Kisah Magawa, Tikus Raksasa yang Deteksi 39 Ranjau dan 28 Amunisi Dalam Pembersihan di Kamboja
Hewan pengerat berusia tujuh tahun itu dilatih oleh badan amal Apopo yang terdaftar di Belgia dan berbasis di Tanzania
TRIBUNJATENG.COM - Seekor tikus kantung raksasa Afrika dianugerahi medali emas bergengsi untuk kontribusinya dalam mendeteksi ranjau darat.
Magawa, nama tikus itu, telah mengendus 39 ranjau darat dan 28 amunisi yang tidak meledak sepanjang kariernya.
Badan amal kedokteran hewan Inggris, PDSA, memberinya Medali Emas untuk pengabdiannya dalam bertugas yang menyelamatkan hidup orang di lokasi pembersihan ranjau darat yang mematikan di Kamboja.
• Suasana Riang Tiba-tiba Tegang saat Pak Kades Kejar Penari Jaipong, Warga Histeris
• Update Virus Corona Jawa Tengah Jumat 25 September 2020
• Sungai Jernih Berisi Ribuan Ikan Tidak Hanya Ada di Jepang, di Watergong Klaten Kamu Akan Terpana
• Viral Dalang Cilik Ngamuk ke Bapaknya Karena Salah Nada Saat Latihan: Mboten Kados Niki
Jumlah ranjau darat di negara Asia Tenggara itu diperkirakan mencapai enam juta.
Medali Emas PDSA bertuliskan "Untuk keberanian binatang atau pengabdian pada tugas".
Dari 30 hewan penerima penghargaan, Magawa merupakan tikus pertama.
Hewan pengerat berusia tujuh tahun itu dilatih oleh badan amal Apopo yang terdaftar di Belgia dan berbasis di Tanzania dan telah memelihara hewan-hewan yang dikenal sebagai HeroRATs untuk mendeteksi ranjau darat dan tuberkulosis sejak tahun 1990-an.
Hewan-hewan tersebut disertifikasi setelah satu tahun pelatihan.
"Mendapatkan medali ini benar-benar suatu kehormatan bagi kami," kata kepala eksekutif Apopo Christophe Cox kepada kantor berita Press Association.
"Penghargaan ini juga berarti bagi orang-orang di Kamboja, dan semua orang di seluruh dunia yang menderita akibat ranjau darat."
Pada hari Jumat, PDSA akan menyiarkan upacara penghargaan Magawa di situsnya.
Menurut Apopo, Magawa lahir dan besar di Tanzania, beratnya 1,2 kilogram dengan panjang 70cm.
Meskipun ukurannya jauh lebih besar dari banyak spesies tikus lainnya, Magawa masih cukup kecil dan cukup ringan sehingga dia tidak meledakkaan ranjau jika dia berjalan di atasnya.
Tikus-tikus itu dilatih untuk mendeteksi senyawa kimia di dalam bahan peledak, yang berarti mereka mengabaikan besi tua dan dapat mencari ranjau lebih cepat.
Begitu hewan-hewan itu menemukan bahan peledak, mereka menggaruk bagian atas untuk kemudian memberi tahu rekan kerjanya, yaitu manusia.
Magawa mampu memeriksa lapangan seukuran lapangan tenis hanya dalam 20 menit.
Itu jauh lebih cepat dari manusia.
Menurut Apopo, meskipun dilengkapi detektor, manusi butuh waktu menyelesaikan pekerjaan itu dalam waktu satu hingga empat hari.
Magawa hanya bekerja setengah jam sehari di pagi hari dan mendekati usia pensiun.
Tetapi direktur jenderal PDSA Jan McLoughlin mengatakan pekerjaannya dengan Apopo "benar-benar unik dan luar biasa".
"Pekerjaan Magawa secara langsung menyelamatkan dan mengubah kehidupan laki-laki, perempuan dan anak-anak yang terkena dampak ranjau darat ini," katanya kepada Press Association.
"Setiap penemuan yang dia buat mengurangi risiko cedera atau kematian bagi penduduk setempat."
Menurut LSM pembersihan ranjau, HALO Trust, lebih dari 64.000 orang sudah menjadi korban dan sekitar 25.000 harus diamputasi akibat ranjau ranjau darat di Kamboja sejak 1979.
Banyak ranjau darat yang ditanam selama perang saudara di negara itu pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Pada Januari 2020, Presiden AS Donald Trump mencabut pembatasan penggunaan ranjau darat AS, mengubah larangan yang diterapkan Presiden Barack Obama pada 2014. (*)
• TKI Asal Nganjuk Menang Lawan Bos Bandara Changi di Pengadilan atas Tuduhan Pencurian
• 1 Pelajar Semarang Dibacok Pakai Celurit di Sampangan, Korban Salah Sasaran
• Ini Syarat dari PSIS Semarang Bagi Klub Luar Negeri yang Inginkan Bek Muda Pratama Arhan Alief
• Viral Penjual Online Roti Pisang Rugi Banyak karena Pembeli Salah Tulis 1/2 Jadi 12
Artikel ini telah tayang di bbcindonesia.com dengan judul Tikus raksasa yang ahli mendeteksi ranjau darat dianugerahi medali emas 'atas keberanian dan pengabdian'