Liputan Khusus
Pengamat Sarankan Penerbit dan Percetakan Berinovasi dan Perluas Pasar Digital
Sebagaimana bisnis lain dalam menghadapi pandemi, maka industri penerbitan atau percetakan juga harus melakukan sejumlah inovasi
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Usaha penerbitan buku cetak menghadapi persaingan berat dari berbagai media informasi alternatif. Sebut saja beberapa di antaranya seperti e-book, audiobook, hingga aplikasi pembelajaran interaktif yang bisa dengan mudah diakses melalui perangkat bergerak seperti telepon pintar atau tablet.
Kondisi ini, diketahui juga makin diperparah dengan datangnya pandemi Covid-19, yang membuat industri percetakan buku cetak makin berat untuk bertahan. Ditambah lagi saat ini masih pandemi Covid-19 yang mengharuskan pelajar mahasiswa belajar di rumah. Dan mereka anak sekolah maupun mahasiswa didorong untuk belajar melalui media daring.
Menurut Bayu Bagas Hapsoro Ekonomi Unnes, kondisi ini, ditengarai juga menjadi penyebab makin lesunya industri percetakan buku cetak. Sejumlah penerbit atau percetakan masih bisa bertahan, ketika masih ada pesanan buku-buku dari sekolah untuk bahan ajar atau melengkapi koleksi perpustakaan.
Sebagaimana bisnis lain dalam menghadapi pandemi, maka industri penerbitan atau percetakan juga harus melakukan sejumlah inovasi agar bisa bertahan.
Setidaknya ada 2 industri yang terlibat di dalamnya, yaitu industri penerbitan, dan industri percetakan. Masing masing memang memerlukan strategi yang berbeda, karena memang diperlukan model bisnis yang berbeda.
Untuk industri penerbitan, meskipun saat ini ada beberapa penulis yang memilih menerbitkan buku sendiri, tapi peran penerbit masih akan diperlukan, khususnya bagi genre buku yang melibatkan cakupan distribusi dan pemasaran yang luas dan komplek.
Bahkan di tengah maraknya penerbitan mandiri, melalui platform buku digital, penerbit masih dibutuhkan sebagai penyelia produk buku yang berkualitas, sekaligus jika akhirnya diterbitkan versi cetak, maka juga berfungsi sebagai pihak yang menjaga ketersediaan stok buku yang cukup bagi pembaca.
Meski demikian, penerbit tidak bisa menjalankan bisnis seperti biasa. Inovasi tetap diperlukan, misal dengan menemukan penulis penulis baru yang mempunyai karya dengan pembaca di pasar yang belum dijangkau sebelumnya, atau bisa juga mulai menerbitkan buku elektronik sehingga mampu dijual melalui platform digital dengan cakupan pembaca yang jauh lebih luas.
Sedangkan bagi usaha percetakan, inovasi yang perlu dilakukan adalah memperluas dan menambah pangsa pasar. Misal jika sebelumnya hanya mencetak buku, kini dapat ditambah dengan layanan percetakan digital yang mampu mencetak tidak hanya di kertas, tapi juga dapat diaplikasikan di benda lain, seperti kayu untuk mebel, atau hiasan rumah bahkan bisa juga merambah percetakan 3 dimensi yang mampu mencetak hampir segala macam benda dari peralatan sederhana seperti sendok, hingga peralatan rumit seperti suku cadang kendaraan bermotor.
Apapun bisnis yang terdampak, memang diperlukan keberanian dan ketepatan keputusan manajerial dalam menghadapinya. Kekuatan finansial, juga mutlak diperlukan dalam menghadapi pandemi ini. Meski demikian, ada satu hal yang harus selalu dijaga, yaitu kepercayaan atas merek. Jika berhasil menyatukan antara inovasi layanan dan perbaikan produk yang sesuai dengan tren pasar, maka industri buku cetak tidak hanya akan bertahan, tapi juga akan menjadi industri unggulan di masa mendatang. (tim)