Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Gowes Jadi Tren di Italia, Pemerintah Beri Insentif Warga yang Membeli Sepeda

Bersepeda nampaknya sedang menjadi tren di berbagai belahan dunia. Tak hanya di Indonesia, di negara Eropa yakni Italia saat ini tengah mengalami lonj

Editor: m nur huda
Vincenzo PINTO / AFP
Pengendara Sepeda dan skuter listri melintas di kawasan Roma 22 Juni 2020. 

TRIBUNJATENG.COM, ITALIA - Bersepeda nampaknya sedang menjadi tren di berbagai belahan dunia. Tak hanya di Indonesia, di negara Eropa yakni Italia saat ini tengah mengalami lonjakan penjualan sepeda sejak pemerintah mengakhiri penguncian virus corona baru.

Orang memilih menghindari transportasi umum. Selain itu menanggapi insentif pemerintah untuk membantu lingkungan.

Sekitar 540.000 sepeda telah terjual secara nasional sejak toko-toko di seluruh negeri buka kembali pada awal Mei tahun ini, menurut Ancma, asosiasi sepeda Italia dilansir dari laman kontan.

Mengintip Kekayaan John Kei, Rumah dan Mobil Harga Miliaran, Berseteru karena Masalah Tanah

Berita Lengkap Mbah Kung Kakek Sugiono Indonesia Ungkap Rahasia Digemari Cewek Cantik

Cewek Cantik Seperti Apa yang Didekati Mbah Kung? Bukan Anak Teman, Bukan Istri Orang

Mbah Kung Kakek Sugiono Indonesia Asli Surabaya Ngekos di Semarang

Angka itu melonjak 60 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Untuk menjauhkan orang dari metro dan bus serta mengurangi kemacetan lalu lintas, Pemerintah Italia menawarkan insentif hingga € 500 atau sekitar US$ 562,7 untuk penduduk kota yang membeli sepeda konvensional atau sepeda listrik.

Subsidi yang Pemerintah Italia berikan mulai 4 Mei sampai akhir tahun itu telah mempercepat penjualan sepeda, bahkan di toko-toko kecil stok tidak tersedia.

"Mungkin telah menjadi bulan yang luar biasa untuk pasar e-sepeda," kata Gian Franco Nanni, Chief Executive Officer Askoll, produsen sepeda dan skuter listrik, Selasa (23/6), kepada Reuters.

Pengendara Sepeda dan skuter listri melintas di kawasan Roma 22 Juni 2020.
Pengendara Sepeda dan skuter listri melintas di kawasan Roma 22 Juni 2020. (Vincenzo PINTO / AFP)

"Kami telah melihat pertumbuhan tiga digit dalam pesanan dibandingkan dengan tahun lalu," ujarnya.

Dengan lebih dari 34.600 kematian, Italia memiliki korban meninggal akibat virus corona tertinggi keempat di dunia.

Dan, pihak berwenang telah memperingatkan risiko infeksi masih tinggi di tempat-tempat ramai.

Pemerintah Italia menyiapkan € 120 juta untuk insentif sepeda, dan akan menyediakan lebih banyak dana jika diperlukan.

Penggunaan sepeda secara tradisional populer di kota-kota Utara Italia di kawasan Lembah Po, seperti Bologna dan Parma.

Tetapi sekarang, juga menjamur di kota-kota Selatan.

"Kami telah menjual lebih dari 50 sepeda sejak kami buka kembali," kata Simone Lazzaretti, pemilik toko sepeda "Lazzaretti" di Roma, tempat sepeda tidak pernah benar-benar menarik perhatian sebagai sarana untuk berkeliling kota.

"Kami telah menjual semua model dengan pedal yang lebih murah dan hanya tersisa yang top-of-the-range, yang harganya sekitar € 2.500," ujar dia kepada Reuters.

Toko Sepeda di Tegal Sejak 1920

Toko Sepeda Johan merupakan toko sepeda tertua di Kota Tegal.

Ia sudah berdiri sekira satu abad, tepatnya sejak 1920.

Dari awal berdiri hingga saat ini Toko Sepeda Johan berlokasi di Jalan Ahmad Yani Kota Tegal.

Kini Toko Sepeda Johan sudah dikelola oleh generasi keempat.

Toko Sepeda Johan di Jalan Ahmad Yani Kota Tegal.
Toko Sepeda Johan di Jalan Ahmad Yani Kota Tegal. (Tribun Jateng/Fajar Bahruddin Achmad)

Sementara urutannya, generasi pertama adalah Tek Ju Hin (meninggal dunia), generasi kedua adalah Johan Budi Hartono (90), generasi ketiga Sunjoyo (60), dan generasi keempat adalah Indrawan (32).

