Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Jokowi Dibandingkan dengan SBY Cara Hadapi Aspirasi Rakyat, Mahfud MD Tertawa

Menkopolhukam Mahfud MD menanggapi santai terkait penilaian pemerintahan presiden Jokowi yang dibandingkan dengan pemerintahan di era SBY

Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
Tribunnews.com
Jokowi Dibandingkan dengan SBY Soal Cara Hadapi Aspirasi Rakyat, Mahfud MD Tertawa: Biasa Itu Terjadi 

TRIBUNJATENG.COM- Menkopolhukam Mahfud MD menanggapi santai terkait penilaian pemerintahan presiden Jokowi yang dibandingkan dengan pemerintahan di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Hal itu disampaikan Mahfud MD di acara Rosi yang tayang pada Kamis (15/10/2020).

Mulanya Rosi selaku host melempar pernyataan bahwa ada kritikan pemerintah Jokowi lebih mundur dari pemerintah SBY soal menanggapi suara suara kritis.

Mendegar itu, Mahfud MD tertawa dan memberi jawaban santai.

Menurut Mahfud MD hal seperti itu biasa terjadi.

Bahkan jika nanti Jokowi berhenti menjadi presiden, pasti akan banyak yang mengatakan lebih enak di zaman Pak Jokowi.

"Ya tidak apa-apa juga, penilaian itu terjadi karena Pak SBY sudah berhenti, dulu sebelum berhenti nggak ada yang bilang begitu," ujar Mahfud MD.

Mahfud MD mengatakan jika nanti presiden Jokowi sudah berhenti, pasti akan tetap dibandingkan dengan presiden setelahnya.

"Nanti kalau Pak Jokowi berhenti pasti juga bilang wah sesudah Pak Jokowi kok malah lebih mundur lagi, kok lebih mundur sekarang, memang pemerintah selalu disalahkan, kan biasa kan begitu," ujar Mahfud MD.

Mahfud MD menilai seluruh presiden Indonesia juga kerap dibanding-bandingkan.

"Nanti pasti kamu juga bilang wah lebih mundur lagi nih sesudah pak Jokowi turun, pasti bilang begitu, dulu waktu Gus Dur juga begitu, ketika Mega begitu juga," ujar Mahfud MD santai.

Mahfud MD lalu menceritakan saat ini zaman pak Soeharto kembali dipuji-puji.

"Nah sekarang zaman pak Harto kembali dipuji-puji, ya nggak papa," ujar Mahfud MD.

Mahfud MD tidak mengambil pusing soal penilaian itu.

Justru Mahfud MD berpikir positif jika masyarakat Indonesia selalu mengenang kebaikan terhadap presiden-presiden di Indonesia.

SBY merasa tertuduh

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat bicara mengenai polemik Undang-undang Cipta Kerja.

Termasuk soal tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya sebagai dalang demo UU Cipta Kerja yang berlangsung di sejumlah daerah Indonesia.

Namun SBY mengatakan bukan kali ini saja di era pemerintahan Jokowi dirinya dituduh dalam kerusuhan dalam aksi unjuk rasa.

Menurut SBY, pada Aksi Bela Islam pada 4 November 2016 lalu dirinya juga dituduh membiayai aksi tersebut.

Terkait tuduhan dalang aksi penolakan UU Cipta Kerja yang ramai di media sosial, SBY meminta pejabat negara untuk menyebut pihak yang menjadi dalang sebenarnya agar tidak menimbulkan kabar bohong di masyarakat.

"Kalau memang menggerakan, menunggangi, membiayai, dianggap negara kejahatan dan melanggar hukum. Hukum harus ditegakkan, lebih baik disebutkan, kalau tidak negaranya membuat hoaks," papar SBY dalam akun Youtube miliknya, Jakarta, Senin (12/10/2020) malam.

Di kesempatan itu, SBY juga mengungkapkan fitnah yang ditujukan kepada dirinya pada empat tahun lalu, yakni dituduh sebagai pihak penggerak Aksi Bela Islam atau Aksi 411 pada 4 November 2016.

"Ini cerita klasik ini. Mereka ingin dapatkan kredit, tetapi dengan cara merusak nama baik orang lain, menjatuhkan orang lain, meskipun belum tentu berhasil cara-cara itu," papar SBY.

"Saya tahu. Mengapa saya tahu? Karena ketika ada seseorang yang membawa berita itu kepada pemimpin kita, presiden kita, ada juga saksinya di situ yang kaget sekali dan belakangan setelah lewat prahara itu, dia menyampaikan kepada saya," sambung SBY.

Menurut SBY, seseorang yang memfitnah dirinya dihadapan Presiden, rupanya meminta bawahannya untuk melengkapi bukti-bukti keterlibatan SBY dalam aksi 411 dan tidak ketemu buktinya.

Setelah mendapatkan informasi ada yang fitnah dirinya dan tahu pelakunya, SBY mengaku langsung mendatangi Wiranto, yang saat itu menjabat sebagai Menko Polhukam.

Saat bertemu Wiranto, SBY menanyakan kebenaran kabar ada seseorang yang memfitnah dirinya dengan menyampaikan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wiranto membenarkan.

Setelah bertemu Wiranto, SBY juga menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla pada saat itu, untuk menanyakan hal yang sama.

"Pak JK juga membenarkan. Tentu tidak etis kalau saya bertanya, Pak Jokowi percaya tidak ya dengan itu semua," ucap.

Selang beberapa bulan, SBY memiliki kesempatan bertemu Presiden Jokowi pada 2017, pertemuan tersebut dimanfaatkan untuk mengklarifikasi informasi yang didapatnya.

"Saya tanya, apakah benar ada berita seperti itu. Pak Jokowi dengan hati-hati menjawab pada waktu itu, ya saya kan tidak semudah itu Pak SBY percaya tetapi saya sudah mengerti kok semuanya," ujarnya.

"Lalu saya sampaikan. Ini perlu saya sampaikan kepada saudara-saudara saya, rakyat Indonesia, saya sampaikan kepada beliau presiden kita Pak Jokowi," papar SBY.

"Kalau saya dituduh ingin merusak negara, ingin mengganggu negara, sedih loh pak saya, sakit hati saya Pak Jokowi," sambungnya.

SBY mengaku akan menulis siapa pihak yang memfitnah dirinya sebagai penggerak aksi 411, sebagaimana pesan almarhum istrinya Ani Yudhoyono.

"Almarhum Ibu Ani itu pernah berpesan hari-hari terakhirnya, tolong tulislah memoar, segala fitnah, segala apa yang dituduhkan kepada kita supaya anak cucu kita tahu yang sebernarnya," kata SBY.

"Terus terang belum saya tulis, tapi pada saatnya nanti ketika saya dipanggil yang maha kuasa saya sudah menulis apa yang perlu saya tulis. Karena ini cerita tentang kebenaran," ujarnya.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved