Berita Banyumas
Ada 277 Kasus DBD di Banyumas, 7 Diantaranya Meninggal Dunia
Sementara jika dilakukan PSN, kata dia, mata rantai pertumbuhan nyamuk akan terputus dan DBD dapat dicegah
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Hingga saat ini tercatat sebanyak 227 kasus DBD terjadi di Banyumas dengan 7 orang diantaranya meninggal dunia.
Terkait dengan hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Banyumas Sadiyanto mengimbau masyarakat menggalakkan kembali kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
PSN dinilai paling efektif dalam memberantas jentik-jentik nyamuk.
"Masyarakat kalau ada DBD selalu meminta dilakukan 'fogging'.
Padahal yang paling penting adalah PSN," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (14/7/2020).
Menurut Sadiyanto pengasapan maksimal hanya bertahan 3-5 hari.
Sementara telur nyamuknya tidak mati sehingga masih memungkinkan tumbuh menjadi jentik-jentik nyamuk.
Sementara jika dilakukan PSN, kata dia, mata rantai pertumbuhan nyamuk akan terputus dan DBD dapat dicegah.
Menanggapi adanya kejadian DBD, Warga Desa Karangduren, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, meminta Dinas Kesehatan melakukan pengasapan (fogging).
Hal itu untuk mencegah peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) di daerah itu.
Memang Pemerintah Kabupaten Banyumas saat ini sedang gencar-gencarnya menangani pandemi Covid-19 dengan mengadakan tes swab massal.
Namun demikian bersamaan dengan itu pasien DBD justru meningkat.
di Karangduren, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, Senin.
"Di Desa Karangduren RW 2 dan RW 4 tercatat sebanyak 7 warga terkena DBD sejak terjadinya pandemi Covid-19," kata Kepala Desa Karangduren, Ismanto.
Pemerintah Desa Karangduren bersama kader mengadakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) pada 26 Juni 2020.