BPJS Ungaran
Warga Salatiga Pasien Hemodialisa Ini Ingin Program JKN-KIS Berkesinambungan
Yohanes Surono, warga Argomulyo Kota Salatiga menjadi salah satu peserta Jaminan Kesehatan Nasional–Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Yohanes Surono, warga Argomulyo Kota Salatiga peserta Jaminan Kesehatan Nasional–Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) merasa sangat bersyukur telah dibantu biaya pengobatannya.
Bapak satu anak ini telah mengalami sakit gagal ginjal sejak 6 tahun lalu.
Selama itu pula Yohanes menjalani pengobatan cuci darah atau yang dikenal hemodialisa dengan memanfaatkan KIS.
“Sangat bersyukur sekali ada BPJS Kesehatan, jika saya tidak terdaftar sebagai peserta JKN-KIS mungkin saat ini saya sudah tidak ada di dunia ini,”ucap Yohanes penuh haru.
Yohanes bercerita yang mencari nafkah dalam keluarganya hanyalah istri.
Sang istri berjualan tahu campur dengan pendapatan seadanya membiayai hidup dirinya serta kuliah anaknya.
“Program ini sangat sangat membantu sekali dalam pengobatan saya. Alangkah baiknya pemerintah sudah menghadirkan Program JKN-KIS yang dikelola BPJS Kesehatan. Berkat program ini biaya pengobatan yang seharusnya dikeluarkan bisa dialihkan untuk biaya kebutuhan lainnya,” lanjutnya.
Sebagai manusia Yohanes pernah mengalami lika liku hidup yang dirasa cukup berat.
Yaitu ketika dirinya sakit, ibunya sakit dan ayahnya sakit.
Praktis istri menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga.
Rasanya kebutuhan saat itu tidak akan terpenuhi jika ia dan keluarga tidak ditolong dengan menjadi peserta JKN-KIS.
“Puji Tuhan, keluarga saya bisa tertolong dengan berobat menggunakan KIS. Anak saya pun bisa melanjutkan kuliah hingga akhirnya sekarang bisa lulus dan sudah bekerja,” kata Yohanes.
Yohanes melanjutkan baginya terdaftar sebagai peserta kelas 3 tidak apa yang penting jaminan kesehatannya terlindungi.
Yohanes tidak bisa membayangkan jika ia tidak memiliki KIS betapa besar biaya pengobatan yang harus ditanggung.
“Untuk periksa ke dokter spesialis saja per pertemuan bisa mencapai 400 ribu. Sedangkan untuk cuci darah 1x keluar biaya 750 ribu. Padahal satu minggu butuh 2 x cuci darah, paling tidak sudah 1,5 juta sendiri. Belum lagi biaya untuk kuliah anak. Saya hidupnya bagaimana kalau tidak ada Program JKN-KIS ini,” terang Yohanes.
Menurutnya sebagai orang desa, Yohanes telah merasakan pahit getir, susah payahnya mencari uang.
Dengan terdaftar menjadi peserta JKN-KIS, Yohanes merasa telah banyak dibantu.
“Kalau ada orang yang tanya kog ikut jadi peserta JKN-KIS, akan saya jawab dengan lantang seharusnya anda bersyukur. Ikut jadi peserta JKN-KIS itu untungnya banyak sekali. Soalnya saya sendiri sudah merasakan manfaatnya. Makanya saya sering menginfokan ke orang-orang agar jangan malas mengurus kepesertaan JKN-KIS. Itu dilakukan untuk kebaikan diri kita kog,”ujar Yohanes.
Yohanes juga menyampaikan bagi pasien hemodialisa agar jangan berkecil hati.
Tuhan tidak akan memberikan ujian melebihi batas kemampuannya.
“Kita harus pandai bersyukur. Dengan begitu Tuhan akan mencukupkan kebutuhan kita,” tandasnya.
Ia juga berpesan agar sesama pasien hemodialisa agar saling support saling memberikan semangat.
Apalagi tim medis sudah sedemikian baiknya merawat dan membuat lingkungan pasien hemodialisa menjadi seperti keluarga sendiri.
Terakhir Yohanes berharap agar Program JKN-KIS terus ada dan berkesinambungan.
Pelayanannya juga diharapkan bisa semakin ditingkatkan dan manfaatnya semoga diperluas lagi. (*)