Berita Solo
Update Kabar Terbaru Proyek Tol Yogyakarta-Solo Hari Ini
Proyek tol Solo-Jogja di Kabupaten Klaten memasuki proses identifikasi lahan.
TRIBUNJATENG.COM, KLATEN - Proyek tol Solo-Jogja di Kabupaten Klaten memasuki proses identifikasi lahan.
Pjs Bupati Klaten, Sujarwanto mengatakan pihaknya berencana menyiapkan jalur-jalur untuk masyarakat melakukan mengecek hasil identifikasi lahan.
Ia memperkirakan proses identifikasi lahan akan jadi sekira akhir November atau awal Desember nanti.
"Kita menyiapkan jalur-jalur yang mudah-mudahan di akhir November atau awal Desember proses sudah indentifikasi akan diumumkan, sehingga masyarakat bisa mengecek," ungkapnya kepada TribunSolo.com, Rabu (14/10/2020).
Sujarwanto mengatakan setelah nanti hasil identifikasi lahan diumumkan, masyarakat bisa mengkoreksi hasil identifikasi tersebut.
Setelah ada revisi atau tidak dari masyarakat, masuk dalam tahap selanjutnya, yaitu dilakukan appraisal untuk menentukan nilai tanah yang ada.
"Setelah hasil koreksi identifikasi lahan selesai nantinya dilanjukan penilaian oleh appraisal, setelah diumumkan akan diadakan negosiasi dengan warga," kata Sujarwanto.
"Mudah-mudahan di tahun ini sudah bisa dilaksanakan," harapnya.
Daftar Resmi 50 Desa dan 11 Kecamatan di Klaten
Pemerintah merilis daftar desa dan kecamatan di Kabupaten Klaten yang bakal tergusur proyek jalan Tol Solo-Jogja.
Terdapat 50 desa di 11 kecamatan yang terdampak Proyek Strategis Nasional (PSN) Tol Solo-Jogja.
Hal itu tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Gubenur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bernomor 590/48 tahun 2020 tanggal 15 September 2020 tentang Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Tol Solo-Jogja di Klaten.
Total luas yang terdampak di Kabupaten Klaten seluas 3.775.217 meter persegi.
Berikut ini daftar 50 desa di 11 kecamatan yang terdampak Tol Solo-Jogja :
1. Kecamatan Delanggu
Desa Mendak
Desa Sidomulyo
2. Kecamatan Polanharjo
Desa Kranggan
Desa Sidoharjo
Desa Keprabon
Desa Polan
Desa Kahuman
Desa Kapungan
Desa Glagahwangi
3. Kecamatan Ceper
Desa Kuncen
4. Kecamatan Klaten Utara
Kelurahan Barenglor
Kelurahan Gergunung
Desa Jebugan
5. Kecamatan Karanganom
Desa Ngabeyan
Desa Brangkal
Desa Beku
Desa Tarubasan
Desa Jungkare
Desa Kadirejo
6. Kecamatan Ngawen
Desa Kwaren
Desa Majungan
Desa Pepe
Desa Tempursari
Desa Kahuman
Desa Ngawen
Desa Senden
Desa Gatak
Desa Duwet
7. Kecamatan Kebonarum
Desa Malangjiwan
Desa Karangduren
Desa Mendem
8. Kecamatan Karangnongko
Desa Karangnongko
Desa Demakijo
Desa Jagalan
Desa Gumul
9. Kecamatan Jogonalan
Desa Tambakan
Desa Tangkisan
Desa Prawatan
Desa Somopuro
Desa Joton
Desa Wonoboyo
Desa Granting
Desa Dompyongan
10. Kecamatan Manisrenggo
Desa Borangan
Desa Barukan
Desa Nangsri
Desa Taskombang
11. Kecamatan Prambanan
Desa Joho
Desa Kebondalem Lor
Desa Kokosan
Dari 11 Kecamatan yang terdampak, Kecamatan Ngawen menjadi wilayah terdampak paling banyak meliputi 9 desa.
Sedangkan Kecamatan Ceper menjadi wilayah terkecil terdampak yakni desa Kuncen, disusul Kecamatan Delanggu dengan desa terdampak dua wilayah yakni Sidomulyo dan Mendak.
Warga Jangan Jadi Penonton
Teka-teki lokasi wilayah yang pasti terdampak Proyek Strategis Nasional (PSN) Tol Solo–Jogya akhirnya terjawab sudah.
Gubenur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menetapkan lokasi melalui Surat Keputusan (SK) bernomor 590/48 Tahun 2020 tanggal 15 September 2020 tentang Penetapan Lokasi (Penlok) Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Tol Solo - Yogyakarta di Kabupaten Klaten.
Berdasarkan informasi yang dihimpun TribunSolo.com, dalam SK Gubenur Jateng tersebut, telah menetapkan jalur Tol Solo-Jogja ada 50 desa di 11 kecamatan di Kabupaten Klaten.
Total luas yang terdampak di Kabupaten Klaten seluas 3.775.217 meter persegi.
Dalam SK Gubernur ini juga menetapkan peta lokasi sebagai dasar pengadaan tanah.
Sesuai lampiran SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 590/48 Tahun 2020 menyebutkan Kecamatan Ngawen menjadi wilayah terdampak paling banyak meliputi 9 desa.
Sedangkan Kecamatan Ceper menjadi wilayah terkecil terdampak yakni desa Kuncen, disusul Kecamatan Delanggu dengan desa terdampak dua wilayah yakni Sidomulyo dan Mendak.
Sekda Klaten, Jaka Sawaldi mengharapkan dengan SK penetapan lokasi ini bisa mengakomodirkan kepentingan wilayah, dampak lingkungan dan sosial termasuk responsif terhadap perkembangan lapangan.
Termasuk lahan pertanian Klaten seperti irigasi sawah tak terputus, sumber mata air tidak terganggu hingga situs bersejarah yang tersebar di wilayahnya.
"Kita berharap masyarakat tidak sebagai penonton, termasuk lahan pertanian Klaten seperti jaminan keberlanjutan irigasi tidak terganggu, termasuk sumber-sumber mata air dan situs," jelasnya, Jumat (18/9/2020).
Ia menambahkan setelah dilakukan konsultasi publik, Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bisa memenuhi keinginan warga Klaten sebagaimana kesepakatan dalam komunikasi publik.
Bahkan pihaknya meminta Dirjen Bina Marga membuka komunikasi 24 jam dengan warga Klaten.
"Informasi yang berkembang bisa bermacam-macam, tapi ketika masyarakat butuh kepastian, tim kementerian bisa cepat memberikan kepastian," aku dia.
"Pemkab Klaten akan siap membantu agar tidak terjadi informasi yang salah,” tambahnya.
Kisah Tergusur Tol
Hari-hari ini menjadi kegelisahan yang mendalam bagi Ida (51).
Ya warga di Kelurahan Gayamprit, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten itu menghadapi kenyataan yang tak pernah sebelumnya terpikirkan dalam hidupnya.
Dia satu di antara banyak orang yang bakal terdampak pembangunan proyek Jalan Tol Solo-Jogja.
Bahkan sempat merasa berat, akhirnya Ida merelakan sawah warisan orangtuanya yang sebentar lagi akan dilepas selama-lamanya.
Pasalnya sawah hasil warisan orang tuannya terdampak proyek jalan Tol Solo-Jogja.
"Sebenarnya saya keberatan melepas lahan sawah warisan orang tua saya," kata Ida saat menghadiri sosialisasi dan konsultasi publik proyek jalan Tol Solo-Jogja, Kamis (13/8/2020).
Adapun lahan yang berbentuk persawahan yakni warisan sejak kakeknya seluas 2.400 meter persegi di Desa Malangjiwan, Kecamatan Kebonarum.
Lebih lanjut, ia mangaku mengikhlaskan sawah warisannya untuk kepetingan umum, tetapi dia berharap mendapatkan ganti untung.
Rencananya hasil ganti rugi akan dibelikan sawah di dekat rumahnya di Kelurahan Gayamprit tersebut.
“Dalam setahun, sawah kami bisa panen sampai tiga kali, setiap kali panen memperoleh pendapatan Rp 5 juta sampai Rp 8 juta," aku dia.
"Saya berharap mendapatkan ganti untung, soalnya mau saya belikan ke Gayamprit karena lahan yang terkena tol ini merupakan warisan dari orangtua,” jelas Ida.
Broker Tanah Berkeliaran
Broker atau makelar berkeliaran di kawasan yang terdampak proyek pengerjaan Tol Solo-Jogja di Kabupaten Klaten.
Asisten 3 Sekda Pemkab Klaten, Sri Winoto menerangkan, pihaknya menghimbau masyarakat yang wilayahnya terdampak proyek Tol Solo-Jogja tidak mudah percaya dengan tawaran broker atau makelar.
"Kami meminta untuk para warga yang nantinya terdampak proyek ini, untuk tetap bersabar," kata Winoto saat menghadiri sosialisasi dan konsultasi publik proyek jalan Tol Solo-Jogja, Kamis (13/8/2020).
Lebih lanjut Winoto menyarankan untuk tidak mudah percaya dengan tawaran dari broker, sehingga mengikuti alur yang sudah ada.
"Tetap ikuti alur yang sudah ditetap ada, jangan percaya dengan tawaran broker," sarannya.
Kades Malangjiwan, Suprianto mengatakan wilayahnya yang terdampak proyek jalan tol sekira 5 hektar terdiri dari 71 bidang meliputi area persawahan 40 bidang dan perumahan warga 31 bidang.
"Untuk rumah warga kami yang terdampak ada 31 rumah, di RT 02, RW 08 Dukuh Karangmojo," kata Supri.
Dikatakan, Suprianto mengaku warganya tidak keberatan dengan rencana proyek tol.
"Tidak ada yang protes, malah warga menantikan informasi ini," ujar Supri.
Supri memastikan proyek ini tidak berdekatan dengan sumber mata air di desanya.
Mengingat di desa ini ada Umbul Brintik yang selalu dimanfaatkan masyarakat untuk pengairan sawah, hingga objek wisata pemandian.
"Nantinya untuk lintasan jalan tol di di wilayah desa kami, hanya berupa jalan lurus saja, jaraknya cukup jauh sekitar 500 meter dari umbul Brintik," jelas Supri.
Terlihat fasilitas umum yang terdampak, Supri mengatakan ada satu masjid dan tower pamasimas (penampungan air).
"Untuk tower, masih bisa dipindah lokasinya, karena hanya menampung, bukan menjadi pusat sumber sjmber air," tutur Supri. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Update Proyek Tol Solo-Jogja Telah Masuki Identifikasi Lahan, Segera Diadakan Negosiasi dengan Warga