Berita Semarang
Kisah Mbah Waryono Sampai ke Telinga Walikota Semarang, Hendi: Luar Biasa
Kisah Mbah Waryono, warga Jalan Palir Lestari, RT 04 RW 09, Kelurahan Podorejo, Kecamatan Ngaliyan menarik simpati masyarakat sekitar.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kisah Mbah Waryono, warga Jalan Palir Lestari, RT 04 RW 09, Kelurahan Podorejo, Kecamatan Ngaliyan menarik simpati masyarakat sekitar.
Meski usianya hampir menginjak 100 tahun, dia punya semangat bekerja yang tinggi.
Setiap hari, dia membuat komponen knalpot dari ban mobil bekas di bengkel kecilnya di depan rumah.
Dalam sehari, dia dapat merampungkan sekitar 200 unit.
Satu biji komponen knalpot dihargai sebesar Rp 2.000.
Jadi, setiap hari dia bisa mengantongi Rp 400 ribu dengan berkeliling dari satu wilayah ke wilayah lain.
Dia mengantarkan ke pelanggan-pelanggannya ke sejumlah daerah dengan mengayuh sepeda mulai dari paling dekat Banjir Kanal, Kaligawe, Pasar Genuk, Sayung, Alastua, dan Penggaron.
Kemudian, ke wilayah Pedurungan, Srondol, Banyumanik, hingga Ungaran.
"Kalau pas nanjak sepedanya dituntun.
Biasanya juga ke wilayah barat Kaliwungu Brangsong, Cepiring," ucap pria kelahiran 1922 tersebut.
Dia mulai mengayuh sepedanya dari rumah pukul 07.00.
Apabila merasa lelah, dia pun berhenti sejenak untuk beristirahat.
Biasanya, ia tiba kembali di rumah sekitar pukul 16.00 atau 17.00.
"Pulang sampai rumah mandi pakai air hangat dikasih garam biar enteng di badan.
Kemudian makan, wayahe solat ya solat. Nanti baru kerja lagi malam nekuki besi.
Kalau siang baru nutuk-nutuk biar tidak mengganggu," terang pria yang hidup sebantang kara di rumah.
Rutinitas tersebut ia jalani setiap hari dan sudah berjalan hingga sembilan tahun.
Sebelum produksi komponen knalpot, dia sempat bekerja di pabrik timbangan di daerah poncol.
Kemudian keluar dan menjadi seorang tukang becak.
"Kemudian ditawari masuk ke bengkel knalpot.
Sekarang buat komponen knalpot ini," tambahnya.
Sudah sepekan terakhir ini, Mbah Waryono tidak memproduksi komponen knalpot karena kecelakaan dan membuat bahunya mengalami keretakan.
"Sudah seminggu tidak buat.
Alat-alat sudah saya kasihkan ke teman saya untuk meneruskan produksi ini.
Sekarang penghasilan tinggal dari pelanggan-pelanggan yang belum setor, saya tagihi," ucapnya.
Kisah Mbah Waryono pun didengar hingga telinga Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi dan Ketua DPRD Kota Semarang, Kadarlusman.
Mereka mendatangi kediaman Mbah Waryono, Selasa (22/9/2020) sore.
"Suatu ketika ada yang datang ke kantor saya dia menceritakan punya tetangga Mbah Waryono katanya usianya 100 tahun, mohon dibantu.
Saya ajak ketua dewan kami sambangi," terang Hendi, sapaan akrabnya
Setelah melihat Mbah Waryono, dia mengaku simpati.
Ternyata, Mbah Waryono pantang menyerah dalam bekerja.
Hal ini patut dicontoh bagi generasi muda.
"Sekelas beliau yang sudah sepuh tali semangat luar biasa, harus jadi pelajaran untuk tidak kenal menyerah seperti Mbah Waryono," ucapnya.
Senada, Pilus, sapaan akrab Ketua DPRD mengatakan, kisah hidup Mbah Waryono bisa menjadi panutan, contoh, dan penyemangat untuk bisa bekerja dan berkarya.
"Melihat beliau, kita harus tetap semangat dan lebih bisa semangat dari mbah yang sudah sepuh," ujarnya. (eyf)