Polemik Pembelajaran Tatap Muka, Ini Tanggapan Dokter Spesialis Anak RSUD Kalisari Batang
Pada masa adaptasi kebiasaan baru Pemerintah telah membuka kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Penulis: dina indriani | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, BATANG - Pada masa adaptasi kebiasaan baru Pemerintah telah membuka kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Ketentuan belajar secara tatap muka hanya dibuka bagi sekolah yang berada di zona hijau dan kuning.
Namun, tak sedikit yang masih khawatir akan adanya dampak penularan dan terbukanya klaster baru di sekolah.
Pasalnya, hingga saat ini angka penularan Covid-19 di Indonesia belum menunjukkan penurunan.
Apalagi anak-anak menjadi satu diantara golongan rentan terhadap Covid-19.
Hal tersebut pun menuai tanggapan dari dokter spesialis anak yang bertugas di RSUD Kalisari Batang dr. Tan Evi Sp.A yang mengatakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebenarnya telah menyarankan anak-anak masih tetap di rumah minimal sampai bulan Desember 2020 dengan melihat perkembangannya.
"Di Kabupaten Batang, terdapat empat anak yang terkonfirmasi positif tertular dari ibunya, satu anak rapid reaktif swab negatif, satu bayi lahir rapid reaktif dan lainnya observasi karena orangtua dari zona merah," tuturnya melalui pesan singkat, Senin (10/8/2020).
Menurutnya, pembelajaran tatap muka di zona hijau meski dengan menerapkan protokol kesehatan tetap masih memiliki resiko penularan.
"Anak yang berusia muda dan anak yang mempunyai penyakit penyerta lebih rentan terkena Covid-19,
Sedangkan anak yang lebih besar bila terpapar lebih banyak yang tidak bergejala, tetapi mereka tetap bisa menularkan kepada orang lain termasuk guru bila mereka sekolah tatap muka," jelasnya.
Dikatakannya, mencegah anak tidak tertular covid-19 lebih sulit karena anak- anak tidak betah pakai masker berjam jam, cuci tangan secara mandiri, dan jangan dekat dengan anak lain.
"Lebih baik pembelajaran tatap muka ditunda tapi selamat, dari pada sekolah dibuka tidak selamat.
Menurut para pakar sekitar tahun 1966 sekolah juga tertunda 1 tahun, tetapi mereka sekarang tetap jadi profesor yang hebat hebat, jadi orang tua bersabarlah," imbuhnya.
Oleh karena itu, alangkah baiknya untuk saat ini melihat kasus yang belum turun tetap terapkan pembelajaran online karena jangan sampai jika ada belajar tatap muka muncul kluster baru.
"Jadi pada prinsipnya jangan ke sekolah, kecuali penularan dan kematian menurun selama 2 minggu, penyemprotan disinfektan secara rutin, rapid test guru, wajib pake masker, sarana cuci tangan, jaga jarak meja kursi,"ujarnya.
Namun apabila pembelajaran tatap muka tetap dibuka, semua pihak dari sekolah hingga orangtua harus benar-benar memperhatikan protokol kesehatan dan benar-benar menerapkannya dengan baik.
"Orang tua harus memberi contoh menggunakan masker, jaga jarak, cuci tangan, pulang sekolah cuci masker, tangan dan mandi, saat di sekolah guru harus memperhatikan muridnya dengan seksama," pungkasnya. (*)