Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

FOKUS : Kaderisasi Pemimpin Lewat Pelapis

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) dinilai paling siap menghadapi pemilihan kepala daerah (pilkada) 2020. Hal ini terlihat dari pengumuman

Penulis: rika irawati | Editor: Catur waskito Edy
tribunjateng/grafis/bram
RIKA IRAWATI wartawan Tribun Jateng 

Oleh Rika Irawati
Wartawan Tribun Jateng

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) dinilai paling siap menghadapi pemilihan kepala daerah (pilkada) 2020. Hal ini terlihat dari pengumuman pasangan bakal calon kepala daerah yang akan diusung, baik bupati/wakil bupati maupun wali kota/wakil wali kota, dalam kontestasi tersebut.

Pada 17 Juli 2020, setidaknya ada 45 pasangan calon dari berbagai daerah di Indonesia yang mengantongi rekomendasi dari partai berlambang banteng moncong putih itu. Ini merupakan pengumuman rekomendasi gelombang kedua setelah pada gelombang pertama, diumumkan 48 calon pasangan.

Sementara, partai lain, deklarasi hanya bersifat lokal atau di daerah penyelenggara pilkada. Itu pun baru satu dua partai yang melakukan lantaran keterbatasan jumlah kursi perwakilan di DPRD setempat. Mereka yang tak bisa mengusung secara mandiri, masih sibuk melakukan lobi-lobi untuk melakukan koalisi dengan partai lain.

Di Jawa Tengah, pasangan yang telah mendapat rekomendasi dari PDIP selangkah lebih maju. Mereka mulai memantapkan tim pemenangan dan ancang-ancang tancap gas memperkenalkan diri kepada calon pemilih meski masa kampanye belum dimulai. Strategi menggaet dan memenangkan hati calon pemilih pun mulai diterapkan.

Sorotan tentang 'bukan kader' juga tidak terlalu terjadi di Jawa Tengah. Dari lima pasangan bakal calon, tiga bakal calon bupati/wali kota yang diusung memang bukan atau kader baru.

Yakni, Gibran Rakabuming Raka (bakal calon wali kota Solo) dan Agustinus Susanto (bakal calon bupati Purworejo) yang mendaftar sebagai anggota PDI Perjuangan saat akan mencalonkan diri.

Sementara, Fadia Rafiq yang diusung sebagai bakal calon bupati Pekalongan, merupakan kader Golkar. Sementara untuk Sukoharjo, bakal calon bupati Etty Suryani yang diusung merupakan istri ketua DPC PDI Perjuangan Sukoharjo, Wardoyo.

Saat ini, Wardoyo juga menjabat bupati yang tak bisa mencalonkan lagi lantaran telah menduduki kursi tersebut selama dua periode pemerintahan.

Meski tak jelas kapan Etty secara resmi menjadi anggota PDI Perjuangan namun keberadaan sang suami di balik kiprah politiknya dapat mempertegas jati diri sebagai kader banteng. Dan Afif Nurhidayat, bakal calon bupati Wonosobo yang diusung, merupakan ketua DPC PDI P sekaligus ketua DPRD Wonosobo.

Selain mereka, kader PDI P yang diusung adalah Teguh Prakoso yang ditempatkan sebagai pendamping Gibran, Riswadi sebagai pendamping Fadia Arafiq, serta Rahmat Kabuli Jarwinto yang mendampingi Agustinus Susanto. Sementara Muhammad Albar yang menjadi pendamping Afif Nurhidayat di pilkada Wonosobo merupakan politisi dari PKB.

Meski seolah menjadi pelapis namun masing-masing kader yang ditempatkan sebagai calon orang nomor dua tersebut memiliki akar kuat. Tentu saja, kondisi ini mematahkan anggapan PDI Perjuangan gagal melakukan kaderisasi pemimpin.

Mereka mendongkrak popularitas serta elektabilitas lewat kinerja yang ditunjukkan. Apalagi, masing-masing kader ini memiliki posisi strategis di struktur partai, semisal ketua DPC, maupun duduk di kursi DPRD beberapa periode.

Kini, saatnya partai politik menggerakkan mesin kaderisasi pemimpin. Termasuk, mengkader generasi muda. Toh, banyak milenial yang kini mulai melek dan tertarik pada politik sehingga popularitas bisa dimulai sejak dini. Meski begitu, partai tak boleh mengesampingkan kredibilitas, terutama jika akan diusung sebagai calon pemimpin daerah. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved