KKN UIN Walisongo Semarang
Rebo Wekasan, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Gelar Ngaji Bareng di Macan Mati Gesi Sragen
Dewi Muyassaroh, Mahasiswi KKN UIN Walisongo Kelompok 131 berkesempatan mengisi acara NGABAR tersebut.
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Menyambut Rebo Wekasan, Selasa (13/11/2020) malam, mahasiswa KKN Kelompok 131 Angkatan 75 UIN Walisongo Semarang mengadakan Ngabar (Ngaji Bareng) di Macan Mati, Gesi Kabupaten Sragen.
Pengajian ini berdasarkan inisiatif bdul Rohman tokoh masyarakat Macan Mati mengingat mayoritas masyarakat nya masih banyak yang belum tahu menahu tentang Rebo Wekasan.
Ngabar diselenggarakan di kediaman Tri Pandu sekaligus acara rutinan mingguan pengajian Jama’ah Nurul Wahhab.
Dewi Muyassaroh, mahasiswi KKN UIN Walisongo berkesempatan mengisi Ngabar tersebut.
Berbekal ilmu di Fakultas Ushuluddin Humaniora UIN Walisongo Semarang Prodi Ilmu al-Qur’an & Tafsir, Dewi berusaha menjelaskan kepada masyarakat Macan Mati perihal asal usul, pengertian, tata cara, serta manfaat ritual Rebo Wekasan yang menjadi trending topic saat ini.
Dewi mengatakan bahwa Rebo Wekasan ini merupakan ritual yang dilaksanakan pada hari rabu terakhir bulan Shafar sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah sekaligus memohon kepada Allah agar dijauhkan dari segala macam bencana.
Karena di dalam kitab “Kanzun Najah Wassurur” karangan Syekh Abdul Hamid al-Qudsi diterangkan bahwa telah berkata sebagian ulama ‘arifin dari ahli mukasyafah (sebutan ulama sufi tingkat tinggi), bahwa setiap hari Rabu di akhir bulan Shafar diturunkan ke bumi sebanyak 360.000 malapetaka dan 20.000 macam bencana.
Merujuk pada kitab tersebut, masyarakat Jawa banyak yang mempercayai kalau pada hari rabu terakhir pada bulan Shafar ini, akan datang beribu-ribu bencana dan malapetaka.
Bulan Shafar juga merupakan bulan dimana Allah menurunkan kemarahan dan hukuman-Nya ke atas dunia.
Banyak kaum terdahulu yang durhaka, tidak percaya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu, pada bulan Shafar ini Allah telah melenyapkan hamba-Nya yang ingkar.
Sebagaimana kisah kehancuran Kaum Aad pada hari Nahas (hari sial). Kaum Aad merupakan kaumnya Nabi Hud yang telah mendustakan Rasul-Nya pula, sama seperti yang dilakukan oleh Kaum Nuh.
Sehingga Allah menimpakan kepada mereka adzab yang keras berupa Rihun Sharsharun (angin yang kencang lagi sangat dingin).
Kesialan apakah yang menimpa suatu kaum yang lebih dahsyat daripada kesialan yang menimpa kaum Aad?
Angin itu mencerai-beraikan, merenggut, dan melumat mereka.
Angin meninggalkan mereka bagaikan pokok pohon kurma yang tercerabut dari tanah berikut bonggolnya.
Tradisi Rebo Wekasan sudah menjadi ritual tahunan khususnya di daerah Jawa, karena ritual ini merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang.
Sehingga tidak ada yang dapat memastikan dari mana tradisi Rebo Wekasan ini berasal, meskipun sudah tersebar dimana-mana bahkan mungkin ada sebagian masyarakat Malaysia dan Pattani (sebuah provinsi bagian selatan Thailand) juga merayakan rebo wekasan, namun tentunya dengan cara- cara yang berbeda sesuai dengan daerahnya masing-masing.
Hal ini terbukti adanya tulisan karya ulama Pattani yang menyebut tentang kesialan rabu terakhir di bulan Shafar, seperti karya Syekh Ni’mat yang berjudul Al-Bahjatu Al Mardiyyah Fi Fawaidi Al-Ukhrawiyyah.
Beliau adalah salah satu ulama’ berasal dari Melayu yang menjadi guru besar di Makkah Al-Musyarafah.
Adapun amalan-amalan yang dilakukan pada malam Rebo Wekasan diantaranya; Pertama, melaksanakan shalat tolak bala’ sebanyak 4 raka’at satu kali salam atau 2 kali salam dan pada setiap raka’at setelah membaca surat al-Fatihah dilanjutkan dengan membaca surat al-Kautsar 17 kali, surat al-Ikhlas 5 kali, surat al-Falaq 2 kali dan surat an-Nas 1 kali, setelah selesai shalat dilanjutkan membaca do’a tolak bala’.
Kedua, setelah shalat dan do’a membaca surat Yasin 1 kali dan pada ayat ke-58 (Salaamun Qaulan Min Rabbin Rahiim) diulang sebanyak 313 kali.
Ketiga, membaca syahadat tiga kali, membaca istighfar 100 kali, membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW 100 kali, membaca Ya Allah 10 kali, dan membaca ayat kursi 360 kali. Keempat, sedekah semampunya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW; “Segeralah bershadaqah, sebab bala’ bencana tidak akan melangkahinya” (HR. Thabrani). Dan terakhir, membuat wifiq ayat Salamun.
Di season terakhir, Dewi mengatakan kepada Ibu-Ibu Jama’ah Nurul Wahhab bahwa rabu akhir bulan Shafar jangan diidentikkan sebagai bulan sial. Bulan sial tidak ada dalam Islam.
Kesialan hanyalah untuk mereka yang durhaka kepada Allah SWT. Bulan Shafar adalah bulan berkah bagi mereka yang beribadah.
Bulan penuh kebaikan bagi mereka yang bertaqarrub Ilahi dan berikhtiar memperoleh keselamatan dari Allah SWT melalui amaliah-amaliah ibadah Syar’iyyah. (*)