Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Obat Herbal dan Jamu Tak Bisa Sembuhkan Corona, Ini Penjelasannya

Sampai saat ini kita ketahui Covid-19 disebabkan virus. Jadi obat satu-satunya adalah antivirus

Editor: rustam aji
DOK. Humas Kementerian Pertanian
Prototipe antivirus corona eucalyptus oleh Kementerian Pertanian (Kementan) 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Beberapa waktu belakangan publik dihebohkan dengan klaim Hadi Pranoto soal penemuan obat herbal penyembuh corona. Ia bahkan mengklaim ramuan herbal buatannya telah menyembuhkan lebih dari 20.000 pasien virus corona.

Hadi bukan orang pertama yang mengaku memiliki ramuan penyembuh Corona. Sebelumnya, ada seorang perwira tinggi TNI Angkatan Laut (AL) yang juga mengaku punya ramuan herbal untuk mengatasi pandemi virus Corona (COVID-19) di Indonesia.

Dia mengklaim ramuan herbal ini ampuh untuk membasmi virus Corona dan berharap bisa segera diproduksi massal oleh pemerintah

Menjawab berbagai klaim mengenai obat herbal tradisional yang kerap disebut dapat menyembuhkan infeksi virus Corona itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun memberikan penjelasan.

Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (BBPPTOOT) Kementerian Kesehatan, Akhmad Saikhu mengatakan, hingga saat ini tak ada obat herbal maupun jamu yang bisa menyembuhkan Corona. Menurut dia, permasalahan COVID-19 hanya bisa teratasi dengan keberadaan antivirus.

"Sampai saat ini kita ketahui Covid-19 disebabkan virus. Jadi obat satu-satunya adalah antivirus. Sampai saat ini masih dalam penelitian. Yang terbaru masuk tahap uji klinis tahap 3," kata Saikhudalam diskusi virtual dengan BNPB, Rabu (5/8).

Saikhu menegaskan obat herbal tidak akan bisa menyembuhkan penderita COVID-19. Ia lantas membeberkan alasannya.

"Terkait penggunaan herbal dan jamu ini tidak bisa sembuhkan COVID-19. Jamu atau herbal ini untuk komorbid dari COVID-19."

Penyakit komorbid yang dimaksud adalah penyakit penyerta penderita. Seperti hipertensi, jantung, gula, dan sebagainya.

Seperti diketahui, kebanyakan penderita COVID-19 yang meninggal memiliki penyakit penyerta. Kematian tertinggi terjadi pada penderita hipertensi.

"Jamu atau herbal bisa dipakai untuk meringankan gejala-gejala penyakit penyerta. Tujuannya seperti itu. Jadi bukan untuk menyembuhkan COVID-nya seperti ada beberapa informasi misleading beberapa hari ini," lanjutnya.

Sebagai contoh ramuan jamu seledri, pegagan, daun kumis kucing, temulawak, kunyit, hingga meniran dijelaskan oleh Saikhu bisa membantu seseorang mengendalikan hipertensi yang menurut data jadi komorbid nomor satu pada pasien Corona.

Direktur Standardisasi Obat Narkotika, Psikotropika, prekursor dan zat adiktif Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Togi Junice Hutadjulu juga memastikan hingga saat ini belum ada obat herbal atau tradisional yang bisa diklaim untuk menyembuhkan Covid-19. "Obat herbal juga belum. Pengembangan vaksin berjalan, badan POM mengawal, obat ini akan aman dalam rangka pencegahan atau treatment Covid-19," ujar Togi.

Menurutnya, BPOM mendapatkan mandat untuk memastikan obat tradisional dan pangan itu memenuhi persyaratan aspek khasiat keamanan dan kualitas.

Dia memastikan, hingga saat ini pengembangan obat belum ada yang bisa diklaim untuk Covid-19.

Mengenai obat herbal maupun jamu yang saat ini banyak dijual di pasaran, Togi mengimbau masyarakat agar memilih jamu yang sudah mendapat izin edar.

Hal ini bisa diketahui dengan mengecek label pada kemasan. Jamu yang sudah mendapat izin edar disebut Togi aman dikonsumsi dan bermanfaat karena sudah melalui uji coba.

"Masyarakat harus berhati-hati karena dalam kondisi seperti ini banyak sekali tawaran-tawaran atau endorse. Klaim-klaimnya menyembuhkan COVID, harga murah, dan sebagainya," ungkap Togi.(tribun network)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved