Berita Viral
Viral Pelanggan Ojol Marah Dipanggil "Kak", Dimana Bagian yang Salah?
Unggahan asli dari warganet tersebut saat ini sudah dihapus, namun akun resmi Grab Indonesia sempat menanggapi twit itu
Dikonfirmasi terpisah, Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Drajat Tri Kartono menyebut ada perbedaan konteks budaya dalam memahami panggilan 'kak' antara customer dan driver Grab.
"Kalau saya melihat, penolakan dia (customer) yang keras itu mengandung konsepsi tentang gender.
Sepertinya dia merasa panggilan 'kak' itu adalah panggilan untuk kakak perempuan, maka kemudian dia menyebut istilah-istilah yang spesifik keperempuanan itu, karena dia merasa tidak dihargai sebagai laki-laki," jelas Drajat saat dihubungi Kompas.com (5/7/2020).
Hal itu terjadi karena perbedaan orientasi gender.
Dia (customer) merasa harus dihargai sebagai laki-laki, tetapi ia menganggap bahwa panggilan 'kak' itu untuk perempuan.
Sehingga, timbul selisih pemahaman karena perbedaan konteks pengetahuan dan konsep budaya.
Drajat juga menjelaskan bahwa panggilan-panggilan seperti 'kak', 'mas', 'mbak', muncul karena ada kesepakatan sosial kolektif di masyarakat.
Panggilan-panggilan tersebut, menurutnya muncul karena adanya nilai penghormatan serta kesopanan, juga untuk menghargai status seperti usia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ramai soal Pelanggan Ojol Marah Dipanggil "Kak", Apa Ada yang Salah?