Sepekan Naik Rp 24.000, Harga Emas Antam Bisa Capai Rekor Baru di 2021
Harga emas batangan Antam kembali dalam tren kenaikan, dengan kenaikannya di Kota Semarang dalam sepekan Rp 24 ribu.
Penulis: Ruth Novita Lusiani | Editor: Vito
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali dalam tren kenaikan. Di Kota Semarang, harga emas Antam dalam sepekan sudah mengalami kenaikan Rp 24 ribu.
Harga emas di Butik Logam Mulia Antam Semarang pada Senin (21/12) berada di angka Rp 980.000/gram, mengalami kenaikan Rp 4.000 dari harga sebelumnya, yaitu Jumat (18/12), di angka Rp 976.000/gram.
Harga pada Jumat (18/12) mengalami kenaikan Rp 7.000 dari hari sebelumnya, pada Kamis (17/12), di angka Rp 969.000/gram. Harga pada Kamis itu mengalami kenaikan Rp 3.000 dari harga sebelumnya, yaitu Rabu (16/12), di angka Rp 966.000/gram.
Harga pada Rabu (16/12) itu mengalami lonjakan Rp 11.000 dari hari sebelumnya, pada Selasa (15/12), di angka Rp 955.000 per gram. Harga pada Selasa itu mengalami penurunan Rp 1.000 dari hari sebelumnya, yakni Senin (14/12) sebesar Rp 956.000/gram.
Adapun, pergerakan harga emas Antam diprediksi masih akan konsolidasi dengan kecenderungan naik menyikapi sentimen ke depan. Bahkan, harga emas Antam diprediksi bisa menembus rekor baru di angka Rp 1,2 juta pada tahun depan.
Analis Central Capital Futures, Wahyu Tribowo Laksono optimistis tren harga emas fisik Antam masih akan menanjak di sisa akhir tahun ini.
Prediksinya, harga akan bergerak di rentang Rp 950.000-Rp 1,050 juta per gram di akhir 2020.
Menurut dia, harga logam mulia bakal awet bertahan di atas level Rp 1 juta/gram pada tahun depan. Untuk kemudian, emas fisik bakal bergerak menguji level resistance Rp 1,1 juta-Rp 1,2 juta per gram pada tahun depan.
"Emas Antam masih sangat menarik dikoleksi sebagai pilihan pertama safe haven, selain dollar AS," katanya, kepada Kontan, Senin (21/12).
Tentunya, kenaikan harga emas kali ini sudah banyak diprediksi pasar, mengingat momentum penggelontoran stimulus Amerika Serikat (AS) sudah lama dinanti.
Wahyu memandang, sudah jadi hal wajar logam mulia Antam di Jakarta pada Senin (21/12) naik Rp 6.000 ke level Rp 976.000/gram.
Ia juga menekankan, penemuan vaksin bukan isu fundamental bagi emas dunia. Isu utama emas dunia lebih kepada kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) dan kebijakan dari bank sentral utama dunia, serta stimulus pemerintah, terutama dari AS, Eropa, China.
Namun, lokomotif utamanya tetap Fed dan US government.
Penemuan vaksin bisa jadi akan mempersulit adanya stimulus fiskal, yaitu stimulus kesehatan dan tenaga kerja, yang lebih besar.
Selain itu, tantangan ekonomi AS jika tidak maksimal didukung kebijakan pemerintah AS, hanya akan membuka jalan bagi The Fed untuk maju sebagai penyelamat. Di sinilah harapan stimulus moneter akan mendukung bullish emas dunia.
Wahyu mengingatkan, harga emas Antam dalam beberapa tahun ini terakhir selalu menyentuh rekor tertinggi tahunan baru, bahkan saat harga emas dunia terkonsolidasi, yaitu di bawah 1.900 dollar AS/ons troi.
Peluang terbuka
Ia meyakini peluang emas Antam masih akan sangat terbuka menguji bahkan menembus high baru.
"Emas Antam terkadang lebih kuat dari power emas dunia. Saat emas global konsolidasi di 2013-2019 di level 1.100-1.900 dollar AS/ons troi, emas Antam justru melesat mendekati Rp 800.000/gram saat ini. Jadi, emas Antam hanya konsolidasi, di mana target high sudah tercapai saat ini," jelasnya.
Business Manager Indosukses Futures, Suluh Adil Wicaksono mengingatkan, pergerakan harga emas fisik sangat sensitif terhadap perkembangan sentimen global.
Meski harga logam mulia emas Antam di Jakarta berhasil naik Rp 6.000 ke level Rp 976.000/gram pada perdagangan Senin (21/12), harga Rp 1 juta/gram kemungkinan belum akan ditebus tahun ini.
Menurut dia, hal itu lantaran hari perdagangan yang minim menjelang libur panjang akhir tahun. "Memang sekarang bukan kenaikan harga yang drastis, tapi selama sepekan, bahkan hingga akhir tahun harga emas masih akan melanjutkan peningkatan," ungkapnya.
Sementara itu, dari sentimen domestik pergerakan nilai tukar rupiah yang melemah di awal pekan, turut menjadi sentimen pendukung kenaikan harga emas fisik.
Wajar saja, sentimen stimulus AS sempat mendorong indeks dollar AS kembali di atas 90, dan menjadikan pamor safe haven kembali naik.
Bahkan Suluh menekankan, selama rupiah tertekan, bukan tidak mungkin bagi emas fisik seperti emas Antam melanjutkan kenaikannya.
"Kelihatannya hingga akhir tahun kita tidak akan bicara emas terkoreksi. Apalagi Gubernur The Fed Jerome Powell bilang masih akan support stimulus selama covid-19 belum kelar, dengan membeli aset dan surat utang," tuturnya.
Berkaca dari tren tersebut, Suluh optimistis harga emas fisik bisa tembus level Rp 1 juta/gram, setidaknya di awal tahun depan.
"Kalau di atas Rp 1 juta/gram hampir pasti ditembus tahun depan. Tapi kalau untuk melampaui rekor sebelumnya Rp 1,058 juta/gram masih belum bisa dipastikan, setidaknya kuartal I/2021 akan menguji level psikologis dulu," tandasnya. (ute/Kontan/Intan Nirmala Sari)