Berita Salatiga
Staf Ahli Kemenpar Sebut Pariwisata Indonesia Butuh Waktu 3 Tahun Bangkit Pasca Pandemi Covid-19
Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi virus Corona (Covid-19).
Penulis: M Nafiul Haris | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi virus Corona (Covid-19).
Pemulihannya pun disebut membutuhkan waktu yang tidak cepat, perlu dua hingga tiga tahun untuk kembali seperti semula.
Hal tersebut disampaikan Plt. Deputi Sumber Daya dan Kelembagaan sekaligus Staf Ahli Bidang Pengembangan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia Dr. Frans Teguh.
Menurut Frans, pemerintah telah melakukan sejumlah langkah strategis untuk me-recovery sektor pariwisata yang diklaim bukan hanya wacana.
“Kebijakan yang dilakukan mulai dari mitigasi krisis pariwisata, langkah pemulihan, strategi percepatan pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pada new normal serta strategi pariwisata berkelanjutan,” terangnya dalam rilis kepada Tribunjateng.com, Kamis (23/7/2020)
Dalam kegiatan webinar yang diselenggarakan Forum Program Studi Destinasi Pariwisata, dimana Program Studi Destinasi Pariwisata Fakultas Interdisiplin Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) bertajuk “Prospek Pariwisata Pasca Covid-19”, Frans memandang di tengah hantaman krisis akibat pandemi Covid-19, peluang ekonomi masih tetap terbuka.
Ia menambahkan, perlu transformasi agar sektor pariwisata kembali dilirik. Salah satunya, perlu peningkatan kompetensi SDM serta strategi ke depan meliputi kesadaran terhadap kemampuan literasi digital.
Terkait pembukaan kembali sejumlah destinasi pariwisata Frans menyebut harus tetap memperhatikan protokol kesehatan sesuai Kepmen Kesehatan 2020 No.HK.01.07-MENKES-382-2020.
"Protokol tersebut mengatur agar pengelola destinasi pariwisata memperhatikan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan. Sehingga, terciptanya citra pariwisata yang baik dan meningkatkan kepercayaan masyarakat," katanya
Ketua Forum Komunikasi Kelompok Pariwisata (FKKP) Kabupaten Gianyar sekaligus Ketua Pengelola Desa Wisata Mas, Drs. Mangku Nyoman Kandia menyampaikan desa wisata yang dikelolanya saat ini juga mempersiapkan produknya dengan mengutamakan protokol kesehatan.
“Kami berupaya melakukan promosi secara digital dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen. Desa Mas yang merupakan singkatan dari Maestro, Adventure dan Spiritual menjadi ciri khas tersendiri dari destinasi pariwisata yang lain,” ujarnya
Webinar yang diikuti oleh lebih dari 500 peserta ini turut menghadirkan Ketua Prodi Destinasi Pariwisata UKSW Aldi Herindra Lasso sebagai narasumber. Disampaikan Aldi banyak orang menganggap pariwisata tidak akan bertahan.
Pernyataan tersebut menurut dia, tidaklah benar karena pariwisata akan bangkit setelah krisis namun membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"Meskipun demikian akan terjadi pergeseran target pasar pariwisata Indonesia yang mengarah ke kualitas dengan penyesuaian premium price high quality tourism product, high spending, long stay, assured safety and security. Ini artinya destinasi pariwisata yang dapat menyediakan aspek tersebut, kebutuhannya akan tinggi," jelasnya
Aldi mengungkapkan bidang pendidikan juga harus mempersiapkan mahasiswa selaku pelaku pariwisata nantinya melalui penguatan keterampilan mahasiswa untuk menjawab kebutuhan pasar.
Hal tersebut bertujuan agar tercipta agen perubahan yang melakukan inovasi misalnya melalui penggunaan konten digital, aktivitas wisata, pelayanan, hingga pendekatan daring.
“Oleh sebab itu perlu perkawinan masal melalui penguatan dengan kolaborasi antar institusi pendidikan vokasi dan antara pendidikan dengan industri,” imbuhnya
Ketua Forum Program Studi Destinasi Pariwisata UKSW Rini Kartika Hudiono mengemukakan forum ini dibentuk sebagai upaya meningkatkan sinergi antara program studi destinasi pariwisata di Indonesia dalam bidang kerja sama serta Tri Dharma Perguruan Tinggi. Topik yang dipilih juga bagian dari untuk menyiapkan pariwisata new era.
“Topik ini dianggap sangat perlu untuk membangkitkan semangat dan membuka wawasan Prodi Despar, mahasiswa, pegiat wisata dan destinasi pariwisata seluruh Indonesia bahwa pariwisata tetap dan pasti memiliki masa depan. Sejarah membuktikan bahwa pariwisata acap berhasil untuk bangkit dari krisis. Bahkan pariwisata dapat mejadi sektor andalan menggantikan sektor minyak dan gas bumi,” tandasnya
Forum Program Destinasi Pariwisata dibentuk dalam Konsorsium Prodi Pariwisata yang diselenggarakan oleh Hildiktipari pada tanggal 14 Februari yang lalu di Denpasar beranggotakan 15 Program Studi Destinasi Pariwisata dan Pariwisata se Indonesia, yaitu UKSW Salatiga, STIEPARI Semarang, Universitas Merdeka Malang, STP Bandung, Poltekpar Bali, STPBI Bali, Poltekpar Makassar, Binus Jakarta, Poltekpar Medan, Universitas Pancasila, UGM Jogyakarta, UNIKA Manado, UNUD Bali, STIPRAM dan AMPTA Jogyakarta. (ris)