Ngopi Pagi
FOKUS : Masih Dipukul Rata
MTS NU 21 Banyuringin, Kabupaten Kendal jadi satu potret mewakili belasan ribu sekolah swasta wilayah pelosok desa.
Penulis: deni setiawan | Editor: Catur waskito Edy
oleh Deni Setiawan
wartawan Tribun Jateng
MTS NU 21 Banyuringin, Kabupaten Kendal jadi satu potret mewakili belasan ribu sekolah swasta wilayah pelosok desa.
Berada di perkampungan, jauh dari hiruk pikuk keramaian, sekolah itu masih bimbang hadapi kebijakan pemerintah terkait pembelajaran di masa new normal ini.
Masih lelah gerilya bersaing dengan sekolah negeri dalam penerimaan siswa baru, juga hadapi kondisi dilematis aturan pembelajaran daring atau luring.
Seolah dipukul rata, semua wilayah di Jateng misalnya, dianggap sudah terpenuhi jaringan internet lancar bebas hambatan.
Ibarat dana BOS dapat digunakan untuk kuota internet gratis, belum juga selesaikan masalah di sekolah-sekolah itu.
Fakta ketika listrik padam, jaringan ikut menyertainya. Belum problem lain kaitan itu.
Ditinjau kondisi ekonomi orangtua peserta didik, notabene adalah buruh tani, bangunan, hingga pabrik.
Tak sedikit yang terdampak, seperti korban PHK hingga penghasilan petani menurun drastis karena harga jual produk tani anjlok.
Untuk hidup keseharian sudah susah, apalagi jika ditambah membeli hape mumpuni demi kelancaran anak belajar metode PJJ.
Kalaupun home visit, guru juga demikian. Harus makin pandai mengolah otak membagi waktu dan tenaga.
Mengurus kebutuhan rumah, mengajari anaknya sendiri, hingga menyambangi satu demi satu kelompok peserta didik.
"Kondisi itu, kami sempat suatu ketika coba memberanikan diri untuk membuka pembelajaran tatap muka di sekolah."
"Tetapi kemudian dapat teguran dari pengawas. Akhirnya kami hentikan," kata Kepala MTs NU 21 Banyuringin, Saifudin.