Hitung Weton
Hitung Weton Jodoh Sebelum Menikah, Berpengaruhkah?
Hitung weton jodoh masih dipakai sejumlah kalangan dari masyarakat Jawa sebelum pernikahan.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: abduh imanulhaq
Menurutnya, rumah tangganya yang ia sebut harmonis hingga dikaruniai seorang putri tersebut tidak lepas dari rasa percayanya.
"Apa yang saya rasakan sekarang itu karena percaya bahwa hitung-hitungan weton sangat mujarab untuk memperkirakan kehidupan kelak. Menurut saya, weton yang jelek akan tertimpa malapetaka sedangkan weton yang bagus akan memunculkan kebahagiaan bagi kedua belah keluarga yang disatukan," kata Faris.
Pakar Kejawen sekaligus budayawan asal Salatiga, Sujisno (68), menjelaskan, pernikahan berdasarkan weton merupakan sebuah kepercayaan bagi pemiliknya.
Dalam kepercayaan Jawa, menurutnya, menentukan waktu akad nikah harus dilaksanakan pada hari yang tepat.
Bahkan pula dengan ketepatan perhitungan jam hingga detik.
Hal itu tidak lepas dari tiga siklus global yang ada di dalam kepercayaan tersebut meliputi matahari terbit, matahari di tengah, dan matahari terbenam.
"Itu untuk pagi dan sore pergantiannya ada persekian menit status quo, artinya tidak ada status dari pagi ke siang. Dari sekian menit itu tidak ada status, tidak pagi dan tidak siang. Pada kepercayaan Jawa, anak yang lahir saat itu bukan anaknya," terangnya kepada Tribunjateng.com, Senin (2/11/2020).
Pada siklus pernikahan, ia menyebut ada lima fase dalam penghitungannya.
Fase tersebut dimulai pukul 06.00 WIB dalam fase detik.
Bagi orang-orang yang melaksanakan ijab kabul dalam waktu-waktu yang telah ditetapkan tersebut, menurutnya tidak dapat digeser atau diubah walau hanya satu detik.
Ia mencontohkan Selasa Wage ada dua waktu yang terbaik dalam menikahkan anak, yaitu slamet rejeki dan slamet bahagia.
Ia memilih paling utama adalah slamet bahagia.
"Kalau slamet sugeh masih kalah dengan slamet bahagia. Siklus itu katakanlah untuk hari ini pukul 08.33 sampai 10.32 WIB, fasenya hanya menit itu. Slamet bahagia ijab sumpahnya itu 10.35 WIB, sudah lain," tuturnya.
"Saya sudah banyak niteni (menandai). Itu bersumpah atas nama Tuhan, itu paling sakral menurut saya," imbuh dia.
Terkait penghitungan tanggal pernikahan melalui penanggalan Jawa, menurutnya jika hari pasaran yang akan melangsungkan pernikahan itu kurang cocok, tetap bisa diusahakan agar lebih baik.