Masa 2020 diakui oleh pengelola Toko Sepeda Johan menjadi tahun terlaris penjualan sepeda.

Dalam sehari sekira 30 unit sampai 40 unit sepeda bisa terjual.

Generasi kedua, Johan Budi Hartono mengatakan, penjualan sepeda pada 2020 paling ramai.

Ia mengatakan, sejak 1920 ia belum pernah melihat toko sepeda peninggalan ayahnya seramai ini.

"Toko ini dari bapak saya. Berdiri sejak 1920. Dari dulu di sini. Sekarang sudah generasi keempat, cucu saya," kata Johan kepada tribunjateng.com, Sabtu (20/6/2020).

Johan bercerita, sekira 20 tahun lalu penjualan sepeda sempat ramai dengan merek federal.

Pada 1992 tren yang ada di masyarakat yaitu Sepeda Federal.

Meski demikian, menurut Johan, penjualan saat itu tidak sebanyak saat ini.

"Pernah ramai karena sepeda Federal tahun 1992. Ini baru ramai lagi. Tapi ramainua tidak seperti sekarang. Ini sangat ramai," ungkapnya.

Istri dari generasi ketiga Sunjoyo, Titi (60) mengatakan, toko sepedanya tidak hanya menjual sepeda bermerek kekinian, seperti Polygon, Thrill, Element, Pasific, United, dan Phoenix.

Namun juga menjual sepeda jadul, seperti sepeda onthel, jengki, sepeda merek Kuwahara, Fujiwara, Benny, dan sebagainya.

Sepada jadul itu dibandrol dengan harga sekira Rp 1,5 juta sampai Rp 6 juta.

Selain itu, tersedia juga berbagai merek sepeda kekinian, seperti Polygon, Thrill, Element, Pasific, United, dan Phoenix.

Harganya pun beragam.

Ia mengatakan, harga sepada gunung Polygon mulai Rp 1,8 juta hingga Rp 5 juta.

Untuk harga sepeda lipat Polygon di angka Rp 4 juta.

Harga sepeda Element jenis gunung maupun lipat mulai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.

Harga sepeda United mulai Rp 1,8 juta hingga Rp 6 juta.

Harga sepeda Phoenix mulai Rp 1,2 juta sampai Rp 13,3 juta.

Sementara harga sepeda Pasific mulai Rp 1,5 juta hingga Rp 5 juta.

"Sepeda jadul-jadul kalau ada yang tanya kita layani. Seperti merek Kuwahara, Fujiwara, Benny, jengki atau onthel. Banyakan yang nyari dari luar kota," jelasnya.

Sejarawan Pantura, Wijanarto, toko sepeda tertua di Kota Tegal ada dua, yaitu Toko Sepada Norton dan Toko Sepeda Johan.

Ia mengatakan, saat masyarakat mengenang toko sepeda, dua toko itu yang akan diingat.

Namun menurutnya, hal menarik yang melatarbelakangi trennya sepeda saat ini adalah dorongan dari gaya hidup.

"Kalau kita lihat ini lahir dari kelompok kelas menengah. Kedua ini dari lahirnya kelompok komunitas. Mereka yang mencintai sepeda bukan sekadar untuk olahraga tetapi juga untuk mengembalikan memorabilia masa lalu," katanya.

Wijan menjelaskan, pada 1950 sepeda sudah digunakan sebagai kendaraan masyarakat dalam beraktivitas sehari- hari.

Menurutnya, mobilitas itu sudah senyampang dengan lahirnya daerah- daerah yang kemudian menghubungkan pusat- pusat penjualan.

Ia mengatakan, hal itu juga bersamaan ketika masyarakat lebih memilih menggunakan sepeda tinimbang gerobak.

Berbeda dengan saat ini setelah munculnya sepeda Brompton.

"Orang tidak lagi berpikir fungsional. Tapi lebih ke sadar status. Sepeda bisa memacu status sosial ketika berbicara tentang tren atau branded mereknya," ungkapnya. (*)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Sepeda Kian Laris di Italia, Mirip Fenomena Indonesia, Bedanya Pemerintah Disana Beri Insentif

Seorang Perawat di Surabaya Meninggal karena Covid-19, Bayi yang Baru Dilahirkan Juga Positif Corona

60 Persen Daerah di Indonesia Masuk Zona Hijau Covid-19, Kondisi Ekonomi Lebih Baik dari Negara Lain

Bidan dan Perawat Disekap Dalam Angkot Selama 4 Jam, Polisi Sudah Kantongi Ciri Pelaku

Ini Penyebab Kasus Covid-19 di Jatim Terus Meningkat Hampir Samai DKI Jakarta

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved