Focus
Strategi Shin Tae-yong atau PSSI yang Bobrok?
Di sini, drama pertama muncul. Fakhri Husaini marah ke PSSI lantaran akan menempatkan dirinya menjadi asisten pelatih Shin
Penulis: galih permadi | Editor: muslimah
Strategi Shin Tae-yong atau PSSI yang Bobrok?
Oleh: Galih Permadi
Kehadiran pelatih Timnas Indonesia asal Korea Selatan, Shin Tae-yong sejak awal diselimuti drama. Shin dikontrak PSSI selama empat tahun untuk menangani timna senior, level U-19 dan menjadi manajer pelatih di semua level umur.
Penunjukkan Shin Tae-yong membuat pelatih Timnas U-19 Indonesia, Fakhri Husaini tersingkir. Padahal prestasi Fakhri cukup gemilang membawahi Timnas U-19 salah satunya menjuarai Piala AFF U-16 dan lolos Piala Asia U-19 2020.
Di sini, drama pertama muncul. Fakhri Husaini marah ke PSSI lantaran akan menempatkan dirinya menjadi asisten pelatih Shin. Fakhri menganggap federasi tak melihat pengorbanan dirinya meloloskan Timnas.
Fakhri menilai jabatan asisten tidak sebanding dengan apa yang dia sudah korbankan. "Saya sudah meninggalkan keluarga dan pekerjaan, saya ingin ada tantangan sendiri. Saya dengan teman yang lain meloloskan Timnas," ucapnya. Fakhri akhirnya benar-benar tersingkir. PSSI berkuping tebal tak mendengarkan suara pelatih asal Aceh tersebut.
Drama berikutnya antara Shin Tae dengan Indra Sjafri. Berbeda dengan Fakhri, Indra Sjafri mau turun jabatan menjadi asisten pelatih setelah menjabat pelatih kepala di Timnas U-19 dan Timnas U-23. Namun jabatan ini menjadi tantangan buat Indra Sjafri menangani Timnas Senior.
Bulan madu, Shin-Indra tak berlangsung lama. Seusai TC Timnas U-19 di Thailand, Indra Sjafri tak terlihat batang hidungnya mendampingi Shin melatih. Mendadak Indra Sjafri ditunjuk PSSI menjadi Direktur Teknik PSSI.
Drama terbaru yakni Shin Tae-yong curhat ke media Korsel menganggap PSSI blenjani janji. Target yang dibebani kepada Shin Tae-yong tak main-main yakni Timnas Senior juara Piala AFF 2020, Timnas U-19 Indonesia masuk empat besar di Piala AFC U-19 2020 dan melangkah jauh di Piala Dunia U-20 2021 saat Indonesia menjadi tuan rumah.
Namun atas target yang diberikan, PSSI tak mau memenuhi keinginan Shin agar Timnas U-19 Indonesia menggelar TC di Korsel. PSSI lebih memilih menggelar TC di dalam negeri.
Pertimbangan Shin yakni kondisi pandemi Corona lebih baik di Korsel. Selain itu, Ia ingin pemain timnas U-19 Indonesia akan mendapatkan lawan uji coba yang kuat.
Ia mencontohkan dengan hasil timnas Korea Selatan saat Piala Dunia 2002 yang mencapai babak semifinal. "Ketika Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2002, Korea Selatan dapat masuk sampai semifinal karena ada proses melawan tim-tim yang kuat dan itu yang menjadi pengalaman walaupun kalah terus-terusan," kata Shin.
Shin menilai bahwa PSSI justru tidak konsisten dalam memegang janji dan menyusun kebijakan untuk timnas Indonesia. "PSSI sering berganti pengurus dan kebijakannya," ucapnya.
PSSI harusnya berkaca dengan rancangan Tur Nusantara Timnas U-19 era Evan Dimas persiapan Piala Asia U-19 2014. Dalam Tur Nusantara, Timnas U-19 hanya melawan tim lokal. Meski tim sempat terbang ke Spanyol melawan tim kedua Barcelona, Valencia, Atletico Madrid, dan Real Madrid namun hasilnya mlempem di Piala Asia 2014.
Sudah mafhum, jika PSSI tak hanya kali ini saja membuat sepakbola Indonesia penuh drama. Namun bukan drama yang dibutuhkan pencinta Timnas, melainkan prestasi.
Shin Tae tentu memiliki pengalaman di Piala Dunia dan ingin mengulang kembali kesuksesannya bersama Timnas Indonesia. Sudah saatnya mengakhiri drama ini. PSSI seharusnya memberi kesempatan Shin untuk mengerahkan kemampuan dan strateginya. Tinggal dibuktikan nanti, strategi Shin Tae-yong apakah manjur atau malah hancur?.(*)