Berita Solo
Respons Ganjar Soal Pengeroyokan Ormas di Solo: Kami Sayangkan, Kenapa di Bulan Agustus . .
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyayangkan adanya penyerangan acara midodareni (doa sebelum acara pernikahan) di Solo pada Sabtu (8/8/2020) sore
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyayangkan adanya penyerangan acara midodareni (doa sebelum acara pernikahan) di Solo pada Sabtu (8/8/2020) sore lalu.
Ganjar meminta penegak hukum tidak ragu untuk menindak pelaku penyerangan tersebut.
"Kita sayangkan. Kenapa di bulan Agustus, di mana kita ber-Bhineka Tunggal Ika, butuh persatuan, ada yang melakukan itu. Mbok iyao, kalau ada yang tidak benar itu koordinasi dengan kami. Kami sangat menyayangkan," kata Ganjar saat ditemui di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (10/8/2020).
• Cerita saat Habib Umar Assegaf Dipukuli & Diinjak Kepalanya Oleh Ormas di Solo
• Donald Trump Diungsikan saat Terjadi Penembakan di Luar Gedung Putih ketika Konferensi Pers
• Sering Nyinyir, Fadli Zon & Fahri Hamzah Dapat Bintang Jasa dari Pemerintah
• Plt Wali Kota Medan Akhyar Nasution Dipecat dari PDIP Setelah Gabung Demokrat
Ganjar menjelaskan, setelah mendapat laporan terkait kejadian tersebut, ia langsung berkoordinasi dengan Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi, intelijen, dan semua aparat penegak hukum.
"Semoga siapa pun yang luka segera sembuh dan kami sudah koordinasi dengan penegak hukum, Kapolda sendiri juga sudah menyampaikan kepada saya tahapan-tahapan yang sedang dilakukan. Saya dukung penuh untuk penegakan hukum itu," ungkapnya.
Adapun penyerangan yang diduga dilakukan oleh kelompok laskar tersebut terjadi hari Sabtu (8/8/2020) sekitar pukul 17.45 di rumah keluarga Umar Asegaf, tepatnya rumah Alm.
Segaf bin Jufri di Jalan Cempaka nomor 81, Kampung Mertodranan RT 01 RW 01, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.
Penyerangan terjadi saat di keluarga Umar Asegaf menggelar acara midodareni atau doa sebelum acara pernikahan.
Tiga orang mengalami luka-luka akibat penyerangan tersebut.
Penyerangan yang diduga oleh kelompok laskar itu bukanlah yang pertama kali terjadi di Kota Surakarta.
Sebelumnya juga pernah ada kejadian serupa.
Mengingat hal itu, Ganjar secara tegas menyatakan agar penegak hukum tidak ragu-ragu menindak siapa pun yang kedapatan merusak atau melanggar regulasi-regulasi.
"Iya, betul (tidak hanya sekali terjadi). Maka penegakan hukumnya tidak boleh diragukan. Siapa yang kemudian merusak atau melanggar regulasi-regulasi ini sudah tidak usah ragu, ditindak saja.
Kita butuh baik kok negeri ini. Kita butuh baik maka pembinaan kita lakukan. Ketika kemudian kesepakatan dulu baik-baik, mau melakukan, dan seterusnya tetapi faktanya tidak, ya sudah ditindak saja di pelakunya. Tidak usah ragu-ragu soal ini," tegas Ganjar.
Polisi baru tangkap 2 pelaku
Polisi mengungkap alasannya baru menangkap terduga penyerangan saat acara pernikahan di sebuah rumah di Metrodranan, Kelurahan/Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo.
Penangkapan itu dilakukan selang sehari pasca kejadian penyerangan yang dilakukan oknum organisasi massa (ormas).
Kapolresta Solo, Kombes Pol Andy Rifai menjelaskan penangkapan baru dilakukan selang sehari lantaran saat itu kepolisian fokus menyelamatkan korban.
• GP Ansor Jateng Desak Aparat Tegas Tangkap Perusuh di Solo
"Kita pada waktu itu fokus menyelematkan para korban," jelas Andy kepada TribunSolo.com, Senin (10/8/2020).
Sebelumnya, kejadian penyerangan terhadap sebuah rumah yang terjadi di Mertodranan, Kelurahan/Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo menemui babak baru.
Para pelaku yang diduga terlibat dalam kejadian yang menyebabkan 3 orang luka-luka dan 5 kendaraan rusak itu kini telah ditangkap.
Setidaknya, ada dua orang pelaku yang berhasil ditangkap pasca kejadian itu.
Andy menyampaikan dua orang itu berinisial BD dan HB.
"Setelah kejadian, kami dari jajaran Polres di-backup Polda Jawa Tengah dan Mabes Polri pun bertindak cepat," kata Andy.
"Kurang dari 1x24 jam kami berhasil mengamankan dua orang yang diduga saat terjadi pengeroyokan dan pengerusakan ada di lokasi kejadian," tambahnya.
Andy mengungkapkan terduga pelaku masing-masing berasal dari wilayah dalam dan luar Kota Solo.
"Penangkapan kemarin sore di wilayah Solo," ungkapnya.
Peran dua terduga pelaku, lanjut Andy, masih dalam proses pendalaman pihak kepolisian.
Tak terkecuali, motif pelaku juga masih dalam pendalaman.
"Masih kita kembangkan, kita sudah mengantongi nama-nama yang diduga melakukan tindakan tersebut," ujar dia.
"Ada beberapa yang sudah kita identifikasi, kita kasih kesempatan menyerahkan diri atau kita tangkap dengan cara kita," tegasnya.
Andy mengungkapkan terduga pelaku diketahui setelah pihaknya memeriksa sejumlah saksi yang melihat kejadian.
"Sudah memeriksa 9 saksi yang melihat, kemudian kami sudah kembangkan dan identifikasi pelaku-pelaku lain yang diduga melakukan pada hari kejadian tersebut," tandasnya.
Keluarga ungkap kronologi
Perwakilan keluarga besar Assegaf bin Jufri akhirnya buka suara mengungkapkan detik-detik penyerangan yang dilakukan sekelompok anggota ormas di Solo.
Peristiwa yang mencekam itu berlangsung saat ada upacara doa pernikahan di kawasan Mertodranan, Kelurahan/Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Sabtu (8/8/2020) malam.
Perwakilan keluarga Assegaf bin Jufri, Memed menyampaikan pihaknya saat itu tengah menjalani prosesi midodareni untuk adik perempuannya.
"Tanggal 8 diselenggarakan acara doa bersama, midodareni untuk kelancaran kegiatan akad nikah yang akan dilangsungkan keesokan harinya," terang Memed kepada TribunSolo.com di Polresta Solo, Senin (10/8/2020).
Prosesi midodareni, lanjut Memed, berlangsung khidmat dan selesai dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Setelahnya, acara dilanjutkan dengan makan-makan bersama keluarga.
"Pada saat kegiatan makan itu terdengar teriakan-teriakan dari luar, sekilas tidak terlalu keras," kata Memed.
Memed menuturkan pintu rumah kemudian terdengar terketuk selang 10 menit kemudian.
Pintu saat itu memang ditutup dengan alasan acara internal keluarga.
Perwakilan keluarga lalu membuka pintu dan mendapati Kapolsek Pasar Kliwon, Adis Dani Garta telah berada di hadapannya.
"Beliau mohon izin masuk ke dalam kami persilahkan dan kemudian beliau minta keterangan perihal kegiatan apa yang tadi berlangsung," urai Memed.
"Setelah mendengar penjelasan kami, bapak Kapolsek mohon diri menyampaikan kepada pihak yang ada di luar," tambahnya.
Tak berselang lama, Kapolresta Solo, Kombes Pol Andy Rifai juga mengetuk pintu dan melakukan hal serupa dengan Adis.
"Yang teriak makin banyak dan makin keras kurang lebih 15 sampai 30 menit kemudian pintu gerbang diketok kemudian ada arahan dari bapak Kapolres," ujar Memed.
"Untuk tamu-tamu yang hadir di rumah keluarga ini dipersilahkan untuk meninggalkan area atas permintaan pihak-pihak di luar," imbuhnya.
Pihak keluarga, tutur Memed, berharap ada jaminan keaman bila harus ada yang keluar serta meminta massa yang berada di luar rumah untuk segera membubarkan diri.
Terlebih lagi, mereka juga hendak memenuhi undangan keluarga mempelai laki-laki.
Memed menuturkan mereka juga tidak ingin kejadian di medio 2018/2019 terulang kembali.
Sayang, massa di luar enggan mengabulkan permintaan pihak keluarga dan kekeh bertahan meminta mereka keluar.
"Itu tidak memungkinkan untuk keluar dengan aman," tutur dia.
Memed mengungkapkan pihak keluarga meminta polisi supaya memberikan jarak 50 sampai 100 meter antara mereka dan massa.
Permintaan dikabulkan dan sanak keluarga yang memarkirkan mobil di luar kemudian keluar dan bergegas melajukan mobil.
"Mereka hanya mendapatkan intimidasi verbal dan tidak sampai kejadian fisik," ungkap dia.
Massa kemudian mencoba mendekati sanak saudara saat mobil CRV dari dalam rumah keluar.
Kaca Mobil Dipecah dan Keluarga Diserang
Pemecahan kaca mobil terjadi, orang-orang yang di dalam coba menahan diri dan kembali masuk ke rumah sembari meminta pertimbangan Andy.
Pemberian jarak tetap menjadi yang diminta sekali lagi dan polisi mengusahakannya.
Tiga mobil kemudian keluar dengan dibuntuti dua motor yang masing-masing dikendarai Habib Umar Assegaf dan sang adik, Hussein Abdullah.
Memed mengatakan Hussein lalu menerima pukulan bertubi-tubi dari massa dan sempat terjatuh.
Hussein sempat berusaha kembali berdiri dan berjalan nahas saat itu dirinya harus mendapat hantaman batu seukuran kurang lebih 20 cm.
"Saat kena hantaman Hussein jatuh tidak bisa berdiri," katanya.
Umar, lanjut Memed, tidak bisa berbuat apa-apa saat sang adik menerima itu semua.
Pasalnya, ia juga mendapat perlakuan yang sama saat berboncengan dengan Hadi, putranya.
"Umar dan putranya juga menghadapi pukulan dan tendangan mencoba agak melajukan kendaraan," tutur Memed.
"Di situ tetap dirangsek oleh pihak yang di luar dan kena pukul di dagu sebelah kiri," tambahnya.
Umar terjatuh dan lantas bergegas melindungi anaknya dari massa yang terus memukulinya.
"Beliau menderita pukulan dengan batu, kayu, tangan kosong, dan diinjak kepalanya," kata Memed.
"Posisi Umar terjepit motor yang jatuh kemudian pak umar teriak kaki saya patah," imbuhnya.
Mendengar teriakan Umar, polisi lantas berusaha menghalau massa dan segera membawa ketiganya ke rumah sakit.
Awalnya mereka dirujuk ke rumah sakit Islam Kustati sebelum akhirnya dirawat di rumah sakit Indriarti Solo Baru.
"Selang 3 menit, massa langsung membubarkan diri," tandasnya.(*Tribun Jateng)