Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Sragen

Hari Ini Pencarian Pelda Eka Budi Korban Mobil Polisi Ditabrak KA di Kalijambe Sragen Dilanjut

Proses pencarian satu anggota TNI, Pelda Eka Budi M (50) korban kecelakaan mobil patroli Polsek Kalijambe yang tertabrak kereta api Brantas di Kalijam

Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: m nur huda
TRIBUN JATENG/MAHFIRA PUTRI
Warga sekitar Sungai Cemoro Kalijambe, Sragen naik jembatan melihat proses pencarian,  Senin (14/12/2020) 

Kendati pencarian ditutup, malam tadi tetap dilakukan pemantauan di dua titik yakni dam Nambangan dan Jembatan Sari.

Mengantisipasi terlewat, SAR dari Himalamu sudah menyiapkan jaring di Jembatan Sari namun tetap ditunggu oleh tim.

"Kalau estimasi kami dengan berbagai faktor, ini kan belum ada 24 jam. Kalau nanti sudah 24 jam harapan kami bisa mengambang. Kalau airnya suhunya dingin jadi ya untuk naiknya cukup lama," katanya.

Diberitakan sebelumnya kecelakaan maut di perlintasan kereta api tanpa palang di Dukuh Siboto RT 11, Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Minggu (13/12/2020) menelan tiga korban

Dua anggota dan satu personel TNI. Dua korban Aipda Samsul Hadi (57) dan Bripka Slamet Mulyono (45) telah dimakamkan. Sementara, satu anggota TNI Pelda Eka Budi M (50) hingga kini belum ditemukan.

Kecelakaan maut melibatkan mobil Polsek Kalijambe yang berisi tiga anggota polisi dan satu tentara tersambar kereta api pada Minggu (13/12/2020) tepatnya pukul 22.45 WIB.
Kecelakaan maut melibatkan mobil Polsek Kalijambe yang berisi tiga anggota polisi dan satu tentara tersambar kereta api pada Minggu (13/12/2020) tepatnya pukul 22.45 WIB. (Istimewa)

Perlintasan ditutup

Perlintasan kereta api tanpa palang di Dukuh Siboto RT 11, Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen akhirnya ditutup permanen oleh PT KAI.

Perlintasan tersebut ditutup menggunakan besi dengan panjang sekitar 2,5 meter. Pantauan Tribunjateng.com warga memadati TKP, baik di perlintasan maupun sungai.

Penutupan perlintasan ini dianggap salah satu warga yang tidak mau disebut namanya tidak adil. Dia menilai banyak insiden tabrakan kereta dengan kendaraan di perlintasan lain, namun tidak ditutup.

"Penutupan ini (perlintasan kereta api) jelas tidak adil. Lainnya yang kemarin tabrakan di perlintasan kereta api lain tidak ditutup," kata warga yang tidak mau disebut namanya itu.

Dia mengatakan palang kereta api yang telah menewaskan dua anggota polisi dan satu TNI ini, perlintasan paling aman dibandingkan perlintasan lainnya.

Pasalnya warga yang melintas di perlintasan tersebut telah membayar dua orang untuk menjaga perlintasan kereta api tersebut. Satu orangnya dibayar Rp 1,5 juta sehingga warga membayar Rp 3 juta.

Uang tersebut dikumpulkan dari iuran warga setiap RT-nya. Setiap RT akan secara bergantian membayar setiap bulannya.

"Perlintasan ini sebenarnya malah paling aman karena dijaga dua penjaga. Satu penjaga dibayar Rp 1,5 juta per bulan," lanjut dia.

Namun dua penjaga ini hanya menunggu palang kereta api hingga pukul 22.00 WIB. Naasnya kecelakaan maut tersebut terjadi satu jam setelah palang tidak dijaga yakni pukul 23.00.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved