Berita Jateng
Temuan ESDM Jateng Soal Api Abadi Mrapen Mati Total hingga Potensi Muncul Kembali
Api abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, padam sejak Jumat (25/9/2020).
Misalnya, saat akan dilakukan pengambilan api Pekan Olahraga Nasional (PON), dilakukan renovasi tahun 1996 silam.
"Setelah itu tidak pernah ada lagi perawatan, apalagi perbaikan," kata Gunadi saat itu.
Dengan semakin tidak terawatnya lokasi api abadi Mrapen, nyalanya pun semakin meredup dari tahun ke tahun.
"Ketika 15 tahun lalu, ketinggian nyala api dari permukaan tanah bisa mencapai 30-50 sentimeter, tetapi kini menyusut dan tinggal 15-20 sentimeter," kata juru kunci api abadi Mrapen, Muryo Prasetryo sebagaimana dikutip Harian Kompas, 24 Oktober 2011.
Bahkan, ketika hendak digunakan untuk acara besar seperti PON dan upacara agama Budha, api harus dipancing dengan kertas kemenyan, atau dupa, serta briket batubara agar nyalanya besar.
Kondisi lokasi pun berangsur-angsur memburuk. Meskipun tidak terlalu sulit dicapai, tidak mudah menemukan obyek wisata ini. Pasalnya, hampir tidak ada petunjuk jalan yang bisa memandu wisatawan ke lokasi itu. Papan petunjuk ke lokasi obyek wisata pun telah rusak.
Padam dan potensi muncul kembali
Terbaru, api abadi Mrapen pun padam. Adapun penyebabnya masih diselidiki.
Namun, menurut dugaan awal, hal itu terjadi akibat pengeboran untuk mencari sumber air yang berjarak 150 meter dari lokasi lubang api abadi Mrapen.
"Berkisar 150-200 meter dari api abadi Mrapen, muncul semburan gas bercampur air pada September lalu. Hingga kemarin siang, gas masih muncul di titik itu. Semburan gas terjadi setelah ada warga yang melakukan pengeboran untuk mencari air," kata Kepala Seksi Energi Cabang Dinas ESDM Jateng Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto sebagaimana dikutip Harian Kompas, Sabtu (3/10/2020).
"Kami masih memetakan titik-titik sumber gas. Ada warga yang mengebor (untuk mendapatkan air). Masih dikaji. Pada 1990-an, (nyala api abadi) menurun, tetapi kemudian dibor di sekitarnya dan ada api lagi," lanjutnya. D
osen Teknik Geologi dan Pertambangan Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya, Jawa Timur, Handoko Teguh Wibowo memperkirakan adanya kaitan antara semburan gas hasil pengeboran sumber air dengan padamnya api ini.
Dosen yang meneliti gas rawa di Grobogan ini menuturkan, solusi dan mitigasi yang bisa dilakukan ialah dengan memisahkan air serta gas yang keluar di sumur.
Kemudian, gas yang keluar disalurkan kembali ke lubang api abadi Mrapen.
"Keluarnya gas ini menjadi indikasi ketersediaan gas yang melimpah," ujarnya. Untuk itu, pengeboran oleh masyarakat harus diperhatikan dan berizin.