Berita Regional
Malaysia Lockdown, Harga Elpiji 14 Kg di Krayan Capai Rp 1,5 Juta dan Semen Rp 1,8 Juta Per Sak
Saat ini, harga sebuah elpiji 14 kilogram di Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mencapai Rp 1,5 juta.
TRIBUNJATENG.COM, NUNUKAN – Saat ini, harga sebuah elpiji 14 kilogram di Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mencapai Rp 1,5 juta.
Dikatakan Camat Krayan Barat, Dawat Udan, harga tersebut melambung tinggi karena biaya buruh gendong serta efek dari lockdown Malaysia.
Padahal, 98 persen barang kebutuhan warga Krayan berasal dari Malaysia.
Baca juga: Berikut Isi Surat Wasiat Istri di Boyolali Tewas Gantung Diri, Singgung Menikah Tanpa Pacaran
Baca juga: Seorang Ayah Bunuh Anak & Istri yang Sedang Hamil Lalu Tunggui Jenazah hingga 7 hari
Baca juga: Peran Adebaran Didapat Tanpa Sengaja, Arya Saloka Dulunya Sempat Ngambek Ogah Main Sinetron Lagi
Baca juga: 36 Orang Tewas Kecelakaan di Samarinda, Ini Kata Kompol Ramadhanil
"Kalau harga gasnya sekitar Rp 800.000, untuk membayar buruh gendong sekitar Rp 700.000, jadi elpiji itu satu tong harganya Rp 1,5 juta di sini," ujar Dawat saat dihubungi, Sabtu (14/11/2020).
Dawat menjelaskan, buruh akan mengambil tabung elpiji kosong untuk dibawa dengan sepeda motor ke perbatasan RI–Malaysia di Long Mekang.
Mereka akan menunggu kapal kecil jenis ketinting di pinggir sungai dengan luas sekitar 30 meter yang merupakan wilayah Malaysia.
Kapal jenis ketinting tersebut datang dengan tabung elpiji siap pakai, lalu menukar tabung elpiji kosong yang dibawa buruh gendong.
Dari pinggir sungai di Long Mekang yang masih wilayah Malaysia, buruh akan menggendong elpiji dengan Bekang (sejenis alat gendong suku dayak Lundayeh).
Elpiji diikatkan di punggung dan mereka akan mendaki gunung sekitar dua jam.
Sesampainya di puncak, mereka masih harus menggendong elpiji menuju jalan tani untuk sampai di jalan utama perbatasan.
Jarak Desa Lembudud dari perbatasan sekitar 6 km.
Asal barang ada
Sulit mendapatkan kayu api kering untuk memasak karena cuaca yang tidak menentu membuat warga memilih membeli elpiji meski harganya jauh dari harga normal.
Asalkan barang ada, mereka berusaha membeli dengan harga berapa pun.
"Jalur yang dipakai sekarang sebenarnya jalur orang orangtua kami untuk bekerja di Malaysia,
Biasa kalau musim panen padi, mereka masuk bekerja di Malaysia.
Sudah terjadi lama sekali begitu, sudah dari dulu.
Hanya saja, kalau kondisi normal, tidak susah mendapat tong gas," kata Dawat.
Kelangkaan tabung elpiji di Krayan sudah terjadi sejak April 2020 atau sejak Malaysia menerapkan kebijakan lockdown.
Selain elpiji, harga kebutuhan pokok lain di Krayan juga melonjak, seperti gula pasir, tepung terigu, hingga material bangunan seperti semen.
Untuk semen saat normal harga berkisar Rp 300.000 per zak, sekarang dihargai Rp 1,8 juta.
Dikonfirmasi terkait hal ini, Humas Pemerintah Provinsi Kaltara Drajat Mazunus melalui keterangan tertulis menjelaskan, Gubernur Kaltara sudah tiga kali membuat permohonan dan melakukan negosiasi melibatkan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Kuching Malaysia.
Beberapa isi surat yang sudah dikirimkan, yaitu meminta dukungan negosiasi jalur masuk perbatasan, permohonan membuka jalur masuk perbatasan Krayan Indonesia-Malaysia, serta permohonan dukungan penyelesaian krisis ekonomi dan sosial di perbatasan Krayan. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Gasnya Rp 800.000, Bayar Buruh Gendong Rp 700.000, Jadi Harga Elpiji di Sini Rp 1,5 Juta""
Baca juga: Klarifikasi Ustad Maheer Soal Singgung Habib Lutfi hingga Perseteruan dengan Nikita Mirzani
Baca juga: Satgas Covid-19 Bantu 20.000 Masker untuk Pernikahan Najwa Shihab Putri Habib Rizieq Malam Ini
Baca juga: Brimob Polda Jateng Kirim Tiga Kompi Personil Ke Lereng Gunung Merapi Bantu Pengungsi
Baca juga: Rumah Mewah Disulap Jadi Restoran, Muzdalifah Beberkan Harganya