Ngopi Pagi
FOKUS : Jasa Aswatama
ALKISAH, sebagai tokoh wayang, Aswatama, memang bukan tokoh penting. Memang, dia berada di lingkaran utama--atau sebut saja, ring satu--Astinapura.
Oleh Achiar M Permana
Wartawan Tribun Jateng
ALKISAH, sebagai tokoh wayang, Aswatama, memang bukan tokoh penting. Memang, dia berada di lingkaran utama--atau sebut saja, ring satu--Astinapura. Selain Karna, Aswatama adalah sahabat dekat Duryudana, penguasa Astinapura.
Akan tetapi, keberadaan Aswatama tidak pernah benar-benar mewarnai cerita.
Alih-alih tokoh utama, sependek ingatan saya, hanya dalam lakon Aswatama Nglandhak, putra tunggal Begawan Drona itu benar-benar menjadi tokoh penting. Selebihnya, dia harus rela berada pada barisan tokoh semenjana. Sekadar pelengkap cerita.
Bahkan, pada lakon penting yang mengisahkan kematian ayahnya, Drona Gugur, Aswatama hanya disebut sebagai sebab. Drona menemui ajal gara-gara hoax bertajuk "Aswatama mati!", yang diteriakkan para prajurit Pandawa di tengah medan perang Kurusetra. Tidak secuil pun Aswatama dalam kisah itu, yang bisa mendorong para dalang membawanya ke sorot blencong.
Benarkah Aswatama tidak patut dicatat? Benarkah putra Dewi Wilutama itu hanya layak disebut sepintas lalu?
Kalau mau sedikit repot njingglengi jagat pewayangan, rasanya ada satu jasa Aswatama. Jasa yang terbilang besar dan kontekstual dengan situasi hari ini.
"Rak sah bedhek-bedhekan, Kang. Tegelem leh, wong wis bileng merga corona ijek mbokkon mikir angel," tiba-tiba Dawir, sedulur batin saya, nyeletuk dari balik tengkuk.
Syahdan, suatu ketika Dewi Anggraini, istri Bambang Ekalaya, nyaris menjadi korban pelecehan seksual. Pelakunya tak lain adalah ksatria tertampan di jagat, Raden Arjuna. Sang Lelanganging Jagad kesengsem pada kecantikan Anggraini, ketika keduanya bersua di Hutan Kamiyaka yang sunyi-sepi.
Saat itu, teriakan Anggraini tidak berguna. Seperti menepuk udara hampa. Di tengah hutan, tak seorang pun bisa menolong.
Nah, pada saat-saat kritis itulah pertolongan datang. "Dewa Penolong" itu tak lain adalah Aswatama. Dialah yang menyelamatkan Anggraini dari jurang rudapaksa.
Kisah Anggraini dan "jasa baik" Aswatama itu melejing ke kepala saya, di tengah kabar penundaan pembahasan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS).
Padahal, RUU tersebut bisa menjadi dewa penolong--serupa Aswatama--bagi banyak korban kekerasan seksual, terlebih perempuan.
Jaringan kelompok masyarakat sipil kecewa dengan kinerja DPR terkait penundaan pembahasan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual ( RUU PKS).
Jaringan ini terdiri dari ratusan kelompok dan individu pendukung RUU PKS, antara lain Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (Hapsari), Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), hingga Kelompok Peduli Penghapusan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (KePPaK Perempuan).