Berita Semarang
Demo Munculkan Klaster Baru Covid-19 di Semarang, Buruh: Kenapa Tak Disebut Klaster Perusahaan?
Dinkes Kota Semarang menyebut menemukan klaster demo beberapa waktu lalu oleh kalangan buruh dan mahasiswa.
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: sujarwo
Wajar jika kemudian masyarakat menempuh jalan ekstra parlementer atau berdemo.
Jika tidak dilakukan, kehendak parlemen tidak ada penghalang lagi.
Terkait pernyataan klaster demo, kata dia, merupakan penggiringan opini bahwa kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum sebagai penyebab penyebaran corona klaster baru.
"Mengapa parlemen justru memaksakan diri membahas Omnibus Law ketika pandemi. Sementara mereka paham benar suasana hati masyarakat yang menolaknya. Bukankah bahasa terbaiknya adalah klaster Covid-19 dari dampak kegagalan parlemen, bukan dari demo," kata Aulia.
Ia berharap pemerintah dan pihak keamanan untuk memberikan informasi yang mencerdaskan bangsa dengan memisahkan perilaku penyebaran covid dan dengan penyampaian pendapat di muka umum.
Hasil Tes Swab
Jumat (16/10/2020), Kepala DKK Semarang Moh Abdul Hakam mengatakan ada 11 orang yang dinyatakan positif Covid-19 pada klaster tersebut.
Saat ini mereka melakukan karantina di rumah dinas Wali Kota Semarang.
"Dari klaster demo ada 11 orang, termasuk kontak erat," ucap Hakam.
Hakam menjelaskan, awal ditemukannya klaster demo bermula dari dua perusahaan di Kota Semarang yang melakukan upaya protektif dengan menginisisasi rapid test bagi buruh yang mengikuti demo.
Kemudian, terdapat buruh yang dinyatakan reaktif.
Dinas Kesehatan pun langsung menindaklanjuti swab test terhadap buruh yang dinyatakan reaktif tersebut.
"Manajemen perusahaan sangat kolaboratif dengan kami. Begitu ada yang reaktif mereka langsung melaporkan sehingga langsung kami swab," papar Hakam.
Saat ini Dinas Kesehatan masih melakukan tracing atau penelusuran terhadap klaster demo.
Dia mengimbau kepada seluruh buruh maupun mahasiswa yang merasa sakit pasca mengikuti demonstrasi diharapkan dapat memeriksakan diri ke puskesmas.