Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Lloyd Austin, Pensiunan Jenderal yang Bakal Jadi Menteri Pertahanan AS Pertama dari Kulit Hitam

Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden, menunjuk jenderal purnawirawan Lloyd Austin sebagai menteri pertahanan di kabinetnya, lapor media setemp

Editor: m nur huda
Getty Images via BBC Indonesia
Lloyd Austin, pensiunan Jenderal Angkatan Darat yang dinominasikan sebagai menteri pertahanan Amerika Serikat. Jika Kongres menyetujuinya, dia bakal menjadi menteri pertahanan pertama dari kulit hitam. 

TRIBUNJATENG.COM, WASHINGTON DC - Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden, menunjuk jenderal purnawirawan Lloyd Austin sebagai menteri pertahanan di kabinetnya, lapor media setempat.

Baik Biden maupun Jenderal Austin belum memberikan pernyataan terkait hal ini.

Dilaporkan Biden menawarkan posisi itu dan Jenderal Austin telah menerima tawaran itu.

Baca juga: Jusuf Kalla Singgung Orang Terkaya di Negeri Ini Berbisnis Rokok: Saya Ikut Bersalah

Baca juga: Rudy Murka Pergoki Saksi Bajo di TPS 18 Ternyata dari Kudus: Saya Cuma Melindungi Warga

Baca juga: Akui Persaingan Ketat karena Head to Head, Cabup Purbalingga Tiwi Optimis Menang

Jika disetujui, Austin, 67, yang pensiun pada tahun 2016 akan menjadi warga Amerika keturunan Afrika pertama yang memimpin Pentagon.

Ia memerlukan persetujuan Kongres karena ketentuan Amerika Serikat (AS) menetapkan jeda setidaknya tujuh tahun antara masa aktif di militer dengan masa jabatan menteri pertahanan.

Biden mendapat seruan dari berbagai pihak, termasuk dari kaukus Asia, kaukus Kulit Hitam dan Latino pendukung Demokrat untuk menominasikan orang-orang dari kelompok minoritas guna menduduki jabatan tinggi di kabinet.

Michèle Flournoy, pejabat yang lama berkarier di Pentagon, juga diunggulkan mengisi jabatan menteri pertahanan, selain Jeh Johnson, mantan konsul jenderal Pentagon dan mantan menteri keamanan dalam negeri.

Di masa pemerintahan Presiden Barack Obama, Jenderal Austin memimpin Komando Pusat AS, antara lain mencakup wilayah Timur Tengah, Asia Tengah dan sebagian Asia Selatan, antara 2013 hingga 2016.

Jenderal bintang empat itu adalah arsitek utama dalam operasi militer pimpinan AS menggempur kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) di Irak dan Suriah.

Menghindari sorotan

Sebelumnya ia menjabat wakil kepala staf Angkatan Darat dan tercatat sebagai jenderal terakhir yang memimpin pasukan AS di Irak.

Selama kurun waktu tersebut, Austin bekerja sama dengan Joe Biden sebagai wakil presiden pemerintahan Obama.

Jenderal Austin dikenal sebagai sosok yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat dan menghindar dari sorotan publik.

Jenderal Austin tidak banyak memberikan wawancara kepada media dan memilih tidak membeberkan operasi militer kepada publik.

Tetapi penunjukkan Austin bisa jadi mendapat kritikan dari sejumlah kelompok progresif terkait dengan kedudukan jenderal itu sebagai anggota dewan direktur perusahaan pertahanan Raytheon.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved