Berita PSIS
PSIS Keberatan dengan Penetapan Nominal Dana Subsidi PT LIB, Dianggap Kurang
Menanggapi hal itu, manajemen PSIS Semarang rupanya kurang puas dengan ketetapan dinaikkannya nilai subsidi senilai Rp 800 juta.
Penulis: Franciskus Ariel Setiaputra | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Status kompetisi Liga 1 2020 yang sempat terhenti pada pekan ketiga Maret silam sudah pasti akan dilanjutkan kembali pada 1 Oktober mendatang.
Hal tersebut sesuai dengan yang tertuang dalam surat edaran PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku pemegang roda berjalannya kompetisi.
Namun, kelanjutan kompetisi sepakbola paling elit se tanah air tersebut, harus dijalankan dengan sejumlah perubahan regulasi.
• Serapan Anggaran di Jateng Baru 27 Persen, Ganjar Minta Segera Belanjakan APBD
• Objek Wisata Dieng Segera Dibuka, Pemkab Banjarnegara Sedang Gelar Simulasi
• BREAKING NEWS: Longsor di Bukit Stonen Semarang, Satu Mobil L 300 Hancur
• Kantor PLN Ditutup Sementara Setelah 2 Karyawan Dinyatakan Positif Covid-19
Selain digelar tanpa penonton, LIB juga membuat keputusan seluruh pertandingan dipusatkan di Pulau Jawa.
Kabar terbaru, pasca manager meeting virtual ada aturan Liga 1 2020 juga mengalami perubahan regulasi terkait subsidi bulanan untuk 18 klub peserta.
Semula, PT Liga Indonesia Baru (LIB) memberikan subsidi kepada para kontestan Liga 1 2020 sebesar Rp 500 juta per bulan.
Jumlah itu meningkat menjadi Rp 800 juta per bulan saat Liga 1 2020 sudah kembali bergulir.
Menanggapi hal itu, manajemen PSIS Semarang rupanya kurang puas dengan ketetapan dinaikkannya nilai subsidi senilai Rp 800 juta.
CEO PSIS Semarang Yoyok Sukawi mengatakan, nilai tersebut kurang ideal. Terlebih kompetisi dijalankan dengan status extraordinary competition karena masih dalam masa pandemi covid-19.
Manajemen PSIS merasa subsidi tersebut masih terbilang kurang mencukupi karena akan tidak ada pemasukan dari segi tiket penonton yang menjadi sumber pemasukan terbesar klub.
"Kami pikir subsidi Rp800 juta itu sangat kurang karena kompetisi Liga 1 dilanjutkan tidak seperti biasanya. Sebagai contoh, PSIS itu salah satu pemasukan terbesarnya dari hasil penjualan tiket. Kita dalam setahun manajemen kurang lebih bisa mendapat pemasukan sekitar Rp 20 miliar rupiah hasil dari menjual tiket pertandingan," kata Yoyok, Senin (20/7/2020).
Dia menambahkan, pihak operator kompetisi mestinya juga turut mempertimbangkan aspirasi klub peserta. Termasuk juga mengenai kebijakan royalti dari hak komersial.
"Harusnya, PT. LIB menyesuaikan dengan aspirasi klub. Klub-klub lainnya juga mengusulkan hak komersial berkisar di atas Rp 1 miliar. Ada yang usul 1,25 Miliar, ada yang usul 1,5 Miliar. Kalau 800 juta kami pikir kurang," kata Yoyok.
Di sisi lain, menjelang bergulirnya kompetisi Liga 1, pihak Panpel PSIS Semarang terus mengebut persiapan venue.
Manajemen klub kebanggaan masyarakat Jawa Tengah tersebut telah menunjuk Stadion Citarum, Kota Semarang sebagai homebase untuk Liga 1 2020.
Dengan pertimbangan berbagai hal antara lain, perijinan di tengah pandemi covid-19, status kompetisi digelar tanpa penonton, dan penghematan budgeting karena minimnya pemasukan klub.(*)