Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Opini

Hari Guru di Kala Pandemi

Perayaan Hari Guru Nasional tahun ini masih dalam suasana pandemi dengan berbagai keterbatasan, namun kabar baik kembali mengisi hati guru.

Penulis: - | Editor: moh anhar
TRIBUN JATENG
Opini Tribun Jateng 25 November 2020 

Penulis: Niken Rima Winahyu SPd, Guru Bahasa Indonesia SMK Garuda Nusantara Kabupaten Demak

SELAMAT Hari Guru Nasional 2020.

Beberapa hari yang lalu, Mas Menteri melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengumumkan kabar gembira bagi profesi yang bergelut dalam dunia pendidikan, yaitu guru. Kementerian Pendidikan dan kebudayaan menggelontorkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai bukti keseriusan pemerintah dalam memberikan perhatian kesejahteraan kepada guru non-PNS, baik yang ada di lingkungan kemdikbud maupun kementerian Agama.

Ini adalah bentuk apresiasi pemerintah terhadap kinerja guru non-PNS yang tetap fokus dalam memberikan layanan pendidikan, meskipun dalam situasi pandemi. Keseriusan pemerintah bukan tanpa alasan, di saat semua kalangan pekerja menerima bantuan serupa maka giliran guru dengan predikat pembelajar akan menerima bantuan sekadar meringankan beban hidup guru di tengah wabah yang tak kunjung selesai. Kabar baik tersebut menurut informasi resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan diterimakan kepada guru berbarengan dengan Hari Guru Nasional yang jatuh tanggal 25 November.

Perayaan Hari Guru Nasional tahun ini masih dalam suasana pandemi dengan berbagai keterbatasan, namun kabar baik kembali mengisi hati guru, yakni pada saat pemerintah mengumumkan diizinkannya pembelajaran tatap muka pada awal semester genap yakni pada bulan Januari 2021 tentu dengan berbagai syarat dan ketentuan sesuai regulasi yang disepakati. Kabar menggembirakan ini karena sudah hampir delapan bulan pembelajaran jarak jauh menjadi satu-satunya solusi pembelajaran di tengah ancaman wabah.

Akan dibukanya kembali pembelajaran tatap muka, maka peran guru akan sangat krusial, mulai dari memastikan kehadiran siswa sesuai prosedural, memantau berjalannya aktivitas dengan protokol kesehatan, sampai yang paling pokok menyiapkan materi pembelajaran secara maksimal sebagai bahan matrikulasi atas pembelajaran jarak jauh yang sudah berjalan. Diakui atau tidak, pembelajaran

jarak jauh sangat tidak efektif, oleh karenanya dibukanya kembali pembelajaran tatap muka, maka guru harus menyiapkan skenario pembelajaran yang efektif berupa matrikulasi materi.

Baca juga: Gandeng PWI, KPU Pati Sosialisasikan Peran Media dalam Pendidikan Demokrasi

Baca juga: Video Komunitas Football Traveler Ft Semarang Taat Prokes 

Baca juga: Ruang Isolasi Darurat Covid 19 Dipusatkan di Gedung Eks SMPN 3 Purbalingga

Guru Pembelajar

Menjadi guru adalah pilihan hati yang harus dikatakan dengan niat dalam bentuk pengabdian. Bentuk pengabdian harus terus membersamai guru dalam menjalankan profesinya secara profesional. Mengukur profesionalitas guru bukanlah perkara mudah, apalagi jika sudah berkaitan dengan pengembangan karier keguruan. Pemerintah sejak tahun 2005 sudah mengeluarkan regulasi tentang sertifikasi pendidik, namun sampai sekarang parameter guru yang berkualitas sepertinya juga masih sebatas harapan.

Tersertifikasi pendidik ataupun belum saat ini hampir tidak ada bukti empiris yang bisa membedakan, hanya faktor kesejahteraan sajalah yang tampak. Guru yang sudah tersertifikasi akan tampak sibuk untuk menyiapkan dan menunggu perihal pencairan tunjangan sertifikasi pendidik, namun guru yang belum tersertifikasi hanya bisa menyaksikan sambil berdoa serta berharap agar segera dapat berpredikat guru bersertifikat pendidik.

Ini gambaran nyata, lalu apa sebenarnya yang membuat sulitnya memperoleh sertifikat pendidik bagi guru? Bukankah guru sudah mencurahkan segenap kemampuan untuk memberikan layanan pembelajaran secara maksimal? Ada yang bilang jadi guru itu harus ikhlas, harus legawa, harus menerima predikat pahlawan tanpa tanda jasa. Tapi, di era serba modern, masihkah ada guru yang benar masih menyimpan idealisme tersebut?.

Idealisme guru adalah ruh bagi profesi mulia ini. Jangan nodai hanya sekedar mendapatkan tunjangan profesi lalu mengorbankan segala macam cara, bahkan menghalalkan segala macam cara. Percaya saja bahwa berbagai pihak pasti serius dalam mengakomodir hak guru, termasuk pemerintah.

Lalu, bagaimana agar guru tetap berada pada ruh idealisme guru tanpa tendensi kecuali hanya pengabdian. Pertama, tanamkan niat, bagi lulusan sekolah menengah atas yang akan memilih melanjutkan ke perguruan tinggi dengan orientasi menjadi pendidik, mari luruskan niat untuk memilih profesi guru sebagai bentuk pengabdian. Jika Allah SWT mentakdirkan kita menjadi ASN ataupun tidak maka nikmati saja, itulah proses terbaik. Menjadi guru tidak harus menjadi ASN. Namun yang paling mendasar adalah tata niat kita ketika yakin menjadi bagian dari ruang pendidikan, adalah kita akan dimuliakan dengan profesi pembelajar.

Baca juga: Nonton TV Online Ini Link Live Streaming Manchester United Vs Istanbul Basaksehir

Baca juga: Berwisata ke Istambul Demak? Cicipi Bandeng Ingkung Cabut Duri

Kedua, bagi yang sudah berada pada profesi guru, hendaknya semakin yakin bahwa menjadi guru bukan salah jurusan, guru adalah menjadi harapan. Muliakanlah dirimu dengan mengamalkan ilmu melalui jalan mendidik, mengajar, dan membimbing siswa dimana saja kita mengamalkan ilmu paedagogik yang kita peroleh selama dibangku perkuliahan. Tidak semua orang siap menjadi guru, maka yang sekarang sudah berpredikat guru, jaga ruh idealisme guru dengan memberikan layanan pembelajaran secara maksimal.

Yang ketiga, pemerintah dengan berbagai regulasi yang dinamis. Dinamisnya regulasi bukan berarti pemerintah plin plan, namun untuk menyegarkan ruang kebijakan. Berbagai kebijakan tentunya menjadi bagian dari terakomodirnya suara guru agar pemerintah terus memberikan respon positif atas kinerja guru baik yang berupa mempermudah regulasi pemberian sertifikat pendidik atau sejenisnya. Selain itu, pemerintah hendaknya sering menggelar event yang berorientasi pada meningkatnya kompetensi guru, baik yang berupa lomba -lomba maupun peningkatan kapasitas melalui workshop dan sejenisnya.

Dipundak guru lah kualitas pembelajaran tertumpu, ditangan gurulah kompetensi siswa tertanam, di langkah gurulah harapan demi harapan bangsa ini berada.

Maka bagi siapa saja yang mentasbihkan dirinya sebagai guru, muliakan dirimu dengan terus memberikan pelayanan pembelajaran secara maksimal apapun status kepegawaianmu saat ini. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved