Berita Sragen
Cerita Perangkat Desa di Sragen, Keluarga Buronan Bom Bali I Tertutup, Untuk Sensus Saja Kesulitan
Perangkat Desa Gebang mengaku kesulitan melakukan sensus terhadap keluarga terduga teroris Zulkarnaen yang dicokok tim Densus 88 di Lampung.
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Perangkat Desa Gebang mengaku kesulitan melakukan sensus terhadap keluarga terduga teroris Zulkarnaen yang dicokok tim Densus 88 di Lampung.
Sikap tertutup yang ditunjukkan keluarga buronan Bom Bali I tahun 2001 itu menjadi faktor kendalanya.
"Dari dulu perangkat desa tidak bisa masuk dan komunikasi, orangnya tertutup," aku Kepala Desa Gebang, Jumanto kepada TribunSolo.com, Senin (14/12/2020).
Baca juga: Densus 88 Tangkap Buronan Bom Bali I Zulkarnaen, Ini Pengakuan Tetangga di Masaran Sragen
Baca juga: Gudang Mobil Kino Katering Solo Terbakar, Ini Kesaksian Joko Sang Anak Pemilik
Baca juga: Viral Foto Wanita Naik Bus dengan Tertancap 9 Jarum di Kepala, Illumi Zoldyck?
Baca juga: Oknum Guru Cabuli 9 Murid, Beri Iming-iming HP untuk Main Game hingga Ancam Beri Nilai Jelek
"Sensus penduduk saja tidak bisa," tambahnya.
Sensus penduduk 2015, sambung Jumanto, menjadi momen perangkat Desa Gebang bisa berkomunikasi dengan keluarga Zulkarnaen.
Rumah Zulkarnaen yang berada di Desa Gebang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen saat ini hanya ditempati ibunya saja.
Adik Zulkarnaen hanya sesekali singgah menengok ibunya.
Ayah Zulkarnaen meninggal dunia tiga tahun silam karena penyakit.
"Ayahnya itu asli sini. Dia guru agama Islam. Sementara ibunya jualan di pasar, tapi jualannya apa tidak tahu," ucap Jumanto.
Jumanto mengungkapkan rumah Zulkarnaen selalu tertutup. Orang rumah jarang membukakan pintu bagi orang yang tidak dikenalinya.
"Rumahnya selalu tertutup. Tidak ada komunikasi dengan warga," ungkapnya.
Nama Aslinya Adalah
Nama terduga teroris yang disebut bernama Zulkarnaen (57) masih tercatat sebagai penduduk Desa Gebang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.
Kepala Desa Gebang, Jumanto mengatakan, hanya saja nama yang terdaftar tidak sama dengan nama-nama yang tersebar atau disebutkan di media.
Ya, terduga teroris tersebut memiliki beberapa nama alias, diantaranya Aris Sumarsono, Daud, Zaenal Arifin, dan Abdulrahman.
"Ia masih terdaftar di Kartu Keluarga sini (Desa Gebang) dengan nama Arif Sunarso, bukan nama lainnya," kata Jumanto kepada TribunSolo.com, Senin (14/12/2020).
Berdasarkan informasi yang didapatkannya, Jumanto mengungkapkan Arif Sunarso memiliki anak kurang lebih 6 orang.
Istrinya diketahui tinggal di daerah Tambun, Bekasi, Jawa Barat dengan seorang dokter.
"Di sana sebagai peracik obat, sepertinya," ujar Jumanto.
Istrinya sempat datang ke Desa Gebang untuk mengurus KTP. Namun, Jumanto lupa tahun berapa itu terjadi.
Saat itu, ia sedang diuber kepolisian dan bersembunyi di Kantor Kepala Desa.
"Pada saat itu dia datang ke kantor minta KTP. Kita kan punya kewajiban melayani. Tapi kita tunda-tunda untuk mengorek informasi," ucap Jumanto.
"Kenyataannya tidak bisa menggali informasi tentang suaminya," tambahnya.
Kesaksian Tetangga
Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror mencokok seorang terduga teroris bernama Zulkarnaen (57) di Lampung.
Terduga teroris yang memiliki nama asli Aris Sumarsono alias Daud alias Zaenal Arifin alias Abdulrahman tersebut ditangkap di Gang Kolibri, Toto Harjo, Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Lampung.
Warga Desa Gebang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen itu ternyata bukan sembarangan, karena bersembunyi sejak Kasus Bom Bali I pada 2001 silam.
Dari penelusuran TribunSolo.com, sejak tersiar kabar sosoknya ditangkap Kamis (10/12/2020) lalu, kawasan rumahnya tampak sepi.
Warna rumahnya dominan putih dan pekarangannya cukup luas.
Namun, pintu rumah tersebut dalam kondisi tertutup.
Hanya ada mantol berwarna gelap yang dijemur di salah satu sudut ruangan rumah.
Tak ada aktivitas berarti di dalam rumah tersebut.
Sunyi begitu kentara ketika masuki halaman rumah.
Seorang warga sekitar yang enggan disebutkan namanya mengatakan rumah tersebut memang milik keluarga Zulkarnaen.
"Di situ tinggal ibu dan adik laki-lakinya," ucapnya kepada TribunSolo.com, Senin (14/12/2020).
Warga memang tak asing dengan nama Zulkarnaen apalagi bila menyebut nama Aris Sumarsono.
Nama itu mencuat setelah tim burung hantu berhasil mencokoknya.
Warga sempat ragu-ragu apakah benar orang yang ditangkap itu memang orang Desa Gebang atau tidak.
"Namanya sering dengar tapi orangnya yang mana saya tidak pernah tahu," ujar dia.
"Sejak saya kecil, orangnya sudah pergi dari sini," tambahnya.
Warga tersebut mengatakan keluarga Zulkarnaen masih aktif membantu kegiatan-kegiatan di kampung ketika ada hajatan.
"Orangnya aktif, ikut bantu kegiatan-kegiatan di sini," ucapnya.
Ditangkap di Lampung
Sebelumnya, terduga teroris jaringan Jamaah Islamiyah (JI) terkait kasus Bom Bali I, Zulkarnaen alias Aris Sumarsono alias Daud alias Zaenal Arifin (57), ditangkap oleh Tim Densus 88 Anti Teror Polri, Kamis (10/12/2020) lalu.
Terduga teroris itu ditangkap tanpa perlawanan di daerah Purbolinggo, Lampung Timur.
Demikian dikatakan oleh Kadiv Humas Polri Irjen pol Argo Yuwono saat dikonfirmasi, Sabtu (12/12/2020).
"Telah dilakukan penangkapan tanpa perlawanan terhadap tersangka (DPO) pada Hari Kamis tanggal 10 Desember 2020, pukul 19.30 WIB yang beralamat di Gg Kolibri, Toto Harjo, Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Lampung," kata Irjen Argo.
Ia mengatakan Zulkarnaen diketahui terlibat di dalam sejumlah aksi terorisme sejak 2001 lalu.
Menurut Argo, dia merupakan buronan yang terkait dalam kasus bom Bali I lalu.
"Keterlibatan DPO terkait Bom Bali I tahun 2001," ungkapnya.
Tak hanya itu, dia juga merupakan orang yang diduga ikut menyembunyikan penerus Dokter Azhari yaitu TB alias Upik Lawanga yang ditangkap di Lampung pada 23 November 2020 lalu.
"Dia menyembunyikan DPO atas nama Udin alias Upik Lawanga alias Taufik Bulaga," jelasnya.
Dalam kasus ini, pihaknya tengah melakukan sejumlah penggeledahan di tempat tinggal Zulkarnaen.
Hingga saat ini, tersangka masih menjalani pemeriksaan oleh Polri.
"Tersangka diamankan dan dilakukan penggeledahan badan serta di sebuah tempat untuk dilakukan introgasi awal," katanya.
Sembunyikan Upik Lawanga
Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-teror Polri sebelumnya menangkap terpidana terorisme TB alias Upik Lawangan di Lampung pada 23 November 2020 lalu.
Upik Lawangan merupakan Jaringan Islamiah yang terkenal sebagai penerus dokter Azhari.
Karo Penmas Humas Polri Brigjen Awi Setiyono mengatakan Upik Lawanga memang telah menjadi buruan Polri sejak diterbitkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 14 tahun lalu.
"Penangkapan DPO tindak pidana terorisme TB alias Upik Lawanga. Upik Lawangan ini telah jadi DPO oleh Densus Anti Teror mulai tahun 2006. Jadi sejak saat itu sudah diterbitkan DPO-nya. Alhamdulillah pada 23 November 2020, pada pukul 14.35 WIB di Jalan Raya Seputih Lanyak di Provinsi Lampung Tim Densus 88 berhasil menangkap TB alias Upik Lawanga," kata Awi di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (30/11/2020) lalu.
Ia menyampaikan wajah terpidana telah banyak berubah sejak buron 14 tahun yang lalu.
Dia mengatakan Upik Lawanga merupakan aset penting bagi jaringan Jamaah Islamiyah.
Bukan tanpa sebab, Upik Lawanga masuk ke dalam daftar orang yang paling dilindungi oleh jamaah Islamiyah.
Dia telah dianggap sebagai penerus Dokter Azhari yang tewas meledakkan diri dalam sebuah penyergapan kelompok Detasemen Khusus 88 di Kota Batu.
"Ini merupakan aset yang berharga JI. Karena dia penerus Dokter Ashari. Makanya yang bersangkutan disembunyikan oleh kelompok JI. Di JI sendiri ada bidang Toliyah yang betugas mengamankan aset dan orang JI yang dilindungi," jelasnya.
Selama buron sejak 2006 di Poso, Upik Lawanga sempat berada di Makassar, Surabaya, Solo hingga akhirnya menetap di Lampung.
Selama di Lampung, dia disembunyikan oleh jaringan Jamaah Islamiyah.
"Densus 88 Antiteror Polri juga telah menyelidiki anggota JI yang lain yang telah sengaja menyembunyikan Upik Lawanga sebagai DPO. Maka dilakukan penegakan hukum sesuai dengan peraturan Undang-undang yang berlaku," jelasnya.
Dalam aksinya, Upik Lawanga diketahui pernah terlibat dalam pelatihan militer kepada pemuda muslim Poso pasca konflik Poso pada 2001 lalu.
Total, dia melakukan pelatihan militer sebanyak tiga angkatan pemuda muslim Poso.
Dia juga merupakan peserta pelatihan militer yang dipimpin oleh Abu Tolud, Herlambang, Hasanuddin dan Dokter Agus.
Saat itu, Upik Lawanga dibaiad oleh Dokter Agus yang merupakan jamaah Islamiyah asal Jawa Timur.
"UL dan Icang alias Tengku itu diutus ke Jawa oleh JI wakalah Poso pimpinan Hasanudin untuk mempelajari ilmu pembuatan bom eksplosif kepada Azhari. Sehingga UL yang saat ini kita tangkap adalah penerus dokter Ashari," jelasnya.
Setelah memiliki kemampuan membuat bom dan kemampuan militer seperti menembak, Upik Lawanga mulai melakukan aksi amaliyah di daerah Sulawesi Tengah.
Dari hasil penyidikan Densus 88, kasus besar tindak pidana terorisme yang melibatkan Upik Lawanga di Sulawesi Tengah.
Pada tahun 2004, dia terlibat dalam pembunuhan Helmi tembiling istri Anggota TNI AD, penembakan dan pengeboman gereja anugrah pada 12 Desember 2004.
Selain itu, pengeboman GOR Poso 17 Juli 2004, bom pasar sentral 13 November 2004. Pada tahun 2005, bom pasar Tentena, Bom pura Kandangan, Bom pasar mahesa.
Kemudian pada 2006, bom termos nasi Tengkura, bom center kaus hingga, penembakan supir angkot. Kemudian pada 2020, Upik Lawangan membuat senjata api rakitan dan membuat bunker.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Curhat Perangkat Desa di Sragen : Keluarga Buronan Terduga Teroris Bom Bali I Sulit Disensus