Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Kisah Ika Yudha Pendiri Bank Sampah Resik Becik di Semarang, Ubah Sampah Jadi Barang Bernilai Jual

Masa Pandemi virus Corona memiliki dua sisi mata uang bagi Bank Sampah Resik Becik (BSRB) Kota Semarang.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: galih permadi
TRIBUN JATENG/IWAN ARIFIANTO
Ika Yudha Kurniasari menunjukan hasil kreasi berbahan sampah plastik dan kain perca galeri Bank Sampah Resik Becik di Krobokan, Semarang Barat, Kota Semarang, Rabu (23/9/2020). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Masa Pandemi virus Corona memiliki dua sisi mata uang bagi Bank Sampah Resik Becik (BSRB) Kota Semarang.

Pasalnya suplai sampah dari masyarakat mengalami kenaikan lonjakan.

Di sisi lain, hasil penjualan kreasi dari sampah anjlok.

Viral Penjual Online Roti Pisang Rugi Banyak karena Pembeli Salah Tulis 1/2 Jadi 12

Kisah Mbah Waryono Sampai ke Telinga Walikota Semarang, Hendi: Luar Biasa

Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, 3 Tewas Kecelakaan Innova Vs Truk di Tol, Asal Tegal & Pekalongan

Duduk Perkara Anak Robohkan Rumah Sendiri Ketimbang Ditempati Ibu Kandung di Ponorogo

Pendiri sekaligus pengelola BSRB Ika Yudha Kurniasari menuturkan, kenaikan serapan jumlah sampah di bank sampah yang ia kelola lantaran selama pandemi masyarakat banyak beraktifitas di rumah.

Hal itu berimbas pada naiknya jumlah sampah rumah tangga.

"Normalnya serapan seluruh jenis sampah perbulan mencapai 200 kilogram sampai 300 kilogram."

"Selama pandemi naik di angka 500 kilogram hingga 700 kilogram," beber Ika di Kantor BSRB di Jalan Madukoro V, Krobokan, Kecamatan Semarang Barat, Rabu (23/9/2020).

Ika menyebut, total nasabah di bank sampah terdapat 500 orang di seluruh Kota Semarang.

Nasabah aktif sekira 50 persen dari total nasabah.

"Kenaikan serapan sampah ini tentu bagus karena kami olah dan pilah untuk kreasi, sisanya kami distribusikan ke pengepul," paparnya.

Di sisi lain, Ika menjelaskan, sempat mengalami kesulitan melakukan penjualan hasil kreasi bank sampah.

Ia menyadari di masa pandemi membeli hasil kreasi bank sampah seperti tas, sajadah, dompet dan lainnya bukan kebutuhan utama masyarakat.

Bahkan penjualan hasil kreatif sempat tidak ada pemasukan sama sekali.

Ia lalu mencoba tetap berkreasi dengan mencari peluang-peluang baru yang dapat digarap kelompoknya.

"Kami lalu mencoba menggarap masker berbahan kain perca di awal masa pandemi, alhamdulillah mampu untuk menutupi biaya operasional," katanya.

Dalam perkembangannya, harga masker mulai turun karena stok barang di pasaran mencukupi.

Kini BSRB mulai melirik untuk membuat goodiebag dan polybag.

Ika mengungkapkan, kreasi goodiebag dari kain perca muncul karena masyarakat memiliki kebiasaan baru yaitu membawa perlengkapan barang pribadi lebih banyak dari biasanya.

Kemudian di masa new normal kegiatan berkebun lagi happening sehingga ia membuat kreasi polybag daur ulang sampah plastik untuk memenuhi hasrat warga yang ingin bercocok tanam.

"Kami mencoba menangkap peluang tersebut meski saat ini omzetnya masih stagnan di kisaran Rp 1 juta perbulan," katanya.

Ika berharap masa pandemi lekas berlalu agar penjualan kreasi sampah dapat kembali normal.

Selanjutnya program-program pelatihan ketrampilan mengenai daur ulang sampah yang selama ini sempat terhenti dapat berjalan kembali.

"Akhir-akhir ini memang sudah ada pelatihan ketrampilan daur ulang meski hanya beberapa kali dan harus menerapkan protokol kesehatan," tandasnya.

(Iwn).

Trump Desak PBB Minta Pertanggungjawaban China soal Covid-19

Kolaborasi Walikota Semarang dan Kediri Motivasi Mahasiswa Jadi Entrepreneur

TNI Terus Sosialisasikan Covid-19 dan Khasiat Tanaman Herbal di TMMD Kendal

Kejari Kendal Musnahkan Ribuan Pil Penenang hingga Sabu dan Ganja dari 56 Perkara

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved