang hidupnya tergantung dari penghasilan harian, serta mereka yang tabungannya tipis, atau bahkan tak punya.
Sebagai pihak yang lama bergelut di bidang pangan dan gizi, pertanyaan yang mengemuka di benak penulis adalah sampai seberapa dalam pandemi ini menurunkan asupan gizi –kuantitas maupun kualitas— bagi keluarga-keluarga?
Di dalam suatu keluarga, ada anggota-anggota yang termasuk dalam kelompok “rawan gizi”, yakni anak usia di bawah lima tahun (balita), ibu hamil dan menyusui. Kecukupan gizi bagi mereka harus diupayakan secara serius, karena jika tidak, risikonya sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan generasi mendatang. Bagi kelompok itu, kecukupan gizi ibarat “investasi” bagi generasi baru, yang hasilnya bisa dilihat beberapa tahun ke depan.
Menurutdata dariProfil Anak Indonesia 2019,jumlah balita di Indonesia sebanyak 21,9 jutajiwa. Jumlah itu setara dengan27,6% dari totaljumlah anak (usia0-17tahun) yang mencapai79,5 jutajiwa. Mereka akan menjadi generasi masa depan. Gizi yang cukup dan seimbangbagi balita bisa menjadi fondasi awal untuk pertumbuhan dan kesehatan di usia selanjutnya karena juga terkait dengan imunitasnya.
Pentingnya Pengetahuan Gizi
Usia balitasering disebut sebagai “golden age”.Kerawanan gizi pada kelompok ini tak bisa direhabilitasi. Untuk itu,gizi seimbangpada usia balita inimutlak diberikan, mencakup kecukupanprotein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral agar pertumbuhan fisik, mental dan kecerdasan anak optimal.
Salah satu indikator kekurangangizi pada balita,khususnya dalam 1000 hari kehidupannya, adalahpertumbuhan balita terhambat sehingga tubuhnya menjadi pendek dibandingkan dengan usianya atau dikenal dengan “stunting”.Gangguan tidak hanya terjadi di aspek fisik. Kecerdasannya pun terganggu.
Pada usia bayi 0 – 6 bulan,air susu ibu (ASI) menjadi makanan utamanya.Secara umum ASI memiliki sejumlah keunggulan dibanding susu formula. ASI yang pertama kali keluar, yakni kolustrum, yang berwarna agak kekuningan, merupakan zat gizi yang sangat penting, untuk membentuk antibodi anak, yang berguna membangun kekebalan tubuh.
Selain itu, ASI jugakayaakansenyawa prebiotik (oligosakarida) yang menjadi sumber makanan untuk bakteri baik yang ada di perut bayi,sehingga proses pencernaan bayi lancar dan tidak mudah terinfeksi oleh virus.Di dalam ASI juga banyak terkandung asam lemak penting yang sering disebut dengan DHA (asam dokosaheksanoat) dan EPA (asam eikosapentanoat) yang sangat baik untuk perkembangan kecerdasan bayi.
Makanan tambahan baru diberikan setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan. Kebutuhankalori meningkat, sejalan dengan berkembangnya usia. Namun demikian, pada saat ada asupan makanan tambahan,pemberian ASI hendaknyatetap diberikanhingga anak berusia dua tahun. Makanan tambahan bayi bisa berupa nasi tim yang dihaluskan, dengan kandungan gizi yang seimbang.
Fasepemberian asupan tambahaninimerupakankesempatan orang tua untukberperan maksimal, dalammembuat makanan yang bergizi lengkapbagi sang buah hati. Sumber karbohidrat bisa didapat dari nasi atau umbi. sumber protein dari telur, daging, ikan, tahu dan tempe. Sumber vitamin dan mineral dari sayuran dan buah-buahan.
Apa yang dikonsumsi balita tergantungdaripemberian orang tuadan pendamping lainnya (pengasuh, nenek, saudara).Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kecukupan gizi balita diantaranya pengetahuan giziorang tua dan/ atau pendamping lain,kondisi sosial ekonomi keluarga, dukunganseluruh anggotakeluarga terhadap anak balitatersebut.
Pada keluarga-keluargayang kebetulan mengalami keterbatasan dalamhal ekonomi,pengetahuan gizi menjadi sangat penting. Seseorang dengan pengetahuan gizi yang baik akan memiliki pilihan yang lebih banyak dalam membelanjakan uangnya yang terbatas, dan dapat memberikan prioritas konsumsiuntukbalita.