Berita Sragen
Warga Sragen Ini Simpan Ribuan Fosil di Rumah, Satu Koleksi Pernah Ditawar Ratusan Juta
Koleksi ribuan fosil, Sudarsono (62) warga Dukuh Ngadirejo, Desa Sambungmacan, Kabupaten Sragen ini pantang jual temuannya.
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Koleksi ribuan fosil, Sudarsono (62) warga Dukuh Ngadirejo, Desa Sambungmacan, Kabupaten Sragen ini pantang jual temuannya.
Di rumahnya, 4.000 fosil dan beberapa benda kuno yang ia kumpulkan sejak 1975 tertata rapi di dalam etalase kaca yang ia peroleh dari Pemkab Sragen.
Fosil dan benda kuno itu sebagian besar ditemukan saat penggalian proyek sodetan Sungai Bengawan Solo pada 1975.
• Anggota DPRD Ditangkap Bersama Seorang Wanita di Hotel, Diduga Gelar Pesta Narkoba
• 13 Wilayah di Jawa Tengah yang Bisa Saksikan Gerhana Matahari Cincin 21 Juni 2020
• Pelaku Tabrak Lari di Tembalang Semarang Berhasil Ditangkap, Tertidur di Dalam Mobil
• Hasil Liga Italia Tadi Malam, AC Milan Terhempas ke Peringkat 9 Padahal Belum Bermain
• Cara Aman Melihat Gerhana Matahari Cincin Besok & Daerah di Jawa Tengah yang Akan Dilewati

Pembuatan sodetan tersebut dilakukan dengan membuat saluran sedalam 10 meter, di dasar sodetan inilah, banyak fosil-fosil ditemukan.
Kebanyakan fosil, terdiri dari tengkorak manusia purba, serpihan tulang hewan purba, kapak, botol bekas hingga benda semacam piagam penghargaan dari kayu yang berbahasa Jepang.
"Semuanya merupakan hasil temuan sejak tahun 1975, pertama itu ada galian kanal Bengawan Solo saya ikut ke sana kemudian ada barang-barang aneh ini".
"Saya bawa pulang aja saya kumpulkan, lama kelamaan ada tamu banyak dari luar negeri melihat temuan saya, tamu terus datang ke rumah mulai 1975 itu sampai sekarang," terang Sudarsono, Minggu (21/6/2020).
Sudarsono menyampaikan tamu yang berkunjung kebanyakan merupakan peneliti dan arkeolog, tak hanya dari Sragen atau Indonesia bahkan dari luar negeri.
Banyak di antaranya berasal dari luar negeri seperti Amerika Serikat, Australia dan Jepang.
Sudarsono juga menyampaikan fosil yang ia kumpulkan ini banyak ditawar oleh para tamu yang datang, satu fosil saja pernah ditawar hingga harga Rp 100 juta.
Rp 100 juta tidak jumlah yang sedikit kala itu, namun dirinya menyampaikan tidak ingin mencari untung dari kegemarannya mengoleksi fosil ini.

"Paling tinggi menawar hingga Rp 100 juta. Sekitar tahun 1990-an, yang ditawar itu fosil rahang gajah purba. Umur fosilnya sekitar 1,8 juta tahun, saya tolak," katanya.
Sudarsono memang pantang menjual barang-barang tersebut, menurutnya dengan adanya fosil ini generasi penerus bisa mengetahui sejarah bahwa sejak zaman dahulu sudah ada peradaban di desanya.
Dirinya menyampaikan fosil-fosilnya ini telah diketahui Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran. BPSMP juga berencana membantu pembuatan museum di kediaman Sudarsono.
"Ini dari (BPSMP) Sangiran sudah tahu juga. Laporan sudah di kementerian pusat mau dibikinkan museum di sini," ujarnya.
Tidak hanya mengoleksi fosil, di halaman rumah Sudarsono juga terdapat ratusan tanaman bonsai.
Selain menekuni hobi yaitu merawat tanaman bonsai, bonsai juga dapat bernilai ekonomis tinggi jika dijual. (uti)
• Gus Mujib: Kami Hormati Arahan Bupati Pati tentang Penundaan Reaktivasi Pesantren
• Koalisi Hijau Lawan Petahana di Pilkada Purbalingga, PPP Tunggu Rekomendasi PKB Turun
• Pedagang Dilarang Berjualan di Area Alun-alun Hanggawana Slawi, Wahyudin: Baru Minggu Ini
• Update Corona 21 Juni di Banyumas, Dua Mahasiswa Positif Covid-19