Liputan Khusus

Monumen Ketenangan Jiwa Sering Diziarahi Orang Jepang dan Belanda

Monumen Ketenangan Jiwa Sering Diziarahi Orang Jepang dan Belanda. Lokasinya berada di Pantai Baruna, Kota Semarang.

Editor: iswidodo
tribunjateng/faizal m affan
Monumen Ketenangan Jiwa di Pantai Baruna terdapat tulisan kanji 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Peristiwa pertempuran 5 hari di Kota Semarang tanggal 14-19 Oktober 1945 dikenang dan ditandai dengan monumen Tugu Muda yang diprakarsai oleh Gubernur Boediono 1951, dan diresmikan oleh Presiden Soekarno 20 Mei 1953.

Berdasar penelusuran Tribunjateng.com, selain Monumen Tugu Muda, ada juga Monumen Ketenangan Jiwa atau Chinkon no Hi. Monumen ini berupa batu andhesit besar ditopang susunan batu. Pada batu besar itu terdapat pahatan warna emas bertulis huruf kanji. Lokasinya berada di Pantai Baruna, Kota Semarang. Posisi punggung batu menghadap Timur Laut, konon apabila ditarik garis lurus sejajar dengan istana kaisar di Jepang.

Warga yang ada di dekat lokasi Monumen Ketenangan Jiwa itu tak mengetahui bahwa itu monumen. Mereka mengira kuburan china. "Monumen Ketenangan Jiwa itu apa ya? kok saya baru tahu," jawab seorang wanita di dekat monumen tersebut. "Oalah itu to. Setahu saya orang sini bilangnya kuburan cina. Ternyata itu monumen," celetuk ibu itu.

MONUMEN KETENANGAN JIWA - Monumen Ketenangan Jiwa di Pantai Baruna Kota Semarang untuk memperingati kematian tentara dan warga sipil Jepang saat pertempuran 5 hari di Kota Semarang. (TRIBUN JATENG/FAIZAL M AFFAN)
MONUMEN KETENANGAN JIWA - Monumen Ketenangan Jiwa di Pantai Baruna Kota Semarang untuk memperingati kematian tentara dan warga sipil Jepang saat pertempuran 5 hari di Kota Semarang. (TRIBUN JATENG/FAIZAL M AFFAN) 

Kemudian Tribun Jateng menuju lokasi monumen tersebut. Akses jalan tanah ditumbuhi ilalang. Ada kandang kambing dan tambak warga. Sekitar batu andhesit di bibir pantai itu ditumbuhi rumput liar.

Di monumen tersebut juga terdapat cetakan batu yang dibubuhi tanda tangan, yang menyatakan bahwa monumen tersebut diresmikan oleh Walikota Semarang Kol H Soetrisno Suharto tahun 1998. Menurut warga sekitar, Monumen Ketenangan Jiwa juga kerap dijadikan tempat untuk mencari wangsit.

Terpisah, Sejarawan Kota Semarang, Jongkie Tio menjelaskan banyak hal terkait Monumen Ketenangan Jiwa. "Penggagas monumen itu adalah Aoki Masafumi, yang merupakan perwira Jepang. Dia bercerita kepada saya, bahwa orang Jepang yang dibunuh oleh pejuang Indonesia tidak seluruhnya tentara. Ada warga sipil yang bekerja di perusahaan di Kota Semarang," terang Jongkie.

Menurut keterangan Aoki Masafumi, ada 150 warga Jepang yang tewas saat ditawan di Penjara Bulu Semarang. Sebenarnya sebagian dari mereka ada warga sipil yang ingin kembali ke Jepang. "Bahkan di dalam ruang tahanan ada tulisan berhuruf kanji, ditulis menggunakan darah, yang menyatakan Hidup Kemerdekaan Indonesia.

Maka di dalam pahatan pada Monumen Ketenangan Jiwa, ada sebuah wasiat yang ditulis sebelum mereka meninggal dunia. Aoki juga berharap dengan adanya monumen tersebut bisa menjadi lambang perdamaian dunia.

Monumen yang berdiri 14 Oktober 1998 ini, sejatinya diperuntukkan bagi mereka warga sipil Jepang yang menjadi korban pertempuran 5 hari di Kota Semarang. Mereka yang tewas rata-rata merupakan buruh pabrik di Weleri, Kabupaten Kendal.

"Saat pertempuran pecah, mereka berusaha menyelamatkan diri dengan berjalan kaki menuju ke Jatingaleh Semarang. Karena di sana jadi pusat tentara Jepang. Namun belum sampai di lokasi, para warga sipil Jepang ini dihadang oleh pejuang Semarang," tegasnya.

Bagi warga Jepang, Monumen Ketenangan Jiwa merupakan tempat sakral. Sejak dibangun, tiap memperingati pertempuran 5 hari di Semarang, beberapa warga Jepang dan sebagian Belanda berziarah ke tempat tersebut. "Kalau orang Indonesia peringatannya di Tugu Muda. Tapi kalau orang Jepang dan Belanda, peringatannya di monumen itu salah satunya. Sebab ada beberapa orang Belanda, yang dahulu pernah diselamatkan oleh tentara Jepang," imbuhnya. (tim)

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved