Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Focus

Belajar dari Timor Leste

Beberapa peristiwa yang terjadi terkait ancaman terhadap keutuhan negara ini belakangan menjadi perhatian.

Penulis: Erwin Ardian | Editor: moh anhar
zoom-inlihat foto Belajar dari Timor Leste
TRIBUN JATENG
Fokus Tribun Jateng 23 November 2020

Penulis: Erwin Ardian, wartawan Tribun Jateng

UNTUK kesekian kalinya, Indonesia sebagai sebuah negara kembali mendapat tantangan. Sejak diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945, usaha untuk menggoyang bentuk negara ini datang silih berganti. Terbukti, Indonesia sebagai negara kesatuan berdasar Pancasila masih bertahan kokoh hingga kini.

Sejarah mencatat, usaha untuk mengubah bentuk dan dasar negara beberapa kali dilakukan dengan berbagai cara. Peristiwa yang paling diingat adalah usaha kudeta yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) 30 September 1965. Kudeta berdarah yang membawa korban enam jenderal TNI itu berakhir dengan kegagalan.

Peristiwa yang kemudian dikenal dengan G 30 S/PKI itu bukan upaya pertama untuk mengubah dasar negara. Sebelumnya beberapa gerakan serupa pernah dilakukan oleh sekelompok orang yang menginginkan Indonesia berganti wajah. Tak hanya dasar negara saja, beberapa wilayah juga pernah ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semua usaha itu gagal. Hanya Timor Timur yang saat itu lepas dari NKRI setelah dalam referendum, rakyat Timor Timur memutuskan melepaskan diri.

Belakangan muncul sinyalemen dan bukti bahwa referendum pada 30 Agustus 1999 penuh kecurangan. Kini, setelah 21 tahun memisahkan diri dari Indonesia, nasib Timor Timur yang berganti nama menjadi Timor Leste tak kunjung membaik, bahkan lebih buruk dibanding saat masih menjadi provinsi termuda di Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Timor Leste masih lambat dibandingkan negara-negara Asia Tenggara menurut laporan resmi Bank Dunia tahun 2020. Bukannya bertambah maju seperti yang dijanjikan saat memilih kemerdekaan, setelah 21 tahun merdeka, Timor Leste sekarang adalah salah satu negara paling miskin di dunia. Meski belum ada jajak pendapat resmi, masuk akal rasanya jika rakyat Timor Leste menyesal berpisah dari Indonesia.

Kisah Timor Leste menjadi pelajaran berharga bagi kita. Bagaimana harapan palsu telah menggoda sebagian besar rakyat Timor Leste untuk berpisah dari NKRI. Setelah 21 tahun, terbukti pihak-pihak yang kala itu menjanjikan kesejahteraan ternyata hanya memanfaatkan Timor Leste untuk kepentingan pribadi atau kelompok mereka saja. Padahal, saat masih menjadi provinsi termuda di Indonesia, Timor Timur selalu dimanjakan dengan gelontoran dana besar dari pemerintah pusat.

Kini yang menjadi korban adalah rakyat. Ketika rakyat Timor Leste kesulitan memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup, segelintir elit politik menikmati kekayaan berlimpah. Negara-negara asing yang dulu ikut menjadi ‘sponsor’ kemerdekaan Timor Leste terbukti hanya mengincar kekayaan alam Timor Leste saja.

Beberapa peristiwa yang terjadi terkait ancaman terhadap keutuhan negara ini belakangan menjadi perhatian. Adanya segelintir orang yang menginginkan perubahan bentuk dan dasar NKRI tak bisa dianggap enteng. Negara harus kuat dan selalu menang melawan gangguan-gangguan seperti ini. Jangan sampai peristiwa yang terjadi pada Timor Leste terjadi pada negara kita.

Rakyat tak boleh diam terhadap gangguan yang mengancam keutuhan NKRI, sekecil apapun itu. Negara ini bukan hanya milik pemerintah dan aparat negara saja. Rakyat lah yang memiliki negara ini. Seperti halnya Timor Leste, atau negara lain seperti Suriah, Irak dan lainnya, ketika sesuatu terjadi pada sebuah negara, rakyatlah yang jadi korban, bukan yang lain. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